BAB I
A.
Latar
Belakang
Kehidupan hewan sejenis cacing
mungkin tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat. Hewan kecil jika tidak
diperhatikan akan membawa dampak yang buruk bagi manusia.Banyak sekali penyakit
yang disebabkan oleh cacing, contohnya adalah cacingan. Hal ini dapat
mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, dan produktifitas
penderitanya sehingga secara ekonomi dapat menyebabkan kerugian karena
menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan sumber
daya manusia.
Salah satu jenis cacing yang
dapat menyebabkan penyakit adalah Ascaris lumbricoides. Hewan ini masuk
ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi telur cacing gelang.Setelah
telur masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas dan akan menjadi cacing ke dalam
usus halus. Karena ukurannya yang mikroskopis, maka cacing ini dapat menembus
dinding-ding usus, jalan terus hingga ke paru-paru dan terus berjalan ke trakea
lalu kembali lagi ke dalam usus halus melalui esophagus.
Adapun rumusam masalah dari makalah ini yaitu
:
1. Apa
pengertian Ascaris lumbricoides ?
2. Di
manakah habitat Ascaris lumbricoides ?
3. Bagaimana
morfologi Ascaris lumbricoides
4. Bagaimana
klasifikasi Ascaris lumbricoides ?
5. Bagaimana
fisiologi Ascaris lumbricoides ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan darri makalah ini
adalah agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui
pengertian dari Ascaris lumbricoides.
2. Mengetahui
habitat dari Ascaris lumbricoides.
3. Mengetahui
dan memahami morfologi Ascaris lumbricoides.
4. Mengetahui
dan mampu menjelaskan klasifikasi Ascaris lumbricoides.
5. Mengetahui
fisiologi dari Ascaris lumbricoides.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan
cacing gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusia dari
kelas Nematoda dalam salah satu Filum Nemathelminthes. Ascaris lumbricoides
termasuk ke dalam Nematoda intestinal yaitu nematode yang berhabitat di saluran
pencernaan manusia dan hewan. Sebagian besar dari nematode ini adalah penyebab
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Cacing ini ditemukan kosmopolit
(di seluruh dunia), terutama dii daeerah tropic dan erat hubungannya dengan
hygiene dan sanitasi tinggi. Lebih sering diitemukan pada anak-anak. Di
Indonesia frekuensinya tinggi berkisar antara 20-90 %.
Ascaris lumbricoides hidup di
dalam usus karena di dalam usus halus cacing perut ini dapat memperoleh makanan
Ascaris lumbricoides adalah cacing yang pertama kali
diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Linnaeus melalui observasi dan studinya
antara tahun 1730-1750 an. Dari hasil observasinya, Linnaeus pergi kebeberapa
tempat di dunia untuk mengonfirmasi wilayah penyebaran parasite tersebut.
Linnaeus diberi kesempatan untuk menamai parasite tersebut.
Penyebab utama dari kebanyakan
infeksi oleh parasite ini adalah penggunaan kotoran manusia untuk menyuburkan
tanah lahan pertanian atau perkebunan di mana tanah tersebut digunakan untuk
menumbuhkan tanaman sebagai bahan makanan.[1]
Cacing dewasa hidup di dalam usus
halus dan telur cacing perut keluar bersama feses, ketika telur cacing tersebut
berada di makanan dan makanan itu kita makan maka kemungkinan besar cacing ini
akan tumbuh di dalam tubuh kita. Setelah telur masuk ke dalam tubuh, telur akan
menetas dan akan menjadi cacing ke dalam usus halus. Karena ukurannya yang
mikroskopis maka cacing ini dapat menembus dinding-dinding usus, jalan terus
hingga ke paru-paru. Sampai paru-paru cacing perut ini terus berjalan ke trakea
lalu kembali lagi ke dalam usus halus melalui esofagus.[2]
B.
Habitat dan
Morfologi Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides umumnya hidup sebagai
parasite dalam usus manusia khususnya pada anak-anak dan ia menyerap sari
makanan dari usus[3]
tersebut sehingga tubuhnya gembul bisa mencapai 20-40 cm.[4]
Hewan ini bersifat kosmopolit (terdapat disegala tempat), terutama di daerah
tropis.
