Sudah bukan rahasia lagi, jika stres berperan 50%
terhadap kesehatan seseorang. Tak heran, bila stres mampu merubah yang sehat
jadi sakit, dan yang sakit, menjadi bertambah parah sakitnya.
Kontribusi stres memang paling besar, lalu disusul oleh
mental dan emosi masing-masing sebesar 20% yang juga bisa mengubah orang sehat
jadi sakit. Sedangkan fisik, tempat di mana penyakit bersemayam, hanya andil
10% dalam mengubah kesehatan seseorang.
Hingga abad ke-19, anggapan yang mengatakan ada kaitan
antara stres dan kesehatan masih belum dipahami dengan baik. Namun, waktu itu,
ahli kesehatan sudah mulai menganjurkan orang-orang dengan gangguan kesehatan
tertentu untuk pergi mengunjungi tempat spa atau menikmati matahari terbenam di
pantai.
Secara bertahap, ide menjadi konkrit setelah penyebab dan
terapi penyakit telah ditemukan. Tapi, dalam dekade terakhir ini, ilmuwan
seperti Dr. Esther Sterberg, direktur pada Integrative Neural Immune Program di
National Intitute for Health's National Intitute of Mental Health, telah
menemukan adanya keterkaitan antara otak dan sistem imum manusia.
Saat Anda sedang mengalami infeksi atau gangguan
kesehatan lain yang menimbulkan proses peradangan (inflamasi) misalnya luka
bakar atau cedera, sel-sel yang berbeda dari sistem imun akan mengalir ke
tempat peradangan.
Strenberg mengumpamakannya seperti ribuan tentara
bergerak ke medan perang, dimana setiap tentara mempunyai keahlian dan fungsi
khusus. Ada yang berfungsi sebgai pengumpul kotoran, dengan cara mencerna si
penyebab radang. Ada yang membentuk atau membuat antibodi, yaitu peluru untuk
berperang menghadapi si penyusup, sedang yang lain langsung berduel dengan si
penyusup penyebab radang tersebut.
Semua jenis sel imun bekerja bahu membahu dengan cara
mengirim sinyal atau kata sandi dalam bentuk molekul-molekul yang mereka buat
dalam pabrik-pabrik dalam sebuah sel. Jadi, molekul-molekul itu memiliki banyak
khasiat dan fungsi, bukan hanya sekadar bisa berkomunikasi lewat di antara
sel-sel imum yang berbeda. Tapi, mereka juga bisa berenang di dalam pembuluh
darah untuk memberikan kata sandi atau sinyal kepada otak atau mengaktifkan
berbagai pembuluh syaraf yang berdekatan untuk memberi sinyal kepada otak.
Molekul-molekul imun tersebut akan diubah fungsinya oleh
otak. Mereka bisa mengurangi sekelompok perilaku yang bisa dikatakan sebagai
perilaku sakit. Para ilmuwan berspekulasi mengenai perilaku tidak sehat ini,
tapi Sternberg mengatakan bahwa molekul-molekul itu akan membantu anda untuk
menyimpan saat sakit sehingga anda bisa menggunakan cadangan energi tersebut
untuk berperang melawan penyakit.
Menurut Sternberg, dalam kondisi stres kronis, bagian
otak yang mengendalikan respons stres dengan konstan memompakan hormon-hormon
stres lebih banyak. Sel-sel imun yang sedang berenang dalam molekul diminta
untuk berperang. Jadi, stres kronis bisa membuat sel-sel imun anda kurang mampu
memberi respons jika ada penyusup yang masuk dalam tubuh misalnya, virus atau
bakteri.
Teori ini mendukung berbagai hasil studi yang dilakukan
orang-orang yang mengalami stres jangka pendek, seperti menunggu keluarga yagn
sedang sakit, sedang terjebak di lalu lintas yang padat. Orang-orang ini
menunjukkan waktu penyembuhan yang lebih lama, penurunan kemampuan sistem imun
merespon vaksinasi, dan meningkatkan kerentanan mereka terhadap infeksi akibat
virus, seperti flu misalnya.
Jadi, bila kadar hormom anda terlalu tinggi untuk
memadamkan sistem imun, berarti anda tidak bisa berperang melawan infeksi.
Sementara itu, jika kadar hormon stres terlalu sedikit dan respon sistem imun
tidak terdeteksi, Anda bisa mengalami penyakit peradangan.
Mungkin
salah satu cara yang paling produktif untuk mengendalikan stres adalah kendali.
Karena kendali adalah hal yang paling penting sedang stres atau tidak. Jadi,
bila sudah bisa belajar untuk merasakan anda sedang dalam kendali atu sedang
mengendalikan situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi. Berarti, anda
sudah bisa mengurangi respon stres. [eramuslim.com]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...