Siapa sangka, tempe yang semula dianggap makanan kelas
bawah. Kini, sudah mendunia dan dibutuhkan untuk kesehatan manusia. Bahkan,
menjadi menu utama bagi yang ingin menurunkan berat badan.
Makanan asli Indonesia, yang disebut-disebut dalam Serat
Centini dan buku History of Java karangan Stanford Raffles, itu bukan
lagi santapan orang pinggiran. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mengakuinya sebagai
makanan berkhasiat yang dapat mencegah dan mengatasi berbagai penyakit.
WHO bicara begitu setelah hasil penelitian tentang
senyawa pembentuk tempe di sejumlah negara maju, seperti AS, Jepang, Inggris,
dan Jerman, berbuah positif. Tak heran, berbagai buku resep tentang cara
mengolah tempe kini bermunculan di negara-negara kaya itu.
Tempe memang unik, kendati merupakan makanan khas
Indonesia, tapi, bahan bakunya seperti kedelei, sampai saat ini masih diimpor
dari luar negeri.
Karena, pengadaan kedelai di dalam negeri sendiri masih belum
mencukupi. Ditambah lagi, kedelai impor, ternyata, kualitas jauh lebih baik
ketimbang kedelai dalam negeri.
Namun, sebelumnya, perlu diluruskan, di antara aneka
tempe yang tersedia dan tersebar di seluruh pasar di Indonesia. Tempe yang
paling banyak manfaatnya adalah tempe hasil fermentasi kedelai dengan inokulum
Rhizopus sp. yang berwarna putih kapas. Rhizopus sp. merupakan jamur yang dapat
mengurai protein dalam kedelai menjadi asam amino, sehingga lebih mudah dicerna
tubuh.
Karena itu, perlu ketelitian ketika akan membeli tempe di
pasar atau supermarket. Tempe yang masih dipenuhi jamur putih halus di atasnya
itulah yang terbaik.
Salah satu sumbangan terbesar tempe adalah kemampuannya
membuat tubuh tetap langsing, serta mendukung program penurunan berat badan.
Ketimbang menelan makanan rendah kalori bikinan pabrik yang rasanya tidak
karuan, mending mengkonsumsi tempe. Soalnya, dari sononya tempe sudah
masuk kategori rendah kalori. Kandungannya hanya 157 kalori per 100 g.
Bagaimana dengan kadar lemaknya? Harus diakui, kadar
lemak tempe memang cukup tinggi. Setiap 100 gramnya mengandung 8,8 g lemak
(pada tempe segar) dan 19,7 g (pada tempe kering). Namun, inilah uniknya, tempe
juga mengeluarkan enzim lipase, yang akan memecah lemak itu menjadi asam lemak
yang dibutuhkan tubuh. Yang terbanyak adalah asam lemak linoleat, lalu
linolenat, dan oleat. Asam lemak itu tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh,
sehingga harus dipasok dari makanan sehari-hari.
Selain berfungsi sebagai penganan diet, tempe juga
berpotensi meningkatkan mutu makanan perempuan. Setiap 100 g tempe segar
menyumbang 10,9 g protein bagi tubuh pemakannya. Angka itu lebih dari 25%
kebutuhan protein (per hari) yang dianjurkan bagi orang dewasa.
Protein yang dikandungnya juga memiliki kelebihan yang
tidak dimiliki bahan makanan lain. Yakni sekitar 56% dari jumlah yang
dikonsumsi, dapat dimanfaatkan secara maksimal. Jumlah nitrogen terlarutnya
meningkat 0,5 - 2,5% dan jumlah asam amino bebasnya setelah fermentasi meningkat
1 - 85 kali lipat dibandingkan dengan saat masih bernama kacang kedelai.
Sedangkan menilik susunan asam aminonya, tempe mempunyai
kadar lisin yang tinggi, tetapi metionin-sistinnya rendah. Struktur ini
berlawanan dengan yang dimiliki beras. Teorinya, asam amino protein nabati
bakal menjadi protein lengkap, bila dicampur dengan sesamanya. Misalnya, nasi
dicampur tahu, atau nasi dicampur perkedel jagung. Bila gabungan itu melibatkan
dua struktur yang berlawanan (seperti nasi dan tempe), otomatis akan meningkatkan
kinerja lisin dan metionin-sistin. Itu sebabnya, makan tempe campur nasi sangat
dianjurkan.
Anemia bisa juga menyerang wanita yang enggan makan,
karena takut gemuk, sehingga persediaan dan produksi sel-sel darah merah dalam
tubuh menurun. Pada kasus seperti ini, tempe berperan sebagai pemasok mineral,
vitamin B12, dan zat besi yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan sel darah
merah. Di luar tempe, vitamin B12 hanya terdapat pada pangan hewani. Itu
sebabnya, vegetarian sangat tergantung pada tempe sebagai pemasok vitamin B12.
Adapun kadar zat besi pada tempe cukup tinggi, mencapai 9
mg atau sekitar 30% dari kecukupan zat besi yang dianjurkan setiap harinya (26
mg). Keunikannya, ia lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dengan zat besi
dari pangan nabati lainnya. Ia juga berperan besar dalam mengurangi
kecenderungan mudah pecahnya sel darah merah, sehingga pasokan sel-sel tersebut
dalam tubuh tetap terjaga. Sementara kandungan mineral kalsium tempe pun tak
kalah hebat, mencapai 347 mg/100 g, mencukupi sekitar 50% kebutuhan kalsium
tubuh setiap harinya.
