I.
Topik
Praktikum
Ekosistem
lahan Gambut
II.
Tujuan
Praktikum
Untuk
membandingkan daerah terdedah dan daerah ternaung ekosistem lahan gambut
III.
Dasar Teori
Lahan rawa gambut di indonesia cukup
luas, mencapai 20,6 juta ha atau 10,8% dari luas daratan indonesia. Lahan rawa
gambut sebagian besar terdapat di empat pulau besar, yaitu sumatera 35%,
kalimantan 32%, sulawesi 3%, dan papua 30%. Lahan rawa gambut adalah lahan rawa
yang didominasi oleh tanah gambut. Lahan ini mempunyai fungsi hidrologi dan
lingkungan bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta makhluk hidup lainnya
sehingga harus dilindungi dan dilestarikan.
Hutan rawa gambut mempunyai nilai
konservasi yang sangat tinggi dan fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi
hidrologi, cadangan karbon, dan biodiversitas yang penting untuk kenyamanan
lingkungan dan kehidupan satwa. Jika ekosistemnya terganggu maka intensitas dan
frekuensi bencana alam akan makin sering terjadi; bahkan lahan gambut tidak
hanya dapat menjadi sumber CO2, tetapi juga gas rumah kaca lainnya
seperti metana (CH4) dan nitrousoksida (N2O).
Berkurang atau hilangnya kawasan hutan
rawa gambut akan menurunkan kualitas lingkungan, bahkan menyebabkan
banjir pada musim hujan serta kekeringan dan kebakaran pada musim kemarau.
Upaya pendalaman saluran untuk mengatasi banjir, dan pembuatan saluran baru
untuk mempercepat pengeluaran air justru menimbulkan dampak yang lebih buruk,
yaitu lahan pertanian di sekitarnya menjadi kering dan masam, tidak produktif,
dan akhirnya menjadi lahan tidur, bongkor, dan mudah terbakar.
Ekosistem sendiri merupakan suatu
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
salingmempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber
dari semua energi yang ada. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organism juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Begitu
juga menurut undang–undang lingkungan hidup (uulh) 1982, yang mengatakan bahwa
ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Suatu ekosistem pada dasarnya
merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem pemrosesan energi
dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu.
Suatu ekosistem di katakan dalam
keaadan seimbang apabila komposisi di antara komponen - komponen tersebut dalam
keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama
atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi
keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat
pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
Hutan rawa gambut merupakan hutan
dengan lahan basah yang tergenang yang biasanya terletak di belakang tanggul
sungai (backswamp). Hutan ini didominasi oleh tanah-tanah yang berkembang dari
tumpukan bahan organik, yang lebih dikenal sebagai tanah gambut atau tanah
organic (histosols). Dalam skala besar, hutan ini membentuk kubah (dome) dan
terletak diantara dua sungai besar. Hutan rawa dan hutan gambut terdapat
di dalam satu daerah, dan biasanya hutan gambut merupakan kelanjutan dari hutan
rawa. Perbedaannya hanya pada hutan gambut memiliki lapisan gambut, yakni
lapisan bahan organic yang tebal mencapai 1-2 m, sedangkan hutan rawa
lapisannya hanya sekitar 0,5 m. Kedua hutan ini selalu hijau, dan mempunyai
tajuk yang berlapis-lapis dengan berbagai jenis walaupun tidak selengkap hutan
hujan. Biasanya didominasi oleh jenis-jenis dikotiledon dan ketinggian dapat
mencapai 30 m terutama sebelah tepinya. Semakin ke tengah semakin pendek,
bahkan terkadang di tengah bisa mencapai tinggi 2 m sehingga sering disebut
hutan cebol.
Tanah gambut adalah tanah-tanah yang
jenuh air, tersusun dari bahan tanah organik berupa sisa-sisa tanaman dan
jaringan tanaman yang telah melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam
sistem klasifikasi taksonomi tanah, tanah gambut disebut histosols (histos,
tissue: jaringan) atau sebelumnya bernama organosols (tanah tersusun dari bahan
organik).
Tanah gambut selalu terbentuk pada
tempat yang kondisinya jenuh air atau tergenang, seperti pada cekungan-cekungan
daerah pelembahan, rawa bekas danau, atau daerah depresi/basin pada dataran
pantai di antara dua sungai besar, dengan bahan organik dalam jumlah banyak
yang dihasilkan tumbuhan alami yang telah beradaptasi dengan lingkungan jenuh
air. Penumpukan bahan organik secara terusmenerus menyebabkan lahan gambut
membentuk kubah (peat dome). Aliran air yang berasal dari hutan gambut bersifat
asam dan berwarna hitam atau kemerahan sehingga di kenal dengan nama ‘sungai
air hitam’.