GAMBAR 2 Ascaris lumbricoides
Berikut ini adalah lasifikasi
dari Ascaris lumbricoides :
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathhelminthes
Sub filum : Ascaridoidea
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Rhabditida
Familia : Ascaridea
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides
Cacing Ascaris lumbricoides merupakan
spesies dari genus Ascaris yang termasuk kelas Nematoda memiliki ciri-ciri atau
morfologi sebagai berikut :
GAMBAR 3 Morfologi Ascaris
lumbricoides
GAMBAR 4 Perbedaan Ascaris
lumbricoides jantan dan betina
1. Dinding
tubuh tersusun dari kutikula,
2. Epidermis
dan lapisan otot yang memanjang di mana terdapat saluran ekskresi lateral,
3. Tali-tali
syaraf dorsal dan ventra dihubungkan oleh cincin syaraf anterior,
4. Cacing
betina dalam umur dewasa dan keadaan yang sama lebih besar dari yang jantan,
5. Panjang
tubuh cacing betina 20-40 cm,
6. Cacing
jantan berukuran 10-15 cm,
7. Dioceous (berumah dua) reproduksi seksual
(jantan dan betina),
8. Ascaris lumbricoides tergolong organisme tripoblastik pseudocoelomata
(tripoblastik yang berongga semu artinya rongga tubuhnya terisi organ-organ
sehingga tidak mutlak sebagai rongga, seperti yang dijumpai pada tripoblastik
coelomate ),
9. Cacing ini hamper terdapat di seluruh belahan
bumi sehingga ia tergolong organisme cosmopolitan atau tidak endemik,
10. Pada
cacing jantan, salah satu ujung tubuhnya menggulung,
11. Pada
cacing betina, salah satu ujung tubuhnya tidak menggulung,
12. Ujung
tubuh cacing baik cacing jantan ataupun betina meruncing dan permukaan tubuhnya
licin,
13. Mulut
terdapat pada ujung anterior, mempunyai tiga buah bibir (1 buah bibir dorsal
dan 2 bibir ventrolateral) dan masing-masing bibir memiliki papilla,
14. Pada
permukaan ventral di ujung posterior terdapat lubang ekskresi,
15. Sepanjang
tubuhnya tampak empat garis longitudinal (memanjang) ialah garis dorsal, garis
ventral dan 2 garis lateral,[5]
16. Memiliki
serabut-serabut otot longitudinal,rongga di antara dinding tubuh dan alat
pencernaan disebut pseudocolom.[6]
Telur Ascaris lumbricoides
biasanya sering ditemukan dalam dua bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan
telur yang infertile (tidak dibuahi). Telur fertile yang belum berkembang
biasanya tidak memiliki rongga udara, tetapi yang telah mengalami perkembangan
akan didapatkan rongga udara.
Bila baru dikeluarkan tidak
infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi suatu membrane
vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap
lingkungan sekitarnya sehingga dapat bertahan sampai satu tahun. Pada telur fertile
yang telah mengalami pematangan seringkali mengalami pengelupasan dinding telur
yang paling luar sehingga penampakan telurnya tidak lagi berbenjol-benjol kasar
melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami pengelupasan pada lapisan
albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah mengalami proses dekortikasi.
Pada telur ini lapisan hialin menjadi lapisan yang paling luar.
Telur infertile bentuknya lebih
lonjong, ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang mati sehingga tampak lebih
transparan.[7]
Telur yang tidak dibuahi atau
infertile berada dalam kotoran dan mempunyai ukuran 88-99 x 40-44 mikron, telur
ini memiliki dinding tipis yang berwarna coklat dan dilapisi albuminoid yang
kurang sempurna dan isinya tidak teratur.[8]
GAMBAR 5 Telur Ascaris lumbricoides tidak
dibuahi
GAMBAR 6 Telur Ascaris lumbricoides yang
dibuahi
C.
