Menaksir
kemelimpahan populasi dengan metode CMR
II.Tujuan Praktikum
Untuk
mempelajari cara menaksir keelimpahan serangga yang terdapat di habitat
terrestrial.
III.Dasar Teori
Populasi diartikan sebagai suatu
kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang
individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang
khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan
secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu
dalam kelompok itu (Odum, 1971).Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa
pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota
populasi. Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran besar populasi,
kerapatan dan kelimpahan populasi (Boror, 1954).
Dalam mempelajari kelimpahan suatu
spesies di satu lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu tentang kondisi fisika
kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu,
pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya. Perbadaan-perbedaan
dalam populasi mungkin dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, cacah
predator, dan sebagainya. Suatu populasi dapat dirubah oleh kelahiran, kematian
dan migrasi. Suatu nilai ekstrim besarnya populasi dapat mencerminkan tingkat
saat terakhir ketika berkurang, waktu yang dilampaui untuk tumbuh kembali dan
laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut. Suatu nilai ekstrim lain
besarnya populasi juga dapat mecerminkan ketersediaan beberapa sumber
daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih lanjut yang dibatasi oleh
laju kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi (Soetjipta,
1993).
Kelimpahan jenis serangga sangat
ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan
yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan
aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim,
karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan
hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo
serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim.
(Subahar, 2004)
Kelimpahan populasi serangga pada
suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan
maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga
menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan
yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan
populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu (Michael.
P, 1991).
Suatu komunitas terdiri dari berbagai
kumpulan populasi yang saling berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu
dalam komunitas berarti ada keanekaragaman jenis-jenis ynag terkumpul membentuk
populasi dan saling berinteraksi antar populasi tersebut membentuk
komunitas.Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam komunitas salah satu cirri
utama adalah adanya keanekaragaman jenis. Keanekaragaman jenis dari
seluruh jumlah jenis di dalam komponen tropic atau dalam suatu komunitas secara
keseluruhan ditentukan oleh jenis yang jarang, dominan, atau umum (Odum,
1971).Untuk mengetahui keanekaragaman suatu organisme maka kita harus
mengetahui kemelimpahan suatu individu, kemelimpahan dapat di ketahui dengan
menggunakan beberapa metode yaitu CMRR (Capture, Mark, Release, dan Recapture),
Pit Fall trap, dan Transek (Nurdin Muhammad, 1989 : 65).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari
waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran
poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi
lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu
eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan
tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran
dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di
alam.(Naughton. 1973 : 97).
Metode capture-recapture, merupakan metode
yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies
hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini
dikenal juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode
ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan
yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda
yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode
waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua
minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu
dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu
yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang
tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan
bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan,
perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi (Azis : 2012).
Kerapatan populasi merupakan ukuran
populasi dalam hubungannya dengan satuan ruang. Biasanya dinyatakan dengan
banyaknya individu atau biomasa populasi persatuan luas atau volume. Untuk
mengetahui jumlah individu suatu populasi hewan di suatu tempat tertentu ada
berbagai cara penaksiran yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah menggunakan
metode menangkap-menandai-melepas-menangkap ulang (CMRR). Metode ini umum
diterapkan pada jenis-jenis hewan yang mobile (bergerak).
Metode MMM, merupakan metode yang sudah
populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang
bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal
,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah
menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari.
Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau
diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek
(umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan
pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang
sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang
berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari
hasil penangkapan kedua.
Adapun cara menandai hewan
bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan,
perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun
yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tanda
yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau
rusak selama periode pengamatan.
2. Tanda
yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang
hidup.
3. Setelah
diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu
lain didalam populasi.
4. Peluang
untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun
tidak (Anonimus. 2008).
Rumus-rumus perhitungan metode MMM,
apabila :
M : Jumlah individu yang ditandai
dan dilepaskan kembali pada periode pencuplikan ke-1
n : Jumlah total yang
bertanda maupun yang tidak bertanda, pada periode pencuplikan ke-2
m : Jumlah individu
bertanda yang tertangkap kembali pada periode penangkapan ke-2
N : Jumlah individu
di alam/ dalam populasi
IV.
Alat dan Bahan
Nama alat dan
bahan
|
Jumlah
|
Jala
Penangkap serangga
|
1 buah
|
cat
|
Secukupnya
|
Kantong
plastik
|
Secukupnya
|
V.
Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan,
2.
Menangkap individu-individu spesies hewan yang akan diteliti sebanyak mungkin
dalam waktu kira-kira 1 jam pada waktu pagi yaitu dengan menggunakan jala ayun,
3.