Secara ekologis ekosistem hutan rawa
gambut merupakan tempat pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat
berbagai jenis satwa liar termasuk jenis-jenis endemik. Dengan kata lain, hutan
rawa gambut merupakan sumber daya biologis yang penting yang dapat dimanfaatkan
dan dikonservasi untuk memperoleh manfaat yang lestari. Lahan gambut memiliki
peranan hidrologis yang penting karena secara alami berfungsi sebagai cadangan
(reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar. Jika tidak mengalami
gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8 - 0,9 m3/m3. Dengan
demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan musim
kemarau. Nilai penting inilah yang menjadikan lahan rawa gambut harus
dilindungi dan dipertahankan kelestariannya. Fungsi dan manfaat ekosistem
gambut mengacu pada kegunaan, baik langsung maupun tidak langsung bagi
masyarakat.
Komponen penyusun hutan rawa gambut
terdiri dari komponen biotik kekhasan lingkungan abiotik hutan rawa gambut
membuat hanya spesies tertentu yang mampu bertahan di lingkungan ekosistem ini.
Komponen biotik dapat berupa ikan, udang, siput, dan hewan sungai lain, ganggang
dan lumut, dan tumbuhan air seperti enceng gondok. Pohonnya berupa kayu
(meranti, jati) rotan, dan hasil hutan lain. Beberapa spesies hewan langka :
harimau pada hutan rawa gambut sumsel, dan gajah sumatera) dan beberapa spesies
burung. Komponen abiotik sendiri terdiri dari rawa pasang surut, rawa lebal,
dan rawa lebak peralihan.
Tanah
gambut memiliki kadar asam yang tinggi sehingga menyebabkan keterbatasan
nutrient terutama pada bagian kubah gambut, menjadikan hutan rawa gambut
memiliki struktur yang khas. Pada bagian tepi umumnya didominasi jenis-jenis
tumbuhan yang tinggi dengan diemeter yang besar serupa dengan hutan
dataran rendah lainnya dan berubah menjadi pohon-pohon dengan diameter lebih
kecil di pusat kubah. Kekayaan jenis juga semakin menurun kearah pusat kubah.
Vegetasi yang tumbuh di gambut ombrogen memiliki karakteristik zonasi yang
berlapis menuju pusat kubah gambut (peat dome). Vegetasi yang tumbuh bervariasi
mulai hutan gambut campuran dengan lebih dari 100 jenis di zona terluar tegakan
murni satu jenis, misalnya shorea di zona tengah. Karena permukaan gambut
ombrogen berbentuk kubah dan satu – satunya masukan hara berasal dari air
hujan, terdapat kecenderungan penurunan kandungan hara menuju pusat gambut,
terutama fosfat (P) dan kalium (K). Kecenderungan penurunan kesuburan ke arah
pusat daerah gambut tercermin dari keadaan vegeasinya, antara lain penurunan
tinggi tajuk, penurunan total biomass per unit luas, penurunan
diameter/keliling jenis – jenis tertentu, peningkatan ketebalan daun sebagai
akibat dari adaptasi tumbuhan terhadap tanah miskin hara, ditemukannya jenis –
jenis indicator tanah miskin hara yang makin berlimpah terutama kantung semar (Nepenthes
sp.), dan lain-lain.
IV.
Alat dan
Bahan
a. Alat
No
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
Meteran
|
1 (satu)
|
2
|
Patok
|
2 (dua)
|
3
|
Soil
tester
|
1 (satu)
|
4
|
luxmeter
|
1 (satu)
|
5
|
Thermometer
|
1 (Satu)
|
6
|
Tali rapia
|
secukupnya
|
b. Bahan
No
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Kertas
label
|
secukupnya
|
2
|
Kantong
Plastik
|
secukupnya
|
3
|
Tumbuhan
yang terdapat pada daerah ternaung dan terdedahn
|
Secukupnya
|
V.
Prosedur
Kerja
1. Menyiapkan
Alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menentukan
lokasi kegiatan, yaitu daerah terdedah dan daerah ternaung.
3. Meletakkan
plot (kuadran) dengan ukuran 10x10 m secara subjektif pada masing-masing
daerah.
4. Mencatat
parameter vegetasi kerapatan dan penutupan
untuk masing-masing spesies plot sample.
5. Menghitung
kerapatan relatif ( KR), Dominansi relatif (DR), dan Indeks diversitas untuk masing-masing spesies
pada setiap plot. Hasil pengamatan dimasukkan dalam label.
6. Mengamati
hewan apa saja yang ada disekitar plot pengamatan, mencatat hasil pengamatan.
7. Membandingkan
hasil pengamatan didua daerah tersebu
VI.
Hasil
Pengamatan
a. Daerah ternaung
No
|
Tumbuhan
|
∑ind
|
∑cup
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
NP
|
Pi
|
H
|
D
|
DR
|
1
|
sangkawang
|
20
|
1
|
0,2
|
7,69
|
1
|
0,038
|
15,41
|
0,76
|
0,30
|
0,2
|
7,69
|
2
|
Kalawi
|
4
|
1
|
0,04
|
15,3
|
1
|
0,038
|
30,63
|
0,15
|
0,14
|
0,04
|
15,3
|
3
|
Rambutan
|
2
|
1
|
0,02
|
7,6
|
1
|
0,038
|
15,23
|
0,07
|
0,26
|
0,02
|
7,6
|
Jumlah
|
26
|
0,26
|
30,59
|
3
|
0,114
|
61,27
|
0,845
|
0,97
|
0,26
|
30,59
|
b. Daerah terdedah
No
|
Tumbuhan
|
∑ind
|
∑cup
|
K
|
KR
|
F
|
FR
|
NP
|
Pi
|
H
|
D
|
DR
|
1
|
Rumput
gajah
|
15
|
1
|
0,15
|
75
|
1
|
0,05
|
149,95
|
0,75
|
0,31
|
0,15
|
75
|
2
|
Pakis
|
5
|
1
|
0,05
|
25
|
1
|
0,05
|
50,05
|
0,25
|
0,49
|
0,05
|
25
|
Jumlah
|
20
|
0,2
|
100
|
2
|
0,1
|
200
|
1
|
0,8
|
0,2
|
100
|
VII.
