Menu Bar 1

Wednesday, 3 May 2017

Laporan Ekologi Lahan Gambut "Menghitung pendugaan cadangan karbon dibawah permukaan tanah"

I.              Topik Pratikum
Menghitung pendugaan cadangan karbon dibawah permukaan tanah.
II.            Tujuan Praktikum
Untuk menghitung pendugaan cadangan karbon bawah permukaan.
III.           Dasar Teori
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan hutan di antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon. Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas  proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi mejadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon.
Kerusakan hutan, perubahan iklim dan pemanasan global, menyebabkan manfaat tidak langsung dari hutan berkurang, yaitu karena hutan merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan yang penting dalam siklus karbon global dan dapat menyimpan karbon sekurang kurangnya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan tipe vegetasi lain seperti padang rumput, tanaman semusim dan tundra.
Kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon tidak sama baik di  hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di hutan rakyat tergantung pada jenis pohon, tipe tanah dan topografi.  Oleh karena itu, informasi mengenai cadangan karbon dari berbagai tipe hutan, jenis pohon, jenis tanah dan topografi di Indonesia sangat penting. Dari seratus empat (104) jenis pohon di Indonesia, baru 11 jenis pohon yang sudah diketahui cadangan karbonnya. Saat ini sumber data yang komprehensif tentang cadangan karbon di berbagai tipe ekosistem hutan dan penggunaan lahan lain masih terbatas.
Cadangan karbon pada berbagai kelas penutupan lahan di hutan alam berkisar antara 7,5–264,70 ton C/ha. Secara umum pada hutan lahan kering primer mampu menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan hutan lahan kering sekunder karena pada hutan sekunder telah terjadi gangguan terhadap tegakannya.  Kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam dan kejadian atau aktivitas lainnya di kawasan hutan yang menyebabkan berkurangnya potensi biomassa yang berindikasi langsung terhadap kemampuannya menyimpan karbon.  Pola tersebut juga terjadi pada hutan rawa primer dan hutan rawa sekunder.  Selanjutnya pada hutan lahan kering relatif memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar daripada hutan rawa dan mangrove karena kemampuannya dalam membangun tegakan yang tinggi dan berdiameter besar sebagai tempat menyimpan karbon.
Hasil utama ekosistem hutan rawa gambut yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah kayu seperti gelam (Mellaleuca sp) khususwanya sebagai bahan bangunan ringan, kerangka pembuatan bangunan gedung dan bagan penangkap ikan. Selain itu, jenis-jenis komersial yang banyak diperdagangkan adalah Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp), dan Damar (Agathis Damara). Hasil tambahan lainnya adalah hasil non-kayu seperti getah jelutung, tumbuhan obat, ikan dan buah-buahan.
Secara ekologi ekosistem hutan rawa gambut merupakan tempat pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai jenis satwa liar termasuk jenis-jenis endemik. Dengan kata lain, hutan rawa gambut merupakan sumber daya biologis yang penting yang dapat dimanfaatkan dan dikonservasi untuk memperoleh manfaat yang lestari.
Lahan gambut memiliki peranan yang penting karena secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan musim kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat penting untuk menghambat oksidasi pirit (FeS2) dalam upaya untuk mengurangi kemasaman tanah dan keracunan tanaman. Sulfat yang terlarut juga akan berpenganruh dibagian hilir.
Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh tingginya akumulasi bahan organik dengan laju dekomposisi yang rendah. Lahan gambut tropis maliputi areal seluas 40 juta ha dan 50% diantaranya terdapat di Indonesia. Karena itu lahan gambut di Indonesia yang tersebar di sumatra, kalimanta, sulawesi dan papua. Merupakan cadangan karbon terestris yang penting. Jika dilindungi kondisi alami, lahan gambut dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon. Tetapi jika mengalami gangguan, lahan gambut berpotensi menjadi sumber karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O) yang cukup besar.

