I. Topik
Pratikum
Menghitung pendugaan cadangan karbon dibawah permukaan
tanah.
II. Tujuan
Praktikum
Untuk menghitung pendugaan cadangan karbon bawah
permukaan.
III. Dasar
Teori
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Manfaat langsung dari keberadaan hutan di antaranya adalah kayu, hasil hutan
bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah berupa jasa
lingkungan, baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai
penyedia oksigen dan penyerap karbon. Penyerapan karbon sendiri terjadi
didasarkan atas proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis tumbuhan yang
menyerap CO2 dari atmosfer dan air dari tanah menghasilkan
oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi mejadi selulosa dan
lignin sebagai cadangan karbon.
Kerusakan hutan, perubahan iklim dan pemanasan global,
menyebabkan manfaat tidak langsung dari hutan berkurang, yaitu karena hutan
merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan yang penting dalam
siklus karbon global dan dapat menyimpan karbon sekurang kurangnya 10 kali
lebih besar dibandingkan dengan tipe vegetasi lain seperti padang rumput,
tanaman semusim dan tundra.
Kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon tidak
sama baik di hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di
hutan rakyat tergantung pada jenis pohon, tipe tanah dan topografi. Oleh
karena itu, informasi mengenai cadangan karbon dari berbagai tipe hutan, jenis
pohon, jenis tanah dan topografi di Indonesia sangat penting. Dari seratus
empat (104) jenis pohon di Indonesia, baru 11 jenis pohon yang sudah diketahui
cadangan karbonnya. Saat ini sumber data yang komprehensif tentang cadangan
karbon di berbagai tipe ekosistem hutan dan penggunaan lahan lain masih
terbatas.
Cadangan karbon pada berbagai kelas penutupan lahan di
hutan alam berkisar antara 7,5–264,70 ton C/ha. Secara umum pada hutan lahan
kering primer mampu menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar dibandingkan
dengan hutan lahan kering sekunder karena pada hutan sekunder telah terjadi
gangguan terhadap tegakannya. Kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan
lahan untuk bercocok tanam dan kejadian atau aktivitas lainnya di kawasan hutan
yang menyebabkan berkurangnya potensi biomassa yang berindikasi langsung
terhadap kemampuannya menyimpan karbon. Pola tersebut juga terjadi pada
hutan rawa primer dan hutan rawa sekunder. Selanjutnya pada hutan lahan
kering relatif memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar
daripada hutan rawa dan mangrove karena kemampuannya dalam membangun tegakan
yang tinggi dan berdiameter besar sebagai tempat menyimpan karbon.
Hasil utama ekosistem hutan rawa gambut yang banyak
dimanfaatkan masyarakat adalah kayu seperti gelam (Mellaleuca sp)
khususwanya sebagai bahan bangunan ringan, kerangka pembuatan bangunan gedung
dan bagan penangkap ikan. Selain itu, jenis-jenis komersial yang banyak
diperdagangkan adalah Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp),
dan Damar (Agathis Damara). Hasil tambahan lainnya adalah hasil
non-kayu seperti getah jelutung, tumbuhan obat, ikan dan buah-buahan.
Secara ekologi ekosistem hutan rawa gambut merupakan
tempat pemijahan ikan yang ideal selain menjadi habitat berbagai jenis satwa
liar termasuk jenis-jenis endemik. Dengan kata lain, hutan rawa gambut
merupakan sumber daya biologis yang penting yang dapat dimanfaatkan dan
dikonservasi untuk memperoleh manfaat yang lestari.
Lahan gambut memiliki peranan yang penting karena secara
alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat
besar. Jika tidak mengalami gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak
0,8-0,9 m3/m3. Dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim
hujan dan musim kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat penting untuk
menghambat oksidasi pirit (FeS2) dalam upaya untuk mengurangi kemasaman tanah
dan keracunan tanaman. Sulfat yang terlarut juga akan berpenganruh dibagian
hilir.
Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang
dicirikan oleh tingginya akumulasi bahan organik dengan laju dekomposisi yang
rendah. Lahan gambut tropis maliputi areal seluas 40 juta ha dan 50%
diantaranya terdapat di Indonesia. Karena itu lahan gambut di Indonesia yang
tersebar di sumatra, kalimanta, sulawesi dan papua. Merupakan cadangan karbon
terestris yang penting. Jika dilindungi kondisi alami, lahan gambut dapat
meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon. Tetapi jika mengalami
gangguan, lahan gambut berpotensi menjadi sumber karbondioksida (CO2), metana
(CH4) dan nitrous oksida (N2O) yang cukup besar.
IV. Alat
dan Bahan
a. Alat
No
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
pipa
|
1 (satu)
|
2
|
Alat tulis
|
1 (satu)
|
3
|
camera
|
1 (satu)
|
4
|
luxmeter
|
1 (satu)
|
5
|
Thermometer
|
1 (Satu)
|
6
|
Tali rapia
|
secukupnya
|
b. Bahan
No
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Kertas label
|
secukupnya
|
2
|
Kantong Plastik
|
secukupnya
|
V. Prosedur
kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan.