Fisiologi
Ascaris lumbricoides
1. Sistem
Pencernaan Makanan Ascaris lumbricoides
Sistem
pencernaan hewan ini saprozoic dengan memakan zat yang terdapat pada intestine.
Pencernaan ekstrasel dan sisa pencernaan dikeluarkan melalui anus.
Mulut
terdapat pada ujung posterior sisi depan sedangkan anus terdapat pada ujung
posterior belakang. Hewan ini tidak memiliki pembuluh darah sehingga makanan
diedarkan keseluruh tubuh melalui cairan pada ruang antar organ.[9]
Saluran
Pencernaan makanan terdiri atas : mulut, faring, usus panjang, dan anus.[10]
Sistem pencernaan Ascaris lumbricoides tidak dilengkapi dengan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Makanan dimasukkan ke dalam tubuhnya berupa
makanan yang berasal dari inangnya. Cacing Ascaris lumbricoides juga
menggigit membrane mukosa dengan bibirnya untuk menghisap darah dan cairan
jaringan dari inang.
GAMBAR 7
Sistem Pencernaan
Pada
Ascaris lumbricoides dikelilingi tiga bibir sebagai sistem pencernnaan
makanan. Mulut berlanjut pada faring atau esophagus yang berbentuk silindris.
Dinding faring mempunyai serabut-serabut otot radial yang dapat melonggarkan
rongga faring. Rongga faring mempunyai tiga lekuk longitudinal yang bagian
dalamnya dilapisi kutikula.
Setelah
dari faring kemudian berlanjut ke intestine yang merupakan saluran pencernaan
bagian tengah. Intestine berbentuk pipih dorsoventral dan berdinding tipis.
Dinding
intestine dilapisi oleh selapis epitel kolumnar. Dinding luar dan dinding dalam
dibatasi oleh kutikula yang tipis dan tidak tertutup oleh lapisan otot. Intestinnya menyerap makanan serta
melaksanakan pencernaan secara intraselular. Bagian akhir dari saluran
pencernaan makanan (proktodaeum) yang merupakan kelanjutan dari intestine adalah rectum. Bagian ini pendek dan sempit,
dindingnya mengandung serabut-serabut otot dan dilapisi kutikula.
Di
dalam rectum terdapat kelenjar rektar uniselular yang berukuran besar dan
jumlahnya tiga pada betina dan enam pada yang jantan. Bagian ujung rectum atau
anus mempunyai bibir yang tebal. Pada hewan yang jantan terdapat sebuah kloaka.
Kelebihan makanan disimpan sebagai cadangan glokogen dan lemak di dalam
intestine otot dan epidermis.
2. Sistem
Ekskresi
Alat ekskresi hewan ini sama dengan hewan lain dalam kelas
nematode yaitu sistem sel kelenjar, dengan atau tanpa saluran yang terletak
pada anterior. Dari sistem kelenjar muncul sistem pembuluh ekskresi yang
berbentuk huruf H dengan saluran utama yang lubangnya terbuka tepat di bawah
mulut. Pada cacing ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang internal, silia dan sel api.
3. Sistem
Reproduksi
Alat
reproduksi jantan ialah gulungan single testis yang menyerupai benang berbelit,
seminal vesicle dan diteruskan dengan pembuluh pendek muscular ejaculatory yang
berlubang ke dalam cloaka. Sedangkan pada yang betina sistem reproduksinya
berbentuk Y, tiap-tiap cabang dari bentuk Y ini terdiri dari ovarium yang
menyerupai benang berbelit dan diteruskan ke oviduk dan uterus.[11]
GAMBAR 8 Alat reproduksi Ascaris lumbricoides
Uterus
dari dua cabang bentuk Y itu bersatu menjadi satu saluran pendek yang disebut
vagina yang terbuka ke bagian luar melalui lubang yang disebut vulva. Pembuatan
terjadi di dalam uterus dan telur akan dikeluarkan melalui vulva.[12]
4. Sistem
Respirasi
Sistem
respirasi pada hewan ini yaitu melalui permukaan tubuhnya. Ascaris lumbricoides mensirkulasi oksigen dan karbon
dioksida keluar masuk sel tubuh secara difusi melalui permukaan/kulit sebagai
ganti paru-paru. Kemudian oksigen itu masuk ke pembuluh darah dan oleh darah
didistribusikan ke sel seluruh tubuh.[13]
5. Siklus
Hidup
Pada
waktu telur yang telah dibuahi keluar bersama tinja penderita, telur belum infektif.
