Menu Bar 1

Monday, 21 March 2016

Makalah Sistem Ekskresi


BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Pada makalah ini akan menguluas tentang apa saja struktur organ ekskresi dan mengetahui hasil dari ekskresisi pada hewan dan manusia. Batasan masalah pada makalah ini pada organ dan mekanisme system ekskresi pada hewan vertebrata.

B.        Rumusan Masalah

1.        Apa yang dimaksud dengan system ekskresi.?
2.        Apa organ ekskresi pada hewan vertebrata.?
3.        Bagaimana mekanisme ekskresi pada hewan vertebrata.?
5.        Bagaimana mekanisme ekskresi pada manusia.?

C.        Tujuan

1.        Mengetahui dimkasud dengan system ekskresi.
2.        Mengetahui organ ekskresi pada hewan vertebrata.
3.        Mengetahui mekanisme ekskresi pada hewan vertebrata.
4.        Mengetahui organ ekskresi pada manusia.
5.        Mengetahui mekanisme ekskresi pada manusia.


BAB II

PEMBAHSAN

A.        Pengertian Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap ketidak seimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H­­2O, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.
Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :
1.    Defekasi, yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
2.    Ekskresi, yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
3.    Sekresi, yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
4.    Eliminasi, yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).

B.        Sistem Ekskresi Pada Hewan

1.        Sistem Ekskresi Kelas Pisces

Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari:
a.    Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O.
b.    Kulit, kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk  memudahkan gerak di dalam air.
c.    Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine.
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal mesonefros yang terikat disisi dorsal rongga tubuh.Bentuk ginjal mesonefros sempit memanjang, berwarna coklat, dan pada ujung anteriornya berhubungan dengan sistem reproduksi. Tubulus ginjal mengalami modifikasi menjadi duktus eferen yang menghubungkan testis dengan duktus mesonefridikus.Selanjutnya, duktus mesonefridikus menjadi duktus deferens yang berfungsi untuk mengangkut sperma dan urin yang bermuara di kloaka.
Mekanisme ekskresi pada hewan yang masih hidup di air tawar berbeda dengan mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air laut.Cairan tubuh ikan air tawar bersifat hiperosmotik dibandingkan dengan air tawar, sehingga air cenderung masuk ke tubuh ikan.Di saat yang bersamaan, ion tubuh cenderung keluar ke air. Untuk itu mengatasi masalah kelebihan air dan kekurangan ion, ikan air tawar biasanya tidak banyak minum.Tubuhya diselimuti lendir untuk mencegah masuknya air secara secara berlebihan.Ikan aktif menyerap ion anorganik melalui insang dan banyak mengeluarkan air melalui urin yang encer.
Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh.
Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi.
Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar.

2.        Sistem Ekresi Kelas Amphibi

Alat ekskresi pada katak ialah ginjal opistonefros yang dihubungkan dengan ureter di vesika urinaria. Berwarna merah kecokelatan serta terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Alat ekskresi lainnya ialah kulit, paru-paru, dan insang. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnya bersatu, sedangkan katak betina tidak. Saat mengalami metamorfosis, amfibi mengubah ekskresi amonia menjadi urea. Hal ini terjadi saat larva berubah jadi berudu dan hewan darat dewasa. Seperti halnya ikan, ginjal pada katak juga berperan dalam pengaturan kadar air dalam tubuh.
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak air yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk konservasi air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit.

3.        Sistem Ekresi Kelas Reptil

Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru. berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium embrional menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vasika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria bermuara langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit ke bagian posterior, ukurannya kecil, dan  permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptil memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat tertentu yang berguna mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berfungsi sebagai organ respirasi. Vesika urinaria tambahan berfungsi sebagai organ respirasi. Pada kura-kura betina, organ respirasi tersebut juga  berfungsi membasahi tanah yang dipersiapkan untuk membuat sarang sehingga tanah menjadi lunak dan mudah digali.
Hasil ekskresi pada Reptilia adalah asam urat. Asam urat ini tidak terlalu toksik jika dibandingkan dengan amonia yang dihasilkan oleh Mammalia. Asam urat dapat juga diekskresikan tanpa disertai air dalam volume yang besar. Asam urat tersebut dapat diekskresikan dalam bentuk pasta berwarna putih. Beberapa  jenis Reptilia juga menghasilkan amonia. Misalnya, pada buaya dan kura-kura. Penyu yang hidup di lautan memiliki kelenjar ekskresi untuk mengeluarkan garam yang dikandung dalam tubuhnya. Muara kelenjar ini adalah di dekat mata. Hasil ekskresi yang dihasilkan berupa air yang mengandung garam. Ketika penyu sedang bertelur, kita seringkali melihatnya mengeluarkan semacam air mata. Namun, yang kita lihat sebenarnya adalah hasil ekskresi garam. Ular, buaya, dan aligator tidak memiliki kandung kemih sehingga asam urat yang dihasilkan ginjalnya keluar bersama feses melalui kloaka

