Dan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah
shalallahu ‚alaihi wa sallam bersabda: “Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‘Wahai anak adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku,
niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi. Wahai
anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit, kemudian engkau
memohon ampun padaku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam,
seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian
engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku
akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula. (HR Tirmidzi, beliau
berkata: “hadits ini hasan”) Wallahu a’lam, semoga sholawat tercurah pada nabi
Muhammad.
Penjelasan:
Dari Anas radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah ¬shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: [Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,’ Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi] Yang dimaksud [“Anak Adam”] pada perkataan ini adalah seorang muslim yang mengikuti risalah rosul yang diutus kepadanya. Maka orang-orang yang mengikuti risalah nabi Musa ‘alaihi salam pada zamannya, maka dia termasuk orang yang diseru dengan panggilan ini. Orang-orang yang mengikuti risalah nabi Isa ‘alaihi salam pada zamannya, