Kehidupan dalam bermasyarakat
memang penting, apalagi manusia tidak dapat hidup sendiri. Oleh sebab itu,
manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, atau di sebut juga
dengan bermuamalah. Memang telah kita ketahui, manusia adalah makhluk social
yang tidak lepas dari kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat tidak
mengetahui secara kaffah akan peraturan-peraturan bermuamalah, misalnya dalam
kasus jual beli.
Islam melihat konsep jual beli itu
sebagai suatu alat untuk menjadikan manusia itu semakin dewasa dalam berpola
pikir dan melakukan berbagai aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Pasar
sebagai tempat aktivitas jual beli harus di jadikan sebagai tempat pelatihan
yang tepat bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Maka sebenarnya jual
beli dalam islam merupakan wadah untuk memproduksi khalifah-khalifah yang
tangguh di muka bumi.
Tidak sedikit kaum muslimin yang
mengabaikan dalam mempelajari muamalah, melalaikan aspek ini sehingga tidak
memperdulikan lagi, apakah barang itu halal atau haram menurut syariah islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan jual beli, hutang piutang dan riba ?
2.
Apa dasar
hukum jual beli, hutang piutang dan riba?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jual Beli, Hutang Piutang, dan Riba
1. Jual Beli
Jual beli secara bahasa bertukaran
sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Secara istilah pertukaran harta (benda)
dengan harta yang berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan). Jual beli
merupakan usaha yang baik untuk mencari rezeki, Allah menegaskan dengan
firman-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
Artinya:
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2 : 275)
a. Dasar Hukum Jual Beli
Dasar
hukum atau landasan mengenai jual beli ini disyari’atkan berdasarkan Al-Qur’an
, hadis Nabi dan Ijma ; para ulama’ yakni :
1.
Al-Qur’an
Artinya:
“ Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki hasi
perniagaan) dari tuhanmu, maka apabila kamu telah bertolak dari “ Arafat, maka
berdzikirlah kepada Allah di masy”aril haram. Dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang di tunjukkannya kepadamu: dan sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang sesat”
2.
Hadist
Nabi
Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang
mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, seorang bekerja dengan
tangannya dan setiap jula-beli yang mabrur. (HR, Bajjar, Hakim yang menyahihkan
dari Rifa’ah Ibnu Rafi’)
3.
Ijma’
Ulama telah bersepakat bahwa jual beli
di perbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan
dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik
orang lain yang di butuhkannya itu, harus di ganti dengan barang lainnya yang
sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al-Quran dan Hadist, hukum jual beli adalah
mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah
menjadi sunna, wajib, haram, dan makruh.
b. Rukun dan Syarat Syarat Jual Beli
a. Rukun Jual Beli
1. Penjual dan Pembeli
2. Uang dan benda/ barang yang dibeli
3. Ijab Qabul
b. Syarat sahnya penjual dan
pembeli dalam akad
1. Baligh
2. Berakal sehat
3. Bukan pemboros
4. Tidak dalam keadaan terpaksa
c. Syarat benda/ barang yang
diperjualbelikan
1. Suci
2. Bermanfaat bagi pembeli
3. Dapat di serahkan
4. Diketahui oleh penjual dan
pembeli, baik wujud, sifat dan lain-lain.
d. Syarat ijab qabul
1. Tidak terpisah oleh orang lain
selain penjual dan pembeli
2. Antara ijab dan qabul tidak
terselingi oleh diam yang lama
3. Tidak ada qayid waktu atau
qayid lainnya.
c. Macam Macam Jual Beli
Jual beli ada tiga macam, yaitu
sebagai berikut:
a.
Menjual
barang yang kelihatan, maka (hukumnya) adalah boleh.
b.
Menjual
barang yang disebutkan sifatnya dalam janji, maka hukumnya adalah boleh jika
didapati sifat tersebut sesuai dengan apa yang telah di sebutkan.
c.
Menjual
barang atau benda yang tidak tampak atau tidak terlihat, maka hukumnya adalah
tidak boleh.
2. Hutang Piutang
Boleh menanggung utang yang diketahui kadarnya
(jumlahnya). Orang yang mempunyai piutang harus mencari orang yang menanggung
dan orang yang di tanggung.
a. Syarat Sah Menanggung Utang
Syarat sah menanggung utang ada 4
(empat) yaitu:
1.
Orang yang
menanggung harus memberi tahu kepada orang yang mengutangi (yang berpiutang)
2.
Waktu
menanggungnya harus positif
3.
Utangnya
lazim
4.
Keadaan
utang harus diketahui (pasti)
Orang yang menanggung utang harus
member tahu kepada orang yang berpiutang untuk memudahkan pencarian. Demikian
pula sebaliknya menanggung utang itu di lakukan kalu orang yang di tanggung
sudah dalam kepayahan, tidak mampu menunaikan kewajibannya.
3. Riba
Riba menurut bahasa berarti tambahn, sedangkan
menurut istilah syara’ ialah menukarkan benda dengan benda yang lainnya dalam
keadaan samar (tidak jelas), menurut aturan syara’, ketika akad berlangsung
atau dengan mengakhirkan dua takaran atau slah satu barang tersebut.
b. Macam Macam Riba
Riba terbagi kepada 4 (empat) bagian
yaitu sebagai berikut:
a.
Riba
fadhli, yaitu menjual barang riba yang sejenis dengan memakai tambahan pada
salah satu barang pertukaran tersebut.
b.
Riba yadi,
yaitu menjual dua barang riba yang berbeda jenisnya dengan syarat mengakhirkan
penerimaan barangnya dari tempat akad.
c.
Riba
wasaa, yaitu menjual dua barang riba yang berbeda jenisnya dengan syarat
mengakhirkan penerimaan barangnya dengan batas waktu tertentu, sekalipun
sebentar.
d.
Riba
qardhi, yaitu setiap pinjaman yang diambil manfaat oleh orang lain yang
meminjamkan.
Tidak boleh menjual emas dengan emas
atau dengan perak, yang telah dicetak / dicampuri atau bekam, kecuali
timbangannya sama, dan secara kontan dan tidak boleh menjual barang tersebut
ada kelebihan dan secara kontan dan tidak boleh menjual barang yang telah
diberi orang lain, baik untuk dijual lagi ataupun untuk ditukar dengan benda
lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Jual Beli
Jual beli secara bahasa bertukaran
sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Secara istilah pertukaran harta (benda)
dengan harta yang berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan). Jual beli
merupakan usaha yang baik untuk mencari rezeki, Allah menegaskan dengan
firman-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
Artinya:
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2 : 275)
3. Hutang Piutang
Boleh menanggung utang yang diketahui kadarnya
(jumlahnya). Orang yang mempunyai piutang harus mencari orang yang menanggung
dan orang yang di tanggung.
4. Riba
Riba menurut bahasa berarti tambahn, sedangkan
menurut istilah syara’ ialah menukarkan benda dengan benda yang lainnya dalam
keadaan samar (tidak jelas), menurut aturan syara’, ketika akad berlangsung
atau dengan mengakhirkan dua takaran atau slah satu barang tersebut.
B. Saran
Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan
saran dan kritik dari Ibu pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah
ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya. Aamiin.
Daftar
Pustaka
Syaikhu dan Norwili, 2014. Bahan
Ajar Fiqih. Palangkaraya: STAIN Palangkaraya.
Suhendi, Hendi, 1997. Feqh
Muamalah, Bandung: Gunung Jati Press
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...