4.        Sistem Ekresi Kelas Aves

Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanefros. Burung tidak memiliki vesika urinaria sehingga hasil ekskresi dari ginjal disalurkan langsung ke kloaka melalui ureter. Tabung ginjal burung sangat banyak sehingga metabolisme burung aktif. Tiap 1 ml jaringan korteks ginjal burung mengandung 100– 500 tabung ginjal. Tabung ginjal ini membentuk lengkung Henle kecil. Air dalam tubuh diperoleh melalui reabsorpsi di tubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka. Asam urat berbentuk kristal putih yang bercampur feses. Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna coklat. Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka). Ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka. Tabung ginjal membentuk lekung Henle kecil. Di dalam kloaka terjadi reabsopsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Burung mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam. Jenis burung laut juga memiliki kelenjar ekskresi garam yang bermuara pada ujung matanya.
Hal tersebut untuk mengimbangi pola makannya yang memangsa ikan laut dengan kadar garam tinggi. Kelebihan kelarutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan keluar melalui nares (lubang hidung). Larutan garam mengalir ke rongga hidung kemudia keluar lewat nares luar dan akhirnya garam menetes dari ujung paruh. Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya

5.        Sistem Ekresi Manusia

Tubuh manusia mempunyai beberapa sistem ekskresi, diantaranya ginjal, paru-paru, hati dan kulit.
a.    Ginjal (Ren)
Alat tubuh yang mempunyai fungsi spesifik untuk ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen adalah ginjal.
Ginjal disebut organ ekskresi karena mengeluarkan zat sisa berupa urine, urine terdiri dari sebagian besar air (80%-90%), urea, garam-garam mineral dan zat sisa lain yang berupa racun. Ginjal manusia terdapat 2 buah terletak di rongga perut bagian belakang. Ginjal terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1)        Bagian luar/kulit ginjal (Korteks)
Bagian luar/kulit ginjal (Korteks) pada bagian ini terdapat berjuta-juta nefron untuk proses filtrasi/penyaringan darah. Nefron terdiri dari badan malphigi, badan malphigi terdiri dari kapsul bowman dan glomerulus.
2)        Medula/Sumsum ginjal
Bagian luar/kulit ginjal (Korteks) pada bagian ini terdapat berjuta-juta nefron untuk proses filtrasi/penyaringan darah. Nefron terdiri dari badan malphigi, badan malphigi terdiri dari kapsul bowman dan glomerulus.
3)        Rongga ginjal (Pelvis)
Medula/Sumsum ginjal merupakan bagian ginjal yang berada pada bagian tengah tempat yang dilalui oleh urine sekunder .
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
1)        Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2)        Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.