Ketika telur jatuh di tanah, maka telur tersebut baru akan tumbuh dan
berkembang. Ovum yang berada di dalam telur akan berkembang menjadi larva
rabditiform sehingga telur menjadi infektif.[14]
GAMBAR 9 Siklus Hidup Ascaris
lumbriciodes
Bila
telur yang infektif tertelan oleh manusia melalui perantara makanan maka di bagian
atas usus halus dinding telur pecah dan larva akan lepas dari telur.[15]
Larva ini akan menembus dinding usus halus dan diangkut secara pasif oleh darah
vena porta ke hati. Kemudian bersama aliran darah menuju jantung kanan untuk
selanjutnya menuju ke sirkulasi paru-paru. Perpindahan larva cacing menyebabkan
terjadinya pneumonitis dan eosinophilia.[16]
Di
dalam paru-paru larva akan tumbuh dan berganti kulit sebanyak dua kali.[17]
Dari paru-paru, larva menembus alveolus.[18]
Masa migrasi ini berlangsung selama sekitar 15 hari. Setelah dari alveoli larva
ini bergerak menuju bronki, trakea dan menuju laring untuk selanjutnya ke faring. Apabila sudah
mencapai faring maka biasanya akan menimbulkan rangsangan faring berupa batuk.
Setelah itu pindah ke esophagus, turun menuju lambung dan akhirnya sampai ke
usus.
Di
usus ini barulah terjadi pergantian kulit lagi dan cacing tumbuh menjadi cacing
dewasa. Dua bulan semenjak infeksi pertama terjadi, cacing betina dewasa mulai
mampu memproduksi telur sebanyak 200.000 telur setiap harinya. Cacing ini tidak
melekat diri, tetapi berdiam ditempatnya dengan pergerakan yang tetap.
Dalam
lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif
dalam waktu 3 minggu.[19]
Dalam
penyebarannya di dalam tubuh manusia, larva cacing ada yang ikut aliran darah
hingga mencappai mata da nada pula yang mencapai otak. Jika demikian cacing ini
akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, upayakan makanan yang akan dihidangkan
tertutup rapat agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu yang mengandung
telur ascaris lumbricoides. Alat dan bahan makanan harus dijaga kebersihannya.
Kita juga harus menjaga kebersihan tubuh kita. Sayur-sayuran yang hidup di
parit, seperti kangkung seringkali mengandung telur cacing ini. Oleh karena
itu, membersihkan dan memasak sayur sebelum dimakan.[20]
Adapun
gejala atau tanda manusia terinfeksi cacing perut atau Ascaris lumbriciodes
yaitu :
a. Perut
terasa tidak enak
b. Lesu
c. Tidak
napsu makan
d. Muka
pucat
e. Mual
f.
Badan kurus
g. Perut
buncit
h. Fesesnya
encer, kadang bercampur lender dan darah
i.
Cacing tampak keluar dalam feses
Langkah
pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari infeksi cacing ini antara
lain:
a. Jagalah
kebersihan pribadi, makanan dan lingkungan dengan baik
b. Mencuci
tangan dengan bersih terutama sebelum makan dan setelah buang air besar
c. Menggunting
kuku dan hindarii kebiasaan menggigit kuku
d. Cuci
sayur hingga bersih dan masak daging hingga benar-benar matang
e. Sediakan
fasilitasi toilet yang memadai, jangan buang air besar sembarangan
f.
Sebaiknya anak-anak diberi obat
cacing setiap 6 bulan sekali.[21]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan
cacing gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusia dari kelas
Nematoda dalam salah satu Filum Nemathelminthes.
2. Habitat
Ascaris lumbricoides umumnya hidup
sebagai parasite dalam usus manusia khususnya pada anak-anak dan ia menyerap
sari makanan dari usus tersebut sehingga tubuhnya gembul bisa mencapai 20-40 cm.
