Menu Bar 1

Wednesday 23 March 2016

Makalah Hukum Jual Beli,Hutang Piutang, dan Riba



BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kehidupan dalam bermasyarakat memang penting, apalagi manusia tidak dapat hidup sendiri. Oleh sebab itu, manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, atau di sebut juga dengan bermuamalah. Memang telah kita ketahui, manusia adalah makhluk social yang tidak lepas dari kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat tidak mengetahui secara kaffah akan peraturan-peraturan bermuamalah, misalnya dalam kasus jual beli.
Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat untuk menjadikan manusia itu semakin dewasa dalam berpola pikir dan melakukan berbagai aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Pasar sebagai tempat aktivitas jual beli harus di jadikan sebagai tempat pelatihan yang tepat bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Maka sebenarnya jual beli dalam islam merupakan wadah untuk memproduksi khalifah-khalifah yang tangguh di muka bumi.
Tidak sedikit kaum muslimin yang mengabaikan dalam mempelajari muamalah, melalaikan aspek ini sehingga tidak memperdulikan lagi, apakah barang itu halal atau haram menurut syariah islam.

B.      Rumusan Masalah

1.       Apa yang dimaksud dengan jual beli, hutang piutang dan riba ?
2.       Apa dasar hukum jual beli, hutang piutang dan riba?

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Jual Beli, Hutang Piutang, dan Riba

1.       Jual Beli

Jual beli secara bahasa bertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Secara istilah pertukaran harta (benda) dengan harta yang berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan). Jual beli merupakan usaha yang baik untuk mencari rezeki, Allah menegaskan dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
Artinya:
 “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2 : 275)

a.       Dasar Hukum Jual Beli

         Dasar hukum atau landasan mengenai jual beli ini disyari’atkan berdasarkan Al-Qur’an , hadis Nabi dan Ijma ; para ulama’ yakni :
1.       Al-Qur’an
Artinya:
“ Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki hasi perniagaan) dari tuhanmu, maka apabila kamu telah bertolak dari “ Arafat, maka berdzikirlah kepada Allah di masy”aril haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang di tunjukkannya kepadamu: dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang sesat”
2.       Hadist Nabi
Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, seorang bekerja dengan tangannya dan setiap jula-beli yang mabrur. (HR, Bajjar, Hakim yang menyahihkan dari Rifa’ah Ibnu Rafi’)
3.       Ijma’
Ulama telah bersepakat bahwa jual beli di perbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang di butuhkannya itu, harus di ganti dengan barang lainnya yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al-Quran dan Hadist, hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi sunna, wajib, haram, dan makruh.

b.      Rukun dan Syarat Syarat Jual Beli

a. Rukun Jual Beli
1. Penjual dan Pembeli
2. Uang dan benda/ barang yang dibeli
3. Ijab Qabul
b. Syarat sahnya penjual dan pembeli dalam akad
1. Baligh
2. Berakal sehat
3. Bukan pemboros
4. Tidak dalam keadaan terpaksa
c. Syarat benda/ barang yang diperjualbelikan
1. Suci
2. Bermanfaat bagi pembeli
3. Dapat di serahkan
4. Diketahui oleh penjual dan pembeli, baik wujud, sifat dan lain-lain.
d. Syarat ijab qabul
1. Tidak terpisah oleh orang lain selain penjual dan pembeli
2. Antara ijab dan qabul tidak terselingi oleh diam yang lama
3. Tidak ada qayid waktu atau qayid lainnya.

c.       Macam Macam Jual Beli

Jual beli ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a.       Menjual barang yang kelihatan, maka (hukumnya) adalah boleh.
b.      Menjual barang yang disebutkan sifatnya dalam janji, maka hukumnya adalah boleh jika didapati sifat tersebut sesuai dengan apa yang telah di sebutkan.
c.       Menjual barang atau benda yang tidak tampak atau tidak terlihat, maka hukumnya adalah tidak boleh.

2.       Hutang Piutang

Boleh menanggung utang yang diketahui kadarnya (jumlahnya). Orang yang mempunyai piutang harus mencari orang yang menanggung dan orang yang di tanggung.

a.       Syarat Sah Menanggung Utang

Syarat sah menanggung utang ada 4 (empat) yaitu:
1.       Orang yang menanggung harus memberi tahu kepada orang yang mengutangi (yang berpiutang)
2.       Waktu menanggungnya harus positif
3.       Utangnya lazim
4.       Keadaan utang harus diketahui (pasti)
Orang yang menanggung utang harus member tahu kepada orang yang berpiutang untuk memudahkan pencarian. Demikian pula sebaliknya menanggung utang itu di lakukan kalu orang yang di tanggung sudah dalam kepayahan, tidak mampu menunaikan kewajibannya.

3.       Riba

Riba menurut bahasa berarti tambahn, sedangkan menurut istilah syara’ ialah menukarkan benda dengan benda yang lainnya dalam keadaan samar (tidak jelas), menurut aturan syara’, ketika akad berlangsung atau dengan mengakhirkan dua takaran atau slah satu barang tersebut.

b.      Macam Macam Riba

Riba terbagi kepada 4 (empat) bagian yaitu sebagai berikut:
a.         Riba fadhli, yaitu menjual barang riba yang sejenis dengan memakai tambahan pada salah satu barang pertukaran tersebut.
b.        Riba yadi, yaitu menjual dua barang riba yang berbeda jenisnya dengan syarat mengakhirkan penerimaan barangnya dari tempat akad.
c.         Riba wasaa, yaitu menjual dua barang riba yang berbeda jenisnya dengan syarat mengakhirkan penerimaan barangnya dengan batas waktu tertentu, sekalipun sebentar.
d.        Riba qardhi, yaitu setiap pinjaman yang diambil manfaat oleh orang lain yang meminjamkan.
Tidak boleh menjual emas dengan emas atau dengan perak, yang telah dicetak / dicampuri atau bekam, kecuali timbangannya sama, dan secara kontan dan tidak boleh menjual barang tersebut ada kelebihan dan secara kontan dan tidak boleh menjual barang yang telah diberi orang lain, baik untuk dijual lagi ataupun untuk ditukar dengan benda lainnya.



BAB III 

PENUTUP 

A.      Kesimpulan

2.         Jual Beli

Jual beli secara bahasa bertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Secara istilah pertukaran harta (benda) dengan harta yang berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan). Jual beli merupakan usaha yang baik untuk mencari rezeki, Allah menegaskan dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
Artinya:
 “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2 : 275)

3.         Hutang Piutang

Boleh menanggung utang yang diketahui kadarnya (jumlahnya). Orang yang mempunyai piutang harus mencari orang yang menanggung dan orang yang di tanggung.

4.           Riba

Riba menurut bahasa berarti tambahn, sedangkan menurut istilah syara’ ialah menukarkan benda dengan benda yang lainnya dalam keadaan samar (tidak jelas), menurut aturan syara’, ketika akad berlangsung atau dengan mengakhirkan dua takaran atau slah satu barang tersebut.

B.      Saran

Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari Ibu pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya. Aamiin.

Daftar Pustaka
Syaikhu dan Norwili, 2014. Bahan Ajar Fiqih. Palangkaraya: STAIN Palangkaraya.
Suhendi, Hendi, 1997. Feqh Muamalah, Bandung: Gunung Jati Press

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...