IV.          Alat dan Bahan
a.    Alat
No
Alat
Jumlah
1
pipa
1 (satu)
2
Alat tulis
1 (satu)
3
camera
1 (satu)
4
luxmeter
1 (satu)
5
Thermometer
1 (Satu)
6
Tali rapia
secukupnya

b.    Bahan
No
Bahan
Jumlah
1
Kertas label
secukupnya
2
Kantong Plastik
secukupnya

V.            Prosedur kerja
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Mengukur kedalaman gambut menggunakan pipa yang berukuran  2m.
3.    Berdasarkan tingkat kematangan dan ketebalan gambut, serta perbandingan dengan tabel, tentukan cadangan carbon bawah permukaan.
No
Tingkat kematangan gambut
Bobot isi (BD) (g/cc)
C-Organik (%)
Kisaran
Rerata
Kisaran
Rerata
1.
Fibrik
0,1012-0,12
0,1028
-
53,31
2
Hemik
0,1325-0,29
0,1716
38,97-51,87
48,00
3
Saprik
0,2492-0,37
0,2794
28,96-53,89
44,95
4
Peaty soil//
Mineral
Begambut/
 sangat dangkal
0,2152-0,6878
0,3402
28,96-39,81
35,12
4.    Mencatat hasil pengamatn dilembar pengamatan.

VI.          Hasil Pengamatan
Luas area lahan gambut = 5.687.000.000 M2
a.    Daerah ternaung
No
Tingkat kematangan gambut
Bobot isi (BD) (g/cc)
C-Organik (%)
Kisaran
Rerata
Kisaran
Rerata
1
Saprik
0,2492-0,37
0,2794
28,96-53,89
44,95
-          Perhitungan daerah ternaung cadangan karbon.

Kandungan Karbon (KC)
= B x A x D x C
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
= 142.620.344.680 ton
c.    Daerah terdedah
No
Tingkat kematangan gambut
Bobot isi (BD) (g/cc)
C-Organik (%)
Kisaran
Rerata
Kisaran
Rerata
1
Saprik
0,2492-0,37
0,2794
28,96-53,89
44,95
-          Perhitungan daerah ternaung cadangan karbon.

Kandungan Karbon (KC)
= B x A x D x C
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
= 142.620.344.680 ton

VII.         Pembahasan
Kawasan bergambut di Kalimantan Tengah melingkupi hamparan arealyang cukup luas, yakni diperkirakan mencangkup areal seluas 3,472 juta Ha, atau sekitar 21,98 % dari total luas wilayah Provinsi Kaimantan Tengah yang mencangkup 15,798 Ha. Ditinjau dari letak geografis wilayah Provinsi Kaimantan Tengah, kawasan bergambut tersebut terletak dibagian selatan dari garis equator (0o garis lintang), atau dengan kata lain terletak pada Garis Lintang Selatan hingga kegugusan pantai di tepi laut Jawa bagian selatan Kalimantan Tengah dibagi dua oleh Garis Lintang atau gars equator menjadi dua bagian, yaitu dari selatan ke utara.
Di samping kekhususan tersebut, Kaimantan Tengah secara geografis juga memiliki ciri tersendiri lainnya yang khas, yakni perubahan ketinggian (dpl) secara simultan dari arah selatan, yang berbatasan dengan laut Jawa, hingga ke bagian utara di gugusan Bukit Raya / Bukit Baka yang merupakan kawasan lindung. Kondisi alamiah geografis tersebut merupakan faktor penentu yang mempengaruhi letak dan sebaran kawasan bergambut Kaimantan Tengah, yang juga memiliki pola perubahan yang sama, yakni dari selatan ke utara.
Gambut hanya mungkin terbentuk apabila terdapat limpahan biomass atau vegetasi pada suatu kawasan yang mengalami hambatan dalam proses dekompsisinya. Faktor penghambat utama tersebut adalah genangan air sepanjang tahun atau kondisi rawa. Dalam konteks yang demikian, hutan sebagai penghasil limpahan biomass, yang mendominasi wilayah Kaimantan Tengah (sekitar 65,05 % dari total luas wilayah), khususnya pada areal-areal yang selalu tergenang air adalah merupakan kawasan potensial terbentuknya gambut. Tapi sebaliknya, tidak semua areal hutan dapat membentuk lahan-lahan bergambut.
Dari paraktikum yang telah dilakukan pada tempat ternaung dan terdedah pada daerah Sebangau dapat diketahui bahwa metode yang digunakan dalam praktikum kali adalah metode pendugaan cadangan karbon bawah permukaan. Untuk menduga kandungan cadangan karbon (C) dibawah permukaan lahan gambut. Terlebih dahulu harus diketahui volume gambut pada wilayah tertentu dan klasifikasi tingkat kematangannya. Volume gambut dapat diketahui dengan menggalikan ketebalan lapisan gambut dengan luasan wilayah lahan gambutnya. Ketebalan gambut diukur pada beberapa titik / lokasi yang berbeda (agar datnya mewakili) dengan cara menusukkan pipa paralon kedalam lapisan gambut hingga mencapai / mengenai lapisan tanah mineralnya, sedangkan luasan lahan gambut dapat diketahui dari hasil pengukuran langsung dilapangan atau dari peta dasar/tanah atau citra landsat. Tingkat kematangan / pelapukan gambut dapat diukur langsung dilapangan dengan metode sederhanan seperti yang diuraikan dibawah ini. Sedangkan penentuan bobot isi dan persen (%)-C-organik dapat merujuk  dan berdasarkan kepada hasil analisis beberapa lokasi di Sumatera kenapa harus merujuk kesana karena pada daerah Kalimantan Tengah belum ada penelitian yang lebih mendalam tentang hal tersebut. Prosedur pengukuran yang harus diikuti adalah pengukuran luas lahan, ketebalan gambut, penetuan tingkat kematangan, bobot isi gambut dan C-organik, dan pendugaan cadangan karbon.
Hasil pengamatan pada bobot isi tanah gambut pada tempat terdedah adalah 0,2794 g/cc dan tempat ternaung adalah 0,1716 g/cc. Untuk luas wilayah tanah gambut daerah Sebangau adalah 5.687.000.000 m2, ketebalan lahan gambut pada tempat ternaung adalah 95 cm dan tempat terdedah adalah 95cm. Dan untuk kadar karbon untuk tempat terdedah adalah 44,95 % dan tempat ternaung adalah 48,00 %. Kemudian data tersebut dimasukan dalam rumus Kandungan Karbon (KC) = B x A x D x C.
Lokasi Terdedah
Kandungan Karbon (KC)
= B x A x D x C
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
= 142.620.344.680 ton
Lokasi Ternaung
Kandungan Karbon (KC)
= B x A x D x C
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
= 142.620.344.680 ton