Menangani individu yang di tangkap dengan hati-hati. Kemudian melakukan
penandaan dengan cat air, pada bagian dorsal toraks atau abdomen nya. Mencatat
selanjutnya melepas kembali di tempat itu juga, mengusahakan tempat pelepasan
menyebar di seluruh area untuk menjamin pembauran yang baik.
4.
Melakukan pencuplikan kedua setelah selang waktu beberapa jam yaitu sekitr
siang hari atau sore hari. Mengusahakan memperoleh serangga sebanyak mungkin.
Melakukan selama 1 jam. Mencatat jumlah individu yang tertangkap yang bertanda
maupun yang tidak bertanda simpan dahulu semua individu tersebut.
5.
Memasukan hasil penangkapan individu kedalam tabel hasil pengamatan, kemudian
menghitung sesuai rumus yang ditentukan sebagai berikut :
M
> 20 → N =
SE =
M
> 20 → N =
SE =
Dimana:
N : taksiran
junmlah individu populasi
M : jumlah
seluruh individu yang ditandai fan dilepas kembali pada pencuplikan pertama
(t1)
m : jumlah
individu bertanda yang tertangkap kembali pada pencuplikan kedua (t2)
n : jumlah
total individu-individu yang bertanda maupun tidak pada cuplikan kedua (t2).
VI.
Hasil Pengamatan
K
|
ni
|
Ri
|
Hewan
bertanda
|
Mi
|
Ni.Mi
|
K1:
07.30 WIB
|
12
|
-
|
12
|
-
|
-
|
K2
: 08.00
|
7
|
3
|
4
|
12
|
84
|
K3
: 08.30
|
9
|
6
|
3
|
15
|
135
|
∑
|
28
|
9
|
19
|
27
|
219
|
N =
N =
N = 24,33
VII.
Pembahasan
Pada praktikum
kali ini kami melakukan pengamatan terhadap kemelimpahan populasi dengan
menggunakan metode CMR yang mana metode ini adalah menangkap sejumlah individu
dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu
diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian
dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah
beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua
terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini,
lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan
pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua.
Metode MMM, merupakan metode yang sudah
populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang
bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal
,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Adapun cara menandai hewan
bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan,
perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun
yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tanda
yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau
rusak selama periode pengamatan.
2. Tanda
yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang
hidup.
3. Setelah
diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu
lain didalam populasi.
4. Peluang
untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun
tidak (Anonimus. 2008).
Rumus-rumus perhitungan metode MMM,
apabila :
M : Jumlah individu
yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode pencuplikan ke-1
n : Jumlah
total yang bertanda maupun yang tidak bertanda, pada periode pencuplikan ke-2
m : Jumlah individu bertanda
yang tertangkap kembali pada periode penangkapan ke-2
N : Jumlah individu
di alam/ dalam populasi
Dalam praktikum
kami mendapatkan hasil pada pencuplikan di dapat sebagai berikut
K
|
ni
|
Ri
|
Hewan
bertanda
|
Mi
|
Ni.Mi
|
K1:
07.30 WIB
|
12
|
-
|
12
|
-
|
-
|
K2
: 08.00
|
7
|
3
|
4
|
12
|
84
|
K3
: 08.30
|
9
|
6
|
3
|
15
|
135
|
∑
|
28
|
9
|
19
|
27
|
219
|
N =
N =
N = 24,33
VIII.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum kali ini adalah Populasi
diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau
kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami
suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling
baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu.
Metode MMM, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran
populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung
atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson
berdasarkan nama penemunya.
IX.
Daftar Pustaka
Anonimus. 2008. Menaksir
Kelimpahan Populasi Dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM).
www.indonesianbiodiversity.com. Diakses pada 18 April 2012.
Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar
Ekologi. CV Rajawali.Jakarta.
Maramis, Redsway. 2005. Kontribusi
dari Berbagai Spesies Parasitoid Generalis yang Berasal dari Serangga Inang
Erionota thrax (L.)(Lepidoptera : Hesperiidae) pada Habitatnya.Departemen
Biologi ITB. Bandung.
Michael P. 1991. MetodeEekologi
Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press. Jakarta.
Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar
Ekologi. Terjemahan oleh T. Samingan. Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi
Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar
Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Yogyakarta
Subahar, T. 2004. Keanekaragaman
Serangga pada Bentang Alam yang Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu.
Konferensi Nasional Konservasi Serangga, Bogor
Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika
Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...