3)        Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
b.   Paru-Paru
Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir. Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut selaput pleura.
Ekskret paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dari proses pernafasan. Pada prinsipnya, pengangkutan CO2 terjadi melalui tiga cara, yaitu terlarut dalam plasma darah (7-10%) berkaitan dengan hemoglobin (20%) dan dalam bentuk ion HCO3- (70%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida.
Mekanisme pertukaran klorida adalah sebagai berikut:
1)        Darah pada alveolus paru-paru mengikat O2 dan mengangkutnya ke sel-sel jaringan.
2)        Dalam jaringan, darah mengikat CO2 untuk dikeluarkan bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk uap air.
Reaksi kimia tersebut secara ringkas dapat kita tuliskan sebagai berikut:
CO2 + H2O –> H2CO3 –> HCO3- + H+
Ion H+ yang bersifat racun diikat oleh hamoglobin, sedangkan HCO­3- keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma darah.
Sementara itu pula kedudukan HCO3- digantikan oleh ion Cl- (klorida) dari plasma darah.
c.    Hati
Hati merupakan “kelenjar” terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia. Letaknya di dalam rongga perut sebelah kanan. Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram pada orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri. Zat racun yang masuk ke dalam tubuh akan disaring terlebih dahulu di hati sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hati menyerap zat racun seperti obat-obatan dan alkohol dari sistem peredaran darah. Hati mengeluarkan zat racun tersebut bersama dengan getah empedu.
Hati (lepar) mengekskresikan kurang lebih ½ liter empedu setiap hari. Empedu berupa cairan kehijauan berasa pahit dengan pH sekitar 7-7.6; mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, serta pigmen (zat warna empedu) yang disebut bilirubin dan biliverdin.
Hati merupakan organ yang sangat penting, berfungsi untuk, Menghasilkan empedu yang berasal dari perombakan sel darah merah, Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan membunuh bibit penyakit, Mengubah zat gula menjadi glikogen dan menyimpanya sebagai cadangan gula, Membentuk protein tertentu dan merombaknya, Tempat untuk mengubah pro vitamin A menjadi vitamin, Tempat pembentukan protrombin yang berperan dalam pembekuan darah, Zat warna empedu hasil perombakan sel darah merah yang telah rusak tidak langsung dikeluarkan oleh hati, tetapi dikeluarkan melalui alat pengeluaran lainnya. Misalnya, akan dibawa oleh darah ke ginjal dan dikeluarkan bersama-sama di dalam urin.
d.   Kulit
Kulit atau integumen mengekskresikan keringat. Tebal kulit pada manusia dewasa sekitar 0,01 cm hingga 0,5 cm. banyaknya keringat yang dihasilkan atau dikeluarkan seseorang dipengaruhi antara lain oleh aktifitas tubuh, suhu, lingkungan, makanan, kondisi kesehatan dan keadaan emosi.
Keringat manusia terdiri dari air, garam-garam, terutama garam dapur (NaCl), sisa metabolisme sel, urea, serta asam. Kulit (integumen) terdiri dari dua bagian, yaitu epidermis dan dermis.
1)        Epidermis (kulit ari)
Ketebalan epidermis menentukan ketebalan kulit. Kulit yang tebal misalnya pada telapak tangan, ujung jari dan telapak kaki, memiliki lima lapis epidermis, yaitu stratum basal, stratum korneum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum. Kulit yang tipis seperti yang melapisi tubuh, tidak memiliki stratum lusidum.
Sel-sel di stratum basal, stratum spinosum, dan stratum granusolum merupakan sel hidup karena mendapat nutrien dari kapiler di jaringan ikat (dalam hal ini adalah dermis). Sebaliknya, sel-sel di stratum lusidum dan stratum korneum merupakan sel mati karena kapiler tidak mencapai lapisan ini.
2)        Dermis (Kulit jangat atau korium)
Dalam dermis terdapat pembuluh darah, akar, rambut, dan ujung saraf. Selain itu, terdapat juga kelenjar keringat (gandula sudorefera) serta kelenjar minyak (glandula sebassea) yang terletak pada akar rambut dan berfungsi meminyaki rambut.
Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu udara di lingkungan kita tinggi, pembuluh-pembuluh darah di kulit akan melebar. Hal ini mengakibatkan banyak darah yang mengalir ke daerah tersebut. Karena pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh darah maka terjadilah penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh kelenjar keringat. Kemudian air bersama larutannya keluar melalui pori-pori yang merupakan ujung dari kelenjar keringat. Keringat yang keluar membawa panas tubuh, sehingga sangat penting untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal.
Selain sebagai alat pengeluaran (ekskresi), kulit juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, tempat penyimpanan cadangan makanan berupa lemak, pelindung untuk mengurangi hilangnya air dalam tubuh, melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran, panas, zat-zat kimia, dan kuman-kuman. Julit juga berperan sebagai alat indra peraba

BAB III

PENUTUP

A.        Kesimpulan

a.        Sistem ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap ketidak seimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh.
b.        Alat ekskresi eskelas pisc terdiri dari: Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O, kulit, kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk  memudahkan gerak di dalam air, dan sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine.
c.         Alat ekskresi pada amphibi ialah ginjal opistonefros yang dihubungkan dengan ureter di vesika urinaria. Berwarna merah kecokelatan serta terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Alat ekskresi lainnya ialah kulit, paru-paru, dan insang. pasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine.
d.        Alat ekskresi pada reptilia adalah sepasang ginjal metanefros. Metanefros  berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium embrional menghilang. Alat ekskresi pada Reptil yang lain berupa sepasang, kulit, dan paru-paru.
e.        Alat ekskresi aves berupa sepasang ginjal metanefros.
f.        Tubuh manusia mempunyai beberapa sistem ekskresi, diantaranya ginjal, paru-paru, hati dan kulit.

B.        Saran

Demikianlah makalah yang dapat penulis sajikan, penulis menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekeliruan, untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari Ibu pembimbing dan rekan-rekan serta para pembaca sekalian demi kebaikkan, dalam pembuatan makalah selanjutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin

DAFTAR PUSTAKA


Pratiwi, D.A, Sri Maryati, Srikini, dkk. 2006. Biologi Jilid II. Erlangga :Jakarta
Suntoro, Susilo H., Djalal Tanjung Harminani, 1993. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka, Depdikbud : Jakarta
http://lasinrangaditia.blogspot.co.id/2014/02/makalah-sistem-ekskresi.html (diakses di Palangka Raya 6 Maret 2016, 18.35 WIB)
http://117sitrabio.blogspot.co.id/2012/10/sistem-eskresi-pada-hewan.html (diakses di Palangka Raya 6 Maret 2016, 18.35 WIB)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...