Jadi dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kandungan karbon terbanyak terdapat pada daerah ternaung dari pada tempat terdedah. Hal ini membuktikan bahwa cadangan karbon yang ada ditanah pada lahan gambut yang kami amati secara langsung itu sangat banyak.

VIII.        Kesimpulan dan saran
a.    Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa :
1.      Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan hutan di antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon. Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas  proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi mejadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon.
2.      Lahan gambut memiliki peranan yang penting karena secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan musim kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat penting untuk menghambat oksidasi pirit (FeS2) dalam upaya untuk mengurangi kemasaman tanah dan keracunan tanaman. Sulfat yang terlarut juga akan berpenganruh dibagian hilir.
3.      Dari paraktikum yang telah dilakukan pada tempat ternaung dan terdedah pada daerah Sebangau dapat diketahui bahwa metode yang digunakan dalam praktikum kali adalah metode pendugaan cadangan karbon bawah permukaan. Untuk menduga kandungan cadangan karbon (C) dibawah permukaan lahan gambut. Terlebih dahulu harus diketahui volume gambut pada wilayah tertentu dan klasifikasi tingkat kematangannya. Volume gambut dapat diketahui dengan menggalikan ketebalan lapisan gambut dengan luasan wilayah lahan gambutnya.
4.      Dari hasil yang di dapat bahwa kandungan karbon yang besar terdapat pada tempat terdedah dari pada kandungan karbon pada tempat ternaung.
b.    Saran
Praktikum yang di lakukan sudah cukup baik, semoga dalam praktikum selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Dan pada saat pengamatan lebih teliti lagi  untuk mendapatkan data yang lebih akurat lagi




DAFTAR PUSTAKA
Ruhiyat D. 1995. Estimasi Biomassa Tegakan Hutan Tropis di Kalimantan Timur. Lokakarya Inventarisasi Emisi dan Rosot Gas Rumah Kaca. Bogor 4-5 Agustus 1995.
Saridan A & Tangketasik, J. 1987. Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan Bekas Terbakar dan Tidak Terbakar di Wanariset Samboja. Jurnal Penelitian Hutan TropikaSamarinda, Wanatrop Volume 2 No 2. Balai Penelitian Kehutanan Samarinda.
https://www.academia.edu/4844162/Tehnik_Pendugaan_Cadangan_Karbon_Hutan-b5-final (Sabtu, 11 Juni 2016)
https://wahyukdephut.wordpress.com/2009/02/03/pendugaan-cadangan-karbon-c-stock/ (Sabtu, 11 Juni 2016)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...