Menu Bar 1

Wednesday, 26 April 2017

Laporan Ekologi Lahan Gambut "Penentuan Tingkat Kematangan Gambut"

      I.        Topik Praktikum                   :  Penentuan Tingkat Kematangan Gambut

    II.        Tujuan praktikum                 :  Untuk menilai tingkat kematangan gambut

   III.        Dasar Teori
Tanah merupakan alat produksi untuk menghasilkan produksi pertanian. Sebagai alat produksi tanah memiliki peranan-peranan yang mendorong berbagai kebutuhan diantaranya adalah sebagai alat produksi, maka peranannnya yaitu sebagai tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur-unsur makanan, sumber air bagi tanaman, dantempat peredaran udara. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antaratanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifatkimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yangterdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah(pH), kadarbahan organik dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)   .
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain.
Menurut Soil Survey Staff (1990), bahwa tingkat kematangan atau tingkat pelapukan tanah gambut dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan atau serat tumbuhan asalnya. Tingkat kematangan terdiri dari tiga katagori yaitu fibrik, hemik dan saprik.
Tingkat kematangan tanah gambut dalam pengamatan di lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil segenggam tanah gambut dan memersnya dengan tangan. Kriteria mentah atau matang dari gambut dapat ditunjukkan dengan melihat hasil cairan dan sisa bahan perasan. Ketentuan dalam menentukan kematangan gambut untuk masing-masing katagori adalah sebagai berikut:
1.          Tingkat kematangan fibrik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah tiga per empat bagian atau lebih (>3/4).
2.          Tingkat kematangan hemik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah antara kurang dari tiga per empat sampai seperempat bagian atau lebih (<3/4>1/4).
3.          Tingkat kematangan saprik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah kurang dari seperempat bagian (<1/4).>3m) sekitar 5%, gambut dalam dan tengahan (tebal 1m – 3m) sekitar 11% -12%, dan gambut dangkal sekitar 15% (Noor, 2001). Kadar abu dan kadar bahan organik mempunyai hubungan dengan tingkat kematangan gambut. Gambut mentah (fibrik) mempunyai kadar abu 3,09% dengan kadar bahan organik 45,9%. Sedangkan gambut hemik mempunyai kadar abu 8,04% dengan kadar bahan organik 51,7% dan gambut matang (saprik) mempunyai kadar abu 12,04% dengan kadar bahan organik 78,3% (Setiawan, 1991).

  IV.        Alat Dan Bahaan
a.    Alat
Adapun alat yang kami gunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
No
Nama alat
Jumlah
1
Sekop
1 buah
2
Kantong plastik
1 buah
3
Karet gelang
1 buah
4
Kamera Hp
1 buah
5
Lembar pengamatan
1 buah

b.    Bahan
Adapun bahan yang kami gunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
No
Nama bahan
Jumlah
1
Tanah gambut
Secukupnya


    V.        Prosedur Kerja
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum
2.    Menentukan lokasi kegiatan praktikum
3.    Mengambil tanah gambut yang ada dilokasi praktikum dan memasukanya kedalam kantong plastik yang telah disiapkan
4.    Menentukan tingkat kematangan tanah
5.    Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan.

  VI.        Data hasil pengamatan
No
Daerah
Kematangan
1
Ternaung
Gambut saprik
2
Terdedah
Gambut hemik

 VII.        Pembahasaan
Dari pengambilan tanah pada lokasi terdedah, dan setelah diidentfikasi didapatkan hasil bahwa tingkat kematangan gambut di daerah terdedah  yaitu  Hemik (setengah matang) adalah gambut setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa  dikenali, berwarna coklat tua, dan bila diremas bahan seratnya 15-75%. Tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik memiliki kandungan bahan organik yang juga tinggi hanya saja bahan organik tersebut belum melapuk secara sempurna sehingga belumdapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman budidaya apabila kadar kemasaman tanah tidak diperhitungkan. Tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik dapat dijadikan lahan budidaya tanaman tetapi terlebih dahulu dinaikkan pH tanahnya. Hal ini dikarenakan tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik meiliki kadar pH tanah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tanah gambut dengan tingkat kematangan yaitu saprik. Hal ini merupakan akibat dari respirasi dan pertukaran kation dari bahan-bahan organik yang belum melapuk tersebut didalam tanah berupa ion H+ yang merupakan salah satu penyebab kemasaman pada tanah gambut.
Dari pengambilan tanah pada lokasi ternaung, dan setelah diidentfikasi didapatkan hasil bahwa tingkat kematangan gambut di daerah ternaung yaitu Saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua, dan bila diremas kandungan seratnya < 15%. Tanah gambut yang memiliki tingkat kematangan saprik menunjukkan bahwa tanah gambut tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan dalam keadaan yang telah melapuk sempurna yang ditunjukkan dengan rata-rata kadar serat utuh yaitu sebesar 30%. Tanah gambut dengan tingkat kematangan saprik umumnya memiliki ketersediaan hara yang cukup tinggi dibandingkan tanah gambut dengan tingkat kematangan yang masih rendah seperti hemik dan fibrik. Hal ini dikarenakan bahan organik yang telah melapuk tersebut berubah menjadi humus. Humus merupakan bahan organik yang tidak dapat melapuk lagi. Hasil pelapukan bahan organik pada tanah gambut berupa unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Hanya saja tanah gambut memiliki pH yang sangat rendah sehingga ketersediaanharanya untuk tanaman menjadi tergangggu kecuali dinaikkan terlebih dahulu pH tanahnya.

VIII.        Kesimpulan dan saran
a.    Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.    Tanah gambut yang memiliki tingkat kematangan saprik menunjukkan bahwa tanah gambut tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan dalam keadaan yang telah melapuk sempurna yang ditunjukkan dengan rata-rata kadar serat utuh yaitu sebesar 30%.
b.    Tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik memiliki kandungan bahan organik yang juga tinggi hanya saja bahan organik tersebut belum melapuk secara sempurna sehingga belumdapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman budidaya apabila kadar kemasaman tanah tidak diperhitungkan.
b.    Saran
Praktikum yang dilakukan sudah baik, semoga selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga praktikum yang telah dilaksanakan dapat bermanfaaat

Daftar Pustaka
Hakim, Nurjati, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung
Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha,
Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...