Akhir-akhir
ini beredar kabar jika sesungguhnya Patung Liberty yang merupakan salah satu
ikon Amerika Serikat sesungguhnya adalah perwujudan sosok muslimah berjilbab.
Berita ini bersumber dari Majalah Institusi Smithsonian yang katanya membeberkan
fakta mengejutkan mengenai patung Liberty yang kini berdiri kokoh di Pelabuhan
New York, Amerika Serikat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Patung Liberty
awalnya adalah wanita Muslim berjilbab.
Menurut
majalah tersebut, patung tersebut seharusnya diletakkan di Terusan Suez, Mesir,
bukan di Pelabuhan New York, jika bukan karena penghematan ekonomi yang
dilakukan gubernur Khilafah Utsmani di Mesir saat itu.
Pemahat
Perancis, Frédéric Auguste Bartholdi, dikatakan awalnya ingin meletakkan patung
Muslimah setinggi 86 kaki atau 26 meter di Pelabuhan Said di salah satu sisi
kanal buatan manusia yang menghubungkan Laut Mediterrania dan Laut Merah, Daily Beastmelaporkan,
dikutip dari Huffington Post.
Menurut
National Park Service AS, patung itu awalnya hendak diberi nama “Egypt Carrying
the Light To Asia”, kurang lebih berarti “Mesir Membawa Cahaya ke Asia”, yang
dijadikan simbol kemajuan dan obor di tangannya akan difungsikan sebagai
mercusuar.
Namun,
gubernur Mesir pada era Khilafah Utsmani, Isma’il Pasha, menolak proyek yang
terinspirasi kunjungan Bartholdi ke Monumen Nubia di Abu Simbel pada tahun 1855
karena dianggap terlalu mahal, tulis Edward Berenson dalam bukunya berjudul “Statue of Liberty: A Transatlantic
Story.”
Bartholdi
lalu memodifikasi rancangannya, yang dikatakan museum Musee D’Orsay di Paris,
Perancis, dipengaruhi oleh mitos Colossus of Rhodes. Patung tembaga itu
akhirnya dibangun di Perancis dengan dipimpin oleh perancang struktural Gustave
Eiffel, pencipta Menara Eiffel.
Bagian-bagian
patung tersebut kemudian dikirim ke AS, sebelum akhirnya dirakit dan diresmikan
pada 28 Oktober 1886. Liberty adalah hadiah masyarakat Perancis kepada AS.
Dari
dasar hingga ke ujung obor, “Lady Liberty” memiliki tinggi 92 meter, atau
hampir empat kali lipat dari rancangan awal Bartholdi.
Pelabuhan
Said di Mesir sendiri kini memiliki sebuah mercusuar setinggi 38 meter. Terusan
Suez sendiri usai dibangun pada November 1869.
Atau
ada juga artikel yang menulis agak berbeda soal Liberty Statue ini, yang
sumbernya sama dari Smithsonian. Artikel ini mengatakan:
Website
politik kenamaan dari Amerika, The Hill, pada 25 November 2015 mempublis
artikel blog terkait asal usul Patung Liberty yang berjudul “Smithsonian:
Statue of Liberty was originally a Muslim woman“.
Patung
Liberty awalnya dirancang untuk menjadi seorang wanita Muslim, majalah Smithsonian
Institution mengatakan. (Smithsonian Institution adalah suatu
lembaga pendidikan dan riset, berikut kompleks museum terkaitnya, yang
didirikan pada tahun 1846 dan dikelola serta dibiayai oleh pemerintah Amerika
Serikat)
Sebuah
artikel di blog yang dikelola museum pemerintah, Smart News, menyatakan
salah satu desainer dari Lady Liberty mendapat inspirasi dari monumen di Mesir
dan awalnya ditujukan untuk petani perempuan berjilbab di Terusan Suez.
Artikel
tersebut mengutip sejarawan Barry Moreno, penulis beberapa buku tentang patung,
yang juga dipublis pekan lalu oleh The Daily Beast.
“Taking
the form of a veiled peasant woman, the statue was to stand 86 feet high, and
its pedestal was to rise to a height of 48 feet,”
“Mengambil
bentuk seorang wanita petani berjilbab, patung itu berdiri 86 kaki tinggi, dan
alas adalah untuk naik ke ketinggian 48 kaki,” Moreno menulis dalam artikel
“Patung Liberty.” Desain proyek ini akhirnya diubah seperti tampilan
sekarang di pelabuhan New York saat ini.
Benarkah
Patung Liberty awalnya merupakan sosok muslimah berjilbab? Ini tentu saja
menggelikan. Bagi yang memahami sejarah Liberty, Mesir, dan Dewi Ishtar, maka
dia akan tahu jika berita dari Smithsonian tersebut tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Lantas bagaimana sesungguhnya? (rz/BERSAMBUNG) [Eramuslim.com]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...