Menu Bar 1

Monday, 3 April 2017

Laporan Ekologi Lahan Gambut "Ekosistem Lahan Gambut"

I.              Topik Praktikum
Ekosistem lahan Gambut
II.            Tujuan Praktikum
Untuk membandingkan daerah terdedah dan daerah ternaung ekosistem lahan gambut
III.           Dasar  Teori
Lahan rawa gambut di indonesia cukup luas, mencapai 20,6 juta ha atau 10,8% dari luas daratan indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat di empat pulau besar, yaitu sumatera 35%, kalimantan 32%, sulawesi 3%, dan papua 30%. Lahan rawa gambut adalah lahan rawa yang didominasi oleh tanah gambut. Lahan ini mempunyai fungsi hidrologi dan lingkungan bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta makhluk hidup lainnya sehingga harus dilindungi dan dilestarikan.
Hutan rawa gambut mempunyai nilai konservasi yang sangat tinggi dan fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi hidrologi, cadangan karbon, dan biodiversitas yang penting untuk kenyamanan lingkungan dan kehidupan satwa. Jika ekosistemnya terganggu maka intensitas dan frekuensi bencana alam akan makin sering terjadi; bahkan lahan gambut tidak hanya dapat menjadi sumber CO2, tetapi juga gas rumah kaca lainnya seperti metana (CH4) dan nitrousoksida (N2O).
Berkurang atau hilangnya kawasan hutan rawa gambut akan menurunkan kualitas lingkungan, bahkan  menyebabkan banjir pada musim hujan serta kekeringan dan kebakaran pada musim kemarau. Upaya pendalaman saluran untuk mengatasi banjir, dan pembuatan saluran baru untuk mempercepat pengeluaran air justru menimbulkan dampak yang lebih buruk, yaitu lahan pertanian di sekitarnya menjadi kering dan masam, tidak produktif, dan akhirnya menjadi lahan tidur, bongkor, dan mudah terbakar.
Ekosistem sendiri merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang salingmempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organism juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Begitu juga menurut undang–undang lingkungan hidup (uulh) 1982, yang mengatakan bahwa ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.  Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu.
Suatu ekosistem di katakan dalam keaadan seimbang apabila komposisi di antara komponen - komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
Hutan rawa gambut merupakan hutan dengan lahan basah yang tergenang yang biasanya terletak di belakang tanggul sungai (backswamp). Hutan ini didominasi oleh tanah-tanah yang berkembang dari tumpukan bahan organik, yang lebih dikenal sebagai tanah gambut atau tanah organic (histosols). Dalam skala besar, hutan ini membentuk kubah (dome) dan  terletak diantara dua sungai besar. Hutan rawa dan hutan gambut terdapat di dalam satu daerah, dan biasanya hutan gambut merupakan kelanjutan dari hutan rawa. Perbedaannya hanya pada hutan gambut memiliki lapisan gambut, yakni lapisan bahan organic yang tebal mencapai 1-2 m, sedangkan hutan rawa lapisannya hanya sekitar 0,5 m. Kedua hutan ini selalu hijau, dan mempunyai tajuk yang berlapis-lapis dengan berbagai jenis walaupun tidak selengkap hutan hujan. Biasanya didominasi oleh jenis-jenis dikotiledon dan ketinggian dapat mencapai 30 m terutama sebelah tepinya. Semakin ke tengah semakin pendek, bahkan terkadang di tengah bisa mencapai tinggi 2 m sehingga sering disebut hutan cebol.
Tanah gambut adalah tanah-tanah yang jenuh air, tersusun dari bahan tanah organik berupa sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang telah melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi taksonomi tanah, tanah gambut disebut histosols (histos, tissue: jaringan) atau sebelumnya bernama organosols (tanah tersusun dari bahan organik).
Tanah gambut selalu terbentuk pada tempat yang kondisinya jenuh air atau tergenang, seperti pada cekungan-cekungan daerah pelembahan, rawa bekas danau, atau daerah depresi/basin pada dataran pantai di antara dua sungai besar, dengan bahan organik dalam jumlah banyak yang dihasilkan tumbuhan alami yang telah beradaptasi dengan lingkungan jenuh air. Penumpukan bahan organik secara terusmenerus menyebabkan lahan gambut membentuk kubah (peat dome). Aliran air yang berasal dari hutan gambut bersifat asam dan berwarna hitam atau kemerahan sehingga di kenal dengan nama ‘sungai air hitam’.
Secara ekologis ekosistem hutan rawa gambut merupakan tempat pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai jenis satwa liar termasuk jenis-jenis endemik. Dengan kata lain, hutan rawa gambut merupakan sumber daya biologis yang penting yang dapat dimanfaatkan dan dikonservasi untuk memperoleh manfaat yang lestari. Lahan gambut memiliki peranan hidrologis yang penting karena secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8 - 0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan musim kemarau. Nilai penting inilah yang menjadikan lahan rawa gambut harus dilindungi dan dipertahankan kelestariannya. Fungsi dan manfaat ekosistem gambut mengacu pada kegunaan, baik langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat.
Komponen penyusun hutan rawa gambut terdiri dari komponen biotik kekhasan lingkungan abiotik hutan rawa gambut membuat hanya spesies tertentu yang mampu bertahan di lingkungan ekosistem ini. Komponen biotik dapat berupa ikan, udang, siput, dan hewan sungai lain, ganggang dan lumut, dan tumbuhan air seperti enceng gondok. Pohonnya berupa kayu (meranti, jati) rotan, dan hasil hutan lain. Beberapa spesies hewan langka : harimau pada hutan rawa gambut sumsel, dan gajah sumatera) dan beberapa spesies burung. Komponen abiotik sendiri terdiri dari rawa pasang surut, rawa lebal, dan rawa lebak peralihan.
Tanah gambut memiliki kadar asam yang tinggi sehingga menyebabkan keterbatasan nutrient terutama pada bagian kubah gambut, menjadikan hutan rawa gambut memiliki struktur yang khas. Pada bagian tepi umumnya didominasi jenis-jenis tumbuhan yang tinggi dengan diemeter yang besar serupa  dengan hutan dataran rendah lainnya dan berubah menjadi pohon-pohon dengan diameter lebih kecil di pusat kubah. Kekayaan jenis juga semakin menurun kearah pusat kubah. Vegetasi yang tumbuh di gambut ombrogen memiliki karakteristik zonasi yang berlapis menuju pusat kubah gambut (peat dome). Vegetasi yang tumbuh bervariasi mulai hutan gambut campuran dengan lebih dari 100 jenis di zona terluar tegakan murni satu jenis, misalnya shorea di zona tengah. Karena permukaan gambut ombrogen berbentuk kubah dan satu – satunya masukan hara berasal dari air hujan, terdapat kecenderungan penurunan kandungan hara menuju pusat gambut, terutama fosfat (P) dan kalium (K). Kecenderungan penurunan kesuburan ke arah pusat daerah gambut tercermin dari keadaan vegeasinya, antara lain penurunan tinggi tajuk, penurunan total biomass per unit luas, penurunan diameter/keliling jenis – jenis tertentu, peningkatan ketebalan daun sebagai akibat dari adaptasi tumbuhan terhadap tanah miskin hara, ditemukannya jenis – jenis indicator tanah miskin hara yang makin berlimpah terutama kantung semar (Nepenthes sp.), dan lain-lain.
IV.          Alat dan Bahan
a.    Alat
No
Alat
                 Jumlah                
1
Meteran
1 (satu)
2
Patok
2 (dua)
3
Soil tester
1 (satu)
4
luxmeter
1 (satu)
5
Thermometer
1 (Satu)
6
Tali rapia
secukupnya
b.    Bahan
No
Bahan
Jumlah
1
Kertas label
secukupnya
2
Kantong Plastik
secukupnya
3
Tumbuhan yang terdapat pada daerah ternaung dan terdedahn
Secukupnya