2. Mengukur kedalaman gambut
menggunakan pipa yang berukuran 2m.
3. Berdasarkan tingkat kematangan
dan ketebalan gambut, serta perbandingan dengan tabel, tentukan cadangan carbon
bawah permukaan.
No
|
Tingkat kematangan gambut
|
Bobot isi (BD) (g/cc)
|
C-Organik (%)
|
||
Kisaran
|
Rerata
|
Kisaran
|
Rerata
|
||
1.
|
Fibrik
|
0,1012-0,12
|
0,1028
|
-
|
53,31
|
2
|
Hemik
|
0,1325-0,29
|
0,1716
|
38,97-51,87
|
48,00
|
3
|
Saprik
|
0,2492-0,37
|
0,2794
|
28,96-53,89
|
44,95
|
4
|
Peaty soil//
Mineral
Begambut/
sangat dangkal
|
0,2152-0,6878
|
0,3402
|
28,96-39,81
|
35,12
|
4. Mencatat hasil pengamatn
dilembar pengamatan.
VI. Hasil
Pengamatan
Luas area lahan gambut = 5.687.000.000 M2
a. Daerah ternaung
No
|
Tingkat kematangan gambut
|
Bobot isi (BD) (g/cc)
|
C-Organik (%)
|
||
Kisaran
|
Rerata
|
Kisaran
|
Rerata
|
||
1
|
Saprik
|
0,2492-0,37
|
0,2794
|
28,96-53,89
|
44,95
|
- Perhitungan
daerah ternaung cadangan karbon.
Kandungan Karbon (KC)
|
= B x A x D x C
|
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
|
|
= 142.620.344.680 ton
|
c. Daerah terdedah
No
|
Tingkat kematangan gambut
|
Bobot isi (BD) (g/cc)
|
C-Organik (%)
|
||
Kisaran
|
Rerata
|
Kisaran
|
Rerata
|
||
1
|
Saprik
|
0,2492-0,37
|
0,2794
|
28,96-53,89
|
44,95
|
- Perhitungan
daerah ternaung cadangan karbon.
Kandungan Karbon (KC)
|
= B x A x D x C
|
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
= 142.620.344.680 ton
|
VII. Pembahasan
Kawasan bergambut di Kalimantan Tengah melingkupi
hamparan arealyang cukup luas, yakni diperkirakan mencangkup areal seluas 3,472
juta Ha, atau sekitar 21,98 % dari total luas wilayah Provinsi Kaimantan Tengah
yang mencangkup 15,798 Ha. Ditinjau dari letak geografis wilayah Provinsi
Kaimantan Tengah, kawasan bergambut tersebut terletak dibagian selatan dari
garis equator (0o garis lintang), atau dengan kata lain
terletak pada Garis Lintang Selatan hingga kegugusan pantai di tepi laut Jawa
bagian selatan Kalimantan Tengah dibagi dua oleh Garis Lintang atau gars
equator menjadi dua bagian, yaitu dari selatan ke utara.
Di samping kekhususan tersebut, Kaimantan Tengah secara
geografis juga memiliki ciri tersendiri lainnya yang khas, yakni perubahan
ketinggian (dpl) secara simultan dari arah selatan, yang berbatasan dengan laut
Jawa, hingga ke bagian utara di gugusan Bukit Raya / Bukit Baka yang merupakan
kawasan lindung. Kondisi alamiah geografis tersebut merupakan faktor penentu
yang mempengaruhi letak dan sebaran kawasan bergambut Kaimantan Tengah, yang
juga memiliki pola perubahan yang sama, yakni dari selatan ke utara.
Gambut hanya mungkin terbentuk apabila terdapat limpahan
biomass atau vegetasi pada suatu kawasan yang mengalami hambatan dalam proses
dekompsisinya. Faktor penghambat utama tersebut adalah genangan air sepanjang
tahun atau kondisi rawa. Dalam konteks yang demikian, hutan sebagai penghasil
limpahan biomass, yang mendominasi wilayah Kaimantan Tengah (sekitar 65,05 %
dari total luas wilayah), khususnya pada areal-areal yang selalu tergenang air
adalah merupakan kawasan potensial terbentuknya gambut. Tapi sebaliknya, tidak
semua areal hutan dapat membentuk lahan-lahan bergambut.
Dari paraktikum yang telah dilakukan pada tempat ternaung
dan terdedah pada daerah Sebangau dapat diketahui bahwa metode yang digunakan
dalam praktikum kali adalah metode pendugaan cadangan karbon bawah permukaan.
Untuk menduga kandungan cadangan karbon (C) dibawah permukaan lahan gambut.