Hewan ini bersifat kosmopolit (terdapat disegala tempat), terutama di daerah
tropis.
3. Morfologi
Ascaris lumbricoides yaitu
sebagai berikut :
a. Dinding
tubuh tersusun dari kutikula,
b. epidermis
dan lapisan otot yang memanjang di mana terdapat saluran ekskresi lateral,
c. tali-tali
syaraf dorsal dan ventra dihubungkan oleh cincin syaraf anterior,
d. cacing
betina dalam umur dewasa dan keadaan yang sama lebih besar dari yang jantan,
e. panjang
tubuh cacing betina 20-40 cm, cacing jantan berukuran 10-15 cm,
f.
dioceous (berumah dua) reproduksi seksual (jantan dan
betina),
g. Ascaris lumbriciodes
tergolong organisme tripoblastik pseudocoelomata (tripoblastik yang berongga
semu artinya rongga tubuhnya terisi organ-organ sehingga tidak mutlak sebagai
rongga,
h. seperti yang dijumpai pada
tripoblastik coelomate ), cacing ini
hamper terdapat di seluruh belahan bumi sehingga ia tergolong organisme
cosmopolitan atau tidak endemik, pada cacing jantan,
i.
salah satu ujung tubuhnya
menggulung,pada cacing betina, salah satu ujung tubuhnya tidak menggulung,
ujung tubuh cacing baik cacing jantan ataupun betina meruncing dan permukaan
tubuhnya licin,mulut terdapat pada ujung anterior,
j.
mempunyai tiga buah bibir (1 buah
bibir dorsal dan 2 bibir ventrolateral) dan masing-masing bibir memiliki papilla,
pada permukaan ventral di ujung posterior terdapat lubang ekskresi,
k. sepanjang
tubuhnya tampak empat garis longitudinal (memanjang) ialah garis dorsal,
l.
garis ventral dan 2 garis
lateral, memiliki serabut-serabut otot longitudinal,
m. rongga
di antara dinding tubuh dan alat pencernaan disebut pseudocolom.
4. Klasifikasi
Ascaris lumbricoides yaitu
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathhelminthes
Sub filum : Ascaridoidea
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Rhabditida
Familia : Ascaridea
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbriciodes
5. Fisiologi
dari Ascaris lumbriciodes
a. Sistem
pencernaan : mulut, faring, usus panjang, dan anus
b. Sistem
ekskresi : Alat ekskresi berupa sel sistem H dengan saluran utama yang
lubangnya terbuka tepat di bawah mulut.
c. Sistem
respirasi : melalui permukaan tubuhnya. Ascaris lumbricoides mensirkulasi
oksigen dan karbon dioksida keluar masuk sel tubuh secara difusi melalui
permukaan/kulit sebagai ganti paru-paru. Kemudian oksigen itu masuk ke pembuluh
darah dan oleh darah didistribusikan ke sel seluruh tubuh.
d. Sistem reproduksi : Alat reproduksi jantan ialah
gulungan single testis yang menyerupai benang berbelit, seminal vesicle dan
diteruskan dengan pembuluh pendek muscular ejaculatory yang berlubang ke dalam
cloaka. Sedangkan pada yang betina sistem reproduksinya berbentuk Y, tiap-tiap
cabang dari bentuk Y ini terdiri dari ovarium yang menyerupai benang berbelit
dan diteruskan ke oviduk dan uterus.
Uterus
dari dua cabang bentuk Y itu bersatu menjadi satu saluran pendek yang disebut
vagina yang terbuka ke bagian luar melalui lubang yang disebut vulva. Pembuatan
terjadi di dalam uterus dan telur akan dikeluarkan melalui vulva.
6. Siklus
Hidup Ascaris lumbricoides : Usus manusia—cacing—telur cacing—keluar
bersama feses—tersebar—menempel pada makanan—termakan—menetas—larva—menembus
usus—aliran—darah—jantung—paru-paru—kerongkongan—tertelan—usus manusia—cacing
dewasa.
b. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca dan penulis. Saya menyarankan kepada pembaca
untuuk mencari referensi lain mengenai Ascaris lumbricodes agar dapat
lebih memahami.
