Setiap menghadapi bulan
Ramadhan, sakit maag kerap dijadikan alasan untuk tidak berpuasa akibat rasa
sakit yang suka muncul saat menahan lapar selama puasa. Benarkah penderita maag
tidak boleh berpuasa?
Mungkin orang yang belum
banyak yang menyadari, selain bermakna ibadah, puasa juga memiliki manfaat yang
nyata terhadap kesehatan. Termasuk memberikan manfaat positif bagi mereka yang
mengalami gangguan maag.
Maag adalah penyakit
pada alat pencernaan, baik lambung maupun usus yang ditandai dengan rasa tidak
nyaman, sakit di ulu hati, mual, dan kembung. Bahkan dalam beberapa kasus
penyakit ini ditandai dengan sakit di bagian perut hingga menusuk tulang
belakang.
Sebenarnya, penyakit
maag itu terbagi menjadi dua yaitu dispepsia organik dan non organik.
Dispepsia
organik adalah penyakit mag yang sudah parah seperti tukak lambung, sementara
non organik adalah penyakit maag yang ditandai dengan kelainan minimal seperti
kemerahan pada alat pencernaan. Dispepsia non organik ini biasanya disebabkan
oleh stres, makanan pedas, alkohol dan merokok. Biasanya gejala yang timbul itu
hanya mual, eneg, atau perut terasa penuh. Ketika berpuasa otomatis rokok,
alkohol dan makanan tersebut tidak masuk ke dalam tubuh sehingga keluhan tadi akan
hilang. Ini cenderung terjadi pada mereka yang mengalami dispepsia non organik.
Sebaliknya, penderita
dispepsia organik tidak dianjurkan untuk berpuasa, meski tubuh akan beradaptasi
setelah 3 sampai 5 hari, akan tetapi lambung akan tetap kosong. Saat itulah
pengeluaran asam lambung dan gas akan meningkat yang notabene menjadi pemicu
munculnya penyakit maag. Meski hal ini tidak berlangsung terus menerus akan
tetapi puasa bagi penderita dispepsia non organik yang tidak mengonsumsi obat
akan membuat mag-nya menjadi jauh lebih parah.
Satu hal yang harus
diingat adalah jangan sekali-kali menilai sendiri apakah mag yang diderita
parah atau tidak. Karena berangkat dan kenyataan bahwa setiap orang memiliki
tingkat kepekaannya sendiri-sendiri. Misalnya ada yang merasakan sakit yang
amat sangat pada lambungnya padahal dia hanya kemerahan sedikit, sebaliknya ada
juga yang tidak merasakan apa-apa padahal kondisi lambungnya sudah demikian
parah.
Satu-satunya cara untuk
melihat kelainan pada pencernaan adalah dengan endoskopi (meneropong saluran
pencernaan). Dari pemeriksaan inilah baru kemudian diketahui apakah alat
pencernaan mengalami luka atau tidak.
Bagi mereka yang
menderita dispepsia non organik, obat yang dijual bebas di pasaran dan berbagai
merek dan harga bisa digunakan untuk mencegah keluhan mag timbul saat menjalani
puasa. Karena obat bebas yang umumnya golongan antasida ini dapat melapisi
lambung sehingga menetralisir asam lambung yang over produksi. Tak heran
penjualan obat jenis ini marak selama bulan puasa.
Untuk itu, bagi yang
berpuasa dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obat tersebut setengah jam setelah
makan agar perut tidak terasa kembung. Untuk waktu minum obat sendiri,
sebaiknya dilakukan pada saat sahur, berbuka puasa dan malam sebelum tidur.
Bagi mereka yang menderita dispepsia non organik cara ini dianggap cukup
efektif untuk menghindari keluhan mag. Tapi bagi yang menderita dispepsia
onganik, pengobatannya tidaklah semudah itu. Obat yang dianjurkan adalah obat
anti-asam yang mampu menekan produksi asam lambung hingga 12 sampai 24 jam.
Akan tetapi, obat ini hanya didapat dengan resep dokter.
Perlu diketahui penyakit
maag, dikenal tahap pengobatan yang disesuaikan dengan Konsensus AsiaPasifik
atau Konsensus Nasional tentang Tata Laksana Penyakit Mag atau Dispepsia.
Menurut konsensus nasional, penanganan pertama bagi penyakit mag adalah dengan
konservatif empiris terapi atau tenapi percobaan selama 4 sampai 6 minggu yang
bisa dilakukan oleh siapa saja baik itu dokter umum maupun Puskesmas. Kalau
setelah terapi percobaan itu kondisi pasien membaik, berarti pengobatan
berhenti sampai di situ. Tapi kalau tidak maka dilakukan rujukan untuk
melakukan endoskopi pada dokter spesialis untuk bisa diketahui jenis penyakit
mag yang diderita, mulai dari gastritis, tukak lambung, polip sampai tumor.
Dari sini diketahui jenis obat mana yang cocok untuk dikonsumsi.
Ada tiga golongan obat
yaitu Antasida yang dijual bebas di pasaran, kemudian golongan menengah -
diantaranya simitidin, ranitidine, famotidin - dan terakhir golongan PPI (Pomp
Proton Inhibitor). Namun, jika penyakit lambung sudah kronis seperti tukak,
menggunakan antasida juga tidak akan sembuh. Karena antasida hanya
menghilangkan keluhan bukan menyembuhkan. Untuk kasus tukak bisa disembuhkan
dengan dua macam antibiotika plus satu PPI. Peluang kesembuhannya pun cukup
tinggi, antara 80 - 90 persen. Kalau obat jenis antasida ini dipakai untuk
penyakit lambung yang kronis, kondisinya akan lebih parah bisa bleeding atau
malah jadi borok.
Mengingat betapa
riskannya penyakit maag, kontrol don kesadaran diri sendiri untuk mengatur pola
makan menjadi sangat penting. Untuk itu, perhatikan dengan saksama hal yang
harus dilakukan atau dihindari bagi penderita maag selama puasa:
a. Dianjurkan untuk
makan makanan yang manis sebagai sumber energi terutama waktu berbuka, karena
selama puasa kadar gula menjadi turun.
b. Hindari
makanan/minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti kopi, susu,
dan minuman bersoda. Untuk makanan hindari makanan berlemak, sayuran seperti sawi
dan kol, nangka, kedondong atau buah yang dikeringkan.
c. Jangan makan makanan
yang melemahkan klep kerongkongan bawah antara lain cokelat, makanan yang
tinggi lemak dan gorengan. Beberapa sumber karbohidrat seperti beras ketan, mi,
bihun, dan jagung pun sebaiknya dihindari.
d. Meski puasa olahraga
atau latihan fisik harus tetap dijalankan, tapi harus sesuai dengan kondisi
tubuh. Olahraga yang teratur selain membuat tubuh menjadi bugar, stres yang
menjadi pemicu sakit mag pun bisa hilang.
e. Jangan langsung tidur
setelah sahur agar asam lambung tidak langsung naik ke kerongkongan. Makanan
dalam lambung akan lancar turun ke dalam organ pencernaan lain kalau tubuh
berada dalam posisi tegak, tapi dalam posisi tidur makanan akan sulit turun dan
dikhawatirkan asam lambung yang naik akan menyebabkan iritasi pada pasien. [eramuslim.com]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...