Pembahasan
Pengamatan pada praktikum kali ini
yaitu membahas mengenai ekosistem lahan gambut dimana ada dua hal yang ingin
dibandingkan yaitu antara daerah terdedah dan daerah ternanung. Praktikum ini
dilakukan dengan membuat dua plot untuk pengambilan sampel. Satu plot diambil
pada tempat terdedah dan satu plot lagi pada daerah ternaung. Adapun ukuran
dari kedua plot tersebut masing-masing seluas 100 m2 (10 x 10 m2).
Dalam masing-masing plot diamati vegetasi apa saja yang terdapat di dalam plot
serta hewan apa saja yang ada di sekitar masing-masing plot. Vegetasi yang ada
di dalam masing-masing plot tersebut dihitung jumlahnya kemudian ditentukan
kerapatannya.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa ada banyak sekali vegetasi yang beranekaragam yang menempati lahan
gambut, diantaranya yaitu paku-pakuan, pepohonan yang beragam jenisnya,
rerumputan, sawit dan masih banyak lagi. Untuk hewannya sendiri yang yang kami
jumpai pada lahan gambut tersebut yaitu semut, burung dan kupu-kupu yang
warnanya cerah.
Pada plot yang kami ambil di daerah
ternanung dengan suhu tanah 29oC, suhu udara 28oC dan pH
6,5 ada sekitar 3
spesies yang tercover di dalam plot tersebut. Berdasakan hasil perhitungan
diketahui bahwajumlah kerapatan 30,59 dari
spesies tersebut. Dari hasil pengamatan ini setelah dihitung diketahui ternyata
indeks diversitas dari spesies tumbuhan (vegetasi) yang ada di lahan gambut ini
termasuk kategori tinggi dengan nilai indeks diversitas sebesar 61,27. Sedangkan pada plot 10 x 10
m2 yang kami ambil di daerah terdedah dengan suhu tanah 34oC, suhu
udara 31oC dan pH 6,6 ditemukan spesies-spesies yang lebih sedikit
jenisnya tetapi dengan pupolasi yang yang cukup besar di mana populasi dari
spesiesrumput berjumlah 15, spesies pakis berjumlah 5, Dilihat dari banyaknya jumlah
individu dari masing-masing spesies sendiri dapat diketahui bahwa tingkat
kerapatan dari masing-masing spesies lebih besar dari pada kerapatan spesies
yang terdapat pada daerah ternaung. Berdasarkan hasil perhitungan sendiri
diketahui bahwa indeks diversitas dari daerah terdedah adalah sebesar 2,018.
Indeks ini memperlihatkan bahwa di tempat terdedah ini juga memiliki tingkat
keanekaragaman yang tinggi dimana H’ > 1.
Dilihat
dari pH tanah yang telah kami ukur yaitu 6,5 pada daerah ternanung dan 6,6 pada
daerah terdedah menunjukkan bahwa lahan gambut memang bersifat asam dan ini
sesuai dengan beberapa literatur yang mengatakan bahwa lahan gambut adalah
lahan basah yang biasanya tergenang air dan bersifat asam.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Spesies
atau vegetasi yang terdapat di lahan gambut sangat beraneka ragam mulai dari
herba sampai pohon.
2.
Vegetasi
di daerah ternanung lebih beragam dibanding di daerah terdedah, sehingga indeks
diversitasnya pun lebih tinggi dibandingkan indeks diversitas vegetasi di
daerah terdedah. Namun untuk kerapatannya vegetasi di daerah terdedah lebih
tinggi dibandingkan derah ternaung.
IX.
Saran
Saran
saya untuk praktikum selanjutnya yaitu untuk praktikum yang akan datang agar
dilakukan di lokasi yang berbeda agar tidak hanya kondisi lahan gambut di
daerah Sebangau saja yang kita ketahui, tetapi di daerah lainnya juga
DAFTAR
PUSTAKA
Andriesse, J.P.. Nature and management of tropical
peat soils. Soil resources Management and Conservation service FAO Land and
Water Development Division. FAO Soils Bulletine. 59. Rome. 1988.
Fakultas Pertanian IPB. 1986. Gambut pedalaman
untuk lahan pertanian. Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Dati
I, Kalimantan Tengah dengan Fakultas Pertanian. Bogor:IPB. 1986
http://dokumen.tips/documents/lahan-gambut-55846555c5fc6.html
(Sabtu, 11 Juni 2016)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...