Terlebih dahulu harus diketahui volume gambut pada wilayah tertentu dan
klasifikasi tingkat kematangannya. Volume gambut dapat diketahui dengan menggalikan
ketebalan lapisan gambut dengan luasan wilayah lahan gambutnya. Ketebalan
gambut diukur pada beberapa titik / lokasi yang berbeda (agar datnya mewakili)
dengan cara menusukkan pipa paralon kedalam lapisan gambut hingga mencapai /
mengenai lapisan tanah mineralnya, sedangkan luasan lahan gambut dapat
diketahui dari hasil pengukuran langsung dilapangan atau dari peta dasar/tanah
atau citra landsat. Tingkat kematangan / pelapukan gambut dapat diukur langsung
dilapangan dengan metode sederhanan seperti yang diuraikan dibawah ini.
Sedangkan penentuan bobot isi dan persen (%)-C-organik dapat merujuk dan
berdasarkan kepada hasil analisis beberapa lokasi di Sumatera kenapa harus
merujuk kesana karena pada daerah Kalimantan Tengah belum ada penelitian yang
lebih mendalam tentang hal tersebut. Prosedur pengukuran yang harus diikuti
adalah pengukuran luas lahan, ketebalan gambut, penetuan tingkat kematangan,
bobot isi gambut dan C-organik, dan pendugaan cadangan karbon.
Hasil pengamatan pada bobot isi tanah gambut pada tempat
terdedah adalah 0,2794 g/cc dan tempat ternaung adalah 0,1716 g/cc. Untuk luas
wilayah tanah gambut daerah Sebangau adalah 5.687.000.000 m2, ketebalan lahan
gambut pada tempat ternaung adalah 95 cm dan tempat terdedah adalah 95cm. Dan
untuk kadar karbon untuk tempat terdedah adalah 44,95 % dan tempat ternaung
adalah 48,00 %. Kemudian data tersebut dimasukan dalam rumus Kandungan Karbon
(KC) = B x A x D x C.
Lokasi Terdedah
Kandungan Karbon (KC)
|
= B x A x D x C
|
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
|
|
= 142.620.344.680 ton
|
Lokasi Ternaung
Kandungan Karbon (KC)
|
= B x A x D x C
|
= 0,2794 x 5.687.000.000 x 2 x 44,95
= 142.620.344.680 ton
|
Jadi dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat
diketahui bahwa kandungan karbon terbanyak terdapat pada daerah ternaung dari
pada tempat terdedah. Hal ini membuktikan bahwa cadangan karbon yang ada
ditanah pada lahan gambut yang kami amati secara langsung itu sangat banyak.
VIII. Kesimpulan
dan saran
a. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa :
1. Hutan merupakan
sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan
hutan di antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan
manfaat tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur
tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon.
Penyerapan karbon sendiri terjadi didasarkan atas proses kimiawi dalam
aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO2 dari atmosfer
dan air dari tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan
berakumulasi mejadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon.
2. Lahan gambut
memiliki peranan yang penting karena secara alami berfungsi sebagai cadangan
(reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar. Jika tidak mengalami
gangguan, lahan gambut dapat menyimpan air sebanyak 0,8-0,9 m3/m3. Dengan
demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan musim
kemarau. Keberadaan air pada setiap musim sangat penting untuk menghambat
oksidasi pirit (FeS2) dalam upaya untuk mengurangi kemasaman tanah dan
keracunan tanaman. Sulfat yang terlarut juga akan berpenganruh dibagian hilir.
3. Dari paraktikum
yang telah dilakukan pada tempat ternaung dan terdedah pada daerah Sebangau
dapat diketahui bahwa metode yang digunakan dalam praktikum kali adalah metode
pendugaan cadangan karbon bawah permukaan. Untuk menduga kandungan cadangan
karbon (C) dibawah permukaan lahan gambut. Terlebih dahulu harus diketahui
volume gambut pada wilayah tertentu dan klasifikasi tingkat kematangannya.
Volume gambut dapat diketahui dengan menggalikan ketebalan lapisan gambut
dengan luasan wilayah lahan gambutnya.
4. Dari hasil yang di
dapat bahwa kandungan karbon yang besar terdapat pada tempat terdedah dari pada
kandungan karbon pada tempat ternaung.
b. Saran
Praktikum yang di lakukan sudah cukup baik, semoga dalam
praktikum selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Dan
pada saat pengamatan lebih teliti lagi untuk mendapatkan data yang lebih
akurat lagi
DAFTAR PUSTAKA
Ruhiyat D. 1995.
Estimasi Biomassa Tegakan Hutan Tropis di Kalimantan Timur. Lokakarya Inventarisasi Emisi dan Rosot Gas Rumah Kaca.
Bogor 4-5 Agustus 1995.
Saridan A &
Tangketasik, J. 1987. Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan Bekas Terbakar dan
Tidak Terbakar di Wanariset Samboja. Jurnal Penelitian Hutan TropikaSamarinda,
Wanatrop Volume 2 No 2. Balai Penelitian Kehutanan Samarinda.
https://www.academia.edu/4844162/Tehnik_Pendugaan_Cadangan_Karbon_Hutan-b5-final (Sabtu,
11 Juni 2016)
https://wahyukdephut.wordpress.com/2009/02/03/pendugaan-cadangan-karbon-c-stock/ (Sabtu,
11 Juni 2016)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...