V.           Prosedur Kerja
1.    Menyiapkan Alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Menentukan lokasi kegiatan, yaitu daerah terdedah dan daerah ternaung.
3.    Meletakkan plot (kuadran) dengan ukuran 10x10 m secara subjektif pada masing-masing daerah.
4.    Mencatat parameter vegetasi kerapatan dan penutupan  untuk masing-masing spesies plot sample.
5.    Menghitung kerapatan relatif ( KR), Dominansi relatif (DR),  dan Indeks diversitas untuk masing-masing spesies pada setiap plot. Hasil pengamatan dimasukkan dalam label.
6.    Mengamati hewan apa saja yang ada disekitar plot pengamatan, mencatat hasil pengamatan.
7.    Membandingkan hasil pengamatan didua daerah tersebu

VI.          Hasil Pengamatan

a.    Daerah ternaung

No
Tumbuhan
∑ind
∑cup
K
KR
F
FR
NP
Pi
H
D
DR
1
sangkawang
20
1
0,2
7,69
1
0,038
15,41
0,76
0,30
0,2
7,69
2
Kalawi
4
1
0,04
15,3
1
0,038
30,63
0,15
0,14
0,04
15,3
3
Rambutan
2
1
0,02
7,6
1
0,038
15,23
0,07
0,26
0,02
7,6
Jumlah
26

