Menu Bar 1

Sunday, 9 April 2017

Pengenalan Salafiyah : Salafiyah Adalah Ahli Sunnah

Tentang Salafiyah adalah Ahli Sunnah itu bisa disimak dari pernyataan seorang ulama yang mensyarah kitab Ibnu Taimiyah sebagai berikut:
“Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah Ta’ala, adalah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Adapun salah satu latar belakang penulisan, dan penamaannya dengan Al-Wasithiyah, ialah: Bahwa seorang Qadhi (Ridhoddin Al-Washithi, pen) dari negeri Wasith
(Washithil Hajjaj, negeri antara Basrah dan Kufah, pen)  yang sedang melaksanakan haji datang kepada Syaikhul Islam
dan memohon beliau untuk menulis tentang Aqidah Salafiyah yang beliau yakini. Maka beliau Rahimahullah menulisnya dalam tempo sekali jalsah, sekali ‘duduk’, seusai shalat ‘Ashar.”

Menurut Ibnu Taimiyah, madzhab Ahli Sunnah Waljama’ah adalah madzhab yang telah ada sejak dulu. Ia sudah dikenal sebelum Allah menciptakan Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad. Ahli Sunnah ialah madzhab sahabat yang telah menerimanya dari Nabi mereka. Barangsiapa menentang itu, menurut pandangan Ahli Sunnah, berarti ia pembuat bid’ah. Mereka telah sepakat bahwa ijma’ sahabat adalah hujjah, tapi mereka berbeda pendapat mengenai kedudukan ijma’ orang-orang sesudah sahabat.[
Mengapa Madzhab Ahli Sunnah dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal? Mengenai masalah ini, Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Meskipun Imam Ahmad telah masyhur sebagai Imam Sunnah dan sabar setiap menghadapi cobaan, namun hal itu bukan berarti beliau sendiri yang memiliki suatu pendapat. Beliau hanya mengajarkan dan menyerukan orang-orang agar kembali kepada Sunnah (yang memang sebelumnya sudah ada dan terkenal). Beliau sangat tabah dalam menghadapi ujian yang ditimpakan orang –yang menyuruh beliau agar meninggalkan Sunnah- kepada beliau, sedangkan Imam-imam terdahulu telah meninggal sebelum datangnya cobaan ini.
Cobaan itu muncul pada permulaan abad ketiga (Hijriyah) –masa pemerintahan Al-Ma’mun dan (saudaranya) al-Mu’tashim, kemudian al-Watsiq- pada saat kaum Jahmiyah menafikan sifat-sifat Allah dan menyerukan manusia agar mengikuti paham mereka. Madzhab ini dianut oleh tokoh-tokoh Rafidhah (periode terakhir) yang mendapat dukungan penguasa.
Terhadap penyimpangan tersebut, madzhab Ahli Sunnah tentu saja menolak. Oleh karena itu, mereka sering mendapat ancaman atau siksaan. Ada pula yang dibunuh, ditakut-takuti, ataupun dibujuk rayu. Namun dalam menghadapi kondisi seperti ini, Imam Ahmad tetap tabah dan tegar sehingga mereka memenjarakan beliau beberapa waktu lamanya. Kemudian mereka menantang beliau untuk berdebat. Dan terjadilah perdebatan yang amat panjang.
Dalam perdebatan tersebut, demikian menurut Imam Ahmad, dibahas mengenai masalah sifat-sifat Allah dan yang berkaitan denganNya, mengenai nash-nash, dalil-dalil, antara pihak yang membenarkan dan menolak. Dengan adanya perbedaan pandang itu akhirnya umat berpecah belah menjadi berkelompok-kelompok.
Imam Ahmad dan Imam-imam lainnya dari Ahli Sunnah serta Ahli Hadits sangat mengetahui kerusakan madzhab Rafidhah, Khawarij, Qadariyah, Jahmiyah, dan Murji’ah. Namun karena adanya cobaan (mihnah, pen), maka timbullah perdebatan. Dan Allah mengangkat kedudukan Imam (Ahmad) ini menjadi imam Sunnah sekaligus sebagai tokohnya. Predikat itu memang layak disandangnya karena beliau sangat gigih dalam menyebarkan, menyatakan, mengkaji nash-nash dan atsar-atsarnya, serta menjelaskan segala rahasianya. Beliau tidak mengeluarkan statemen-statemen baru, apalagi pandangan bid’ah.
Kegigihan beliau dalam memperjuangkan Ahli Sunnah tidak dapat diragukan lagi, sampai-sampai sebagian ulama di Maghrib mengatakan, “Madzhab itu milik Malik dan Syafi’i, sedangkan kepopulerannya milik Ahmad”. Maksudnya, madzhab para Imam ushul (ad-din) itu merupakan satu madzhab seperti yang dikatakannya.”
Jelaslah di sini bahwa Salafiyah itu tak lain adalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah.

Disebut Ahlus Sunnah karena kuatnya (mereka) berpegang dan ber-ittiba’ (mengikuti) kepada Sunnah Nabi saw. Disebut Al-Jama’ah karena mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau berpecah belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam (yang berpegang kepada) Al-Haq, tidak mau keluar dari jama’ah mereka, dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful Ummah. Begitulah, disebabkan mereka adalah orang-orang yang ittiba’ kepada Sunnah Rasulullah saw dan mengikuti atsar (jejak Salaful Ummah, pent), maka mereka juga disebut sebagai Ahlul Hadits, Ahlul Atsar, dan Ahlul Ittiba’.  Di samping itu mereka juga dikatakan sebagai At-Thaifah Al-Manshurah (golongan yang mendapat pertolongan Allah) dan Al-Firqah An-Najiyah (golongan yang selamat). 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...