Daftar Pustaka
Adun Rusyana. 2013. Zoologi Invertebrata, Bandung : Alfabeta.
Kennet dan Stephen. 2011. Mikrobiologi
dan Penyakit Infeksi, Tanggerang : Karisma Publishing Group.
Rosdiana
Safar. 2010. Parasitologi Kedokteran, Bandung : CV.Yrama Widya.
Stamar syamsuri,Dkk. 2007. Biologi Untuk
SMA Kelas X Semester 2, Jakarta : Erlangga.
Warsito. 2007. Kamus Pintar
Biologi, Surabaya : Yoshiko Surabaya.
Website :
http://didik.dosen.unimus.ac.id/2011/11/23/cacing-gelang-ascaris-lumbricoides/ jam 6:45 hari senin
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-revidwisal-6941-3-babii.pdf jam 6.40 hari
selasa.
http://kampus-kedokteran.blogspot.com/2011/10/parasit-ascaris-lumbricoides.html jam 6.46 hari
rabu
http://michamaisyah.blogspot.com/2013/05/makalah-ascari-lumbricoides.html
hari rabu jam 6.43
http://www.academia.edu/5338853/MAKALAH_ZOONOSIS_ASCARIASIS?login=&email_was_taken=true
hari jum’at 7.19
[1] http://ilhammaulana24.blogspot.com/2013/03/ascaris-lumbricoides.html hari rabu jam 6.58
[3]
Warsito, Kamus Pintar Biologi, Surabaya, Yoshiko Surabaya, h. 190, 2007.
[4] http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-NONO_SUTARNO/HAND_OUT_ZOOIN_2.pdf jam 6.34
[5] Adun
Rusyana, Zoologi Invertebrata, Alfabeta, h. 73, 2013.
[6] http://didik.dosen.unimus.ac.id/2011/11/23/cacing-gelang-ascaris-lumbricoides/
hari 6 45 hari senin.
[7] http://michamaisyah.blogspot.com/2013/05/makalah-ascari-lumbricoides.html jam
6.43
[8]http://www.academia.edu/5338853/MAKALAH_ZOONOSIS_ASCARIASIS?login=&email_was_taken=true hari
jum’at 7.19
[9] http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-NONO_SUTARNO/HAND_OUT_ZOOIN_2.pdf hari senin jam 6.34
[10] Adun
Rusyana, Zoologi Invertebrata, Alfabeta, h. 73, 2013.
[11] http://kampus-kedokteran.blogspot.com/2011/10/parasit-ascaris-lumbricoides.html jam 6.46
[12] Adun
Rusyana, Zoologi Invertebrata, Alfabeta, h. 73-74, 2013.
[13] http://rosabiologialba.blogspot.com/2012/05/makalah-nemathelminthes.html 7.40
[14] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-revidwisal-6941-3-babii.pdf
jam 6.40 hari selasa.
[15] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-revidwisal-6941-3-babii.pdf
jam 6.40 hari selasa.
[16]
Kennet dan Stephen, Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi, Tanggerang,
Karisma Publishing Group, h. 627, 2011.
[17] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-revidwisal-6941-3-babii.pdf jam 6.40 hari
selasa.
[18]
Kennet dan Stephen, Mikrobiologi dan Penyakit…, Tanggerang, Karisma
Publishing Group, h. 627, 2011.
[19] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-revidwisal-6941-3-babii.pdf
jam 6.40 hari selasa.
[20]
Stamar syamsuri,Dkk. Biologi Untuk SMA Kelas X Semester 2, Jakarta,
Erlangga, h. 98, 2007.
[21] http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-NONO_SUTARNO/HAND_OUT_ZOOIN_2.pdf jam 6.34
Thanks for your information. Please accept my comments to still connect with your blog. And we can exchange backlinks if you need.
ReplyDeleteWhat Is Anemia?
What Is Aortic Aneurysm?
What Is Angina Pectoris?
What Is Arrhythmias?
What Is Ascariasis?