0,26
30,59
3
0,114
61,27
0,845
0,97
0,26
30,59
b.    Daerah terdedah

No
Tumbuhan
∑ind
∑cup
K
KR
F
FR
NP
Pi
H
D
DR
1
Rumput gajah
15
1
0,15
75
1
0,05
149,95
0,75
0,31
0,15
75
2
Pakis
5
1
0,05
25
1
0,05
50,05
0,25
0,49
0,05
25
Jumlah
20

0,2
100
2
0,1
200
1
0,8
0,2
100




VII.         Pembahasan
Pengamatan pada praktikum kali ini yaitu membahas mengenai ekosistem lahan gambut dimana ada dua hal yang ingin dibandingkan yaitu antara daerah terdedah dan daerah ternanung. Praktikum ini dilakukan dengan membuat dua plot untuk pengambilan sampel. Satu plot diambil pada tempat terdedah dan satu plot lagi pada daerah ternaung. Adapun ukuran dari kedua plot tersebut masing-masing seluas 100 m2 (10 x 10 m2). Dalam masing-masing plot diamati vegetasi apa saja yang terdapat di dalam plot serta hewan apa saja yang ada di sekitar masing-masing plot. Vegetasi yang ada di dalam masing-masing plot tersebut dihitung jumlahnya kemudian ditentukan kerapatannya.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa ada banyak sekali vegetasi yang beranekaragam yang menempati lahan gambut, diantaranya yaitu paku-pakuan, pepohonan yang beragam jenisnya, rerumputan, sawit dan masih banyak lagi. Untuk hewannya sendiri yang yang kami jumpai pada lahan gambut tersebut yaitu semut, burung dan kupu-kupu yang warnanya cerah.
Pada plot yang kami ambil di daerah ternanung dengan suhu tanah 29oC, suhu udara 28oC dan pH 6,5 ada sekitar 3 spesies yang tercover di dalam plot tersebut. Berdasakan hasil perhitungan diketahui bahwajumlah kerapatan 30,59 dari spesies tersebut. Dari hasil pengamatan ini setelah dihitung diketahui ternyata indeks diversitas dari spesies tumbuhan (vegetasi) yang ada di lahan gambut ini termasuk kategori tinggi dengan nilai indeks diversitas sebesar 61,27. Sedangkan pada plot 10 x 10 m2 yang kami ambil di daerah terdedah dengan suhu tanah 34oC, suhu udara 31oC dan pH 6,6 ditemukan spesies-spesies yang lebih sedikit jenisnya tetapi dengan pupolasi yang yang cukup besar di mana populasi dari spesiesrumput  berjumlah 15, spesies pakis berjumlah 5, Dilihat dari banyaknya jumlah individu dari masing-masing spesies sendiri dapat diketahui bahwa tingkat kerapatan dari masing-masing spesies lebih besar dari pada kerapatan spesies yang terdapat pada daerah ternaung. Berdasarkan hasil perhitungan sendiri diketahui bahwa indeks diversitas dari daerah terdedah adalah sebesar 2,018. Indeks ini memperlihatkan bahwa di tempat terdedah ini juga memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi dimana H’ > 1.
Dilihat dari pH tanah yang telah kami ukur yaitu 6,5 pada daerah ternanung dan 6,6 pada daerah terdedah menunjukkan bahwa lahan gambut memang bersifat asam dan ini sesuai dengan beberapa literatur yang mengatakan bahwa lahan gambut adalah lahan basah yang biasanya tergenang air dan bersifat asam.
VIII.       Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Spesies atau vegetasi yang terdapat di lahan gambut sangat beraneka ragam mulai dari herba sampai pohon.
2.      Vegetasi di daerah ternanung lebih beragam dibanding di daerah terdedah, sehingga indeks diversitasnya pun lebih tinggi dibandingkan indeks diversitas vegetasi di daerah terdedah. Namun untuk kerapatannya vegetasi di daerah terdedah lebih tinggi dibandingkan derah ternaung.
IX.          Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya yaitu untuk praktikum yang akan datang agar dilakukan di lokasi yang berbeda agar tidak hanya kondisi lahan gambut di daerah Sebangau saja yang kita ketahui, tetapi di daerah lainnya juga








DAFTAR PUSTAKA

Andriesse, J.P.. Nature and management of tropical peat soils. Soil resources Management and Conservation service FAO Land and Water Development Division. FAO Soils Bulletine. 59. Rome. 1988.
Fakultas Pertanian IPB. 1986. Gambut pedalaman untuk lahan pertanian. Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Dati I, Kalimantan Tengah dengan Fakultas Pertanian. Bogor:IPB. 1986

http://dokumen.tips/documents/lahan-gambut-55846555c5fc6.html (Sabtu, 11 Juni 2016)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...