Penelitian terakhir menunjukkan, tempe juga dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa protein, asam lemak PUFA,
serat, niasin, dan kalsium di dalam tempe dapat mengurangi jumlah kolesterol
jahat. Dampak positifnya, penyumbatan pembuluh darah oleh plaque kolesterol dan
pengerasan pembuluh yang sering menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, dan
stroke dapat dicegah. Senyawa dalam tempe juga menghambat aktivitas
HMG-CoA-reduktase si pembentuk kolesterol. Dengan terhambatnya aktivitas enzim
ini, tahap awal pembentukan kolesterol dapat dicegah.
Di samping itu, manfaat lain dari tempe untuk proses
pembentukan sel tulang. Makan tempe secara rutin terbukti dapat menjadi senjata
pencegah gangguan dini pada tulang.
Sebabnya, kandungan zat aktif isoflavon, khususnya
daidzein, genistein, serta isoflavon tipe 2 yang dapat berikatan dengan
reseptor hormon ekstrogen dalam tubuh, mengurangi keluhan psikovasomotor,
khususnya semburan atau hentakan panas di dada, yang sering dialami perempuan
saat memasuki usia menopause.
Seperti diketahui, sepotong tempe mengandung berbagai
unsur bermanfaat, seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, enzim,
daidzein, genisten, serta komponen antibakteri. Agar khasiat zat-zat bermanfaat
itu tak banyak terbuang dalam proses pemasakan, dianjurkan tempe dimasak dengan
menu seperti sup, semur, atau bacem. Cara-cara itu lebih sedikit mengurangi
khasiat tempe, ketimbang digoreng, misalnya.
Selama masa kehamilan, seorang ibu sehat memerlukan
tambahan zat gizi berupa 300 kalori, 9 g protein, 200 RE vitamin A, 150 mkg
(mikrogram) asam folat, 0,3 mkg vitamin B12, 0,2 mg vitamin B1, 0,2 mg
riboflavin, 0,1 mg niasin, 400 mg kalsium, dan 20 mg zat besi dalam sehari.
Tambahan zat gizi itu mutlak diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, selain untuk memelihara kesehatan ibu.
Zat-zat gizi itu dapat diperoleh hanya dengan mengonsumsi
tempe sebanyak 50 g (dua potong tempe masing-masing sebesar kotak korek api)
dan menambah makanan pokok sebanyak 50 g sehari. Atau, dengan mengonsumsi
setara 100 g bahan makanan campuran beras dan tempe, dengan perbandingan 7 : 3.
Sedangkan bagi ibu menyusui pun diperlukan tambahan zat
gizi, selain zat yang harus dikonsumsinya pada saat tidak menyusui. Zat gizi
tambahan ini diperlukan untuk melanggengkan produksi ASI. Tambahan itu sebanyak
rata-rata 600 kalori untuk 0 - 12 bulan, dan protein rata-rata 14 g, serta
sejumlah vitamin dan mineral. Jumlah tersebut dapat mencegah penggunaan zat
gizi dari jaringan tubuh secara berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan ibu.
Kebutuhan energi dan protein tambahan buat ibu menyusui
ini dapat dipenuhi secara murah dengan mengonsumsi sekitar 200 g makanan,
terdiri atas 60 g tempe dan 140 g beras. Tambahan makanan itu akan menghasilkan
ASI sebanyak satu liter dengan kadar 531 kalori dan protein 12 g.
Tempe juga merangsang fungsi kekebalan tubuh terhadap E.
coli, bakteri penyebab diare. Lazimnya, penyakit ini datang lantaran buruknya
sanitasi lingkungan dan kurang bersihnya makanan. Untuk mengatasinya, berikan
pertolongan pertama dengan memberi si sakit racikan tempe. Caranya, tempe
dikukus lalu dihaluskan, kemudian dicampur dengan air tajin dan garam. Berikan racikan tempe itu
berkali-kali.
Cara itu terbukti manjur mengatasi diare dan kolera.
Ketika Jepang dilanda panik oleh merebaknya bakteri E. coli O-175, yang memakan
korban jiwa anak-anak pada tahun 1996 lalu, tempe dan racikan tempe di atas
menjadi alternatif yang dicoba masyarakat setempat. Ternyata, upaya mereka
menangguk sukses. Penyakit diare yang mewabah bisa diusir. Terakhir, tempe bisa
melindungi perempuan dari serangan berbagai jenis kanker, semisal kanker
payudara, kanker alat reproduksi, dan sejenisnya. Senyawa dalam tempe yang
diduga memiliki aktivitas antipenyakit degeneratif, antara lain vitamin E,
karotenoid, superoksida deismutase, dan isoflavon.
Vitamin E dan karotenoid adalah antioksidan non-enzimatik
dan lipolitik yang mampu memberikan satu ion hidrogen kepada radikal bebas,
sehingga radikal bebas tersebut stabil dan tidak ganas lagi. Isoflavonoid pada
tempe tidak hanya mencegah aktivitas sel menjadi sel kanker, tetapi juga
memperbaiki metabolisme hormon steroid, menurunkan kolesterol dan trigleserida,
serta melindungi sel-sel hati dari paparan senyawa beracun.
Tempe diketahui juga mengandung superoksida deismutase,
enzim yang dapat mengendalikan radikal bebas hidroksil yang sangat ganas,
sekaligus memicu tubuh untuk membentuk superoksida itu sendiri. Superoksida
desmutase ini merupakan salah satu senyawa kunci kehebatan tempe untuk mencegah
kanker, yang kini tengah diteliti secara intensif di Jerman.
Melihat
manfaatnya, wajar bila di mancanegara tempe sedang beranjak menjadi primadona. Pakar makanan tradisional Dr. William
Shurleff dan Dr. Akiko Aoyagi bahkan menjuluki tempe sebagai superior soyfood
from Indonesia. [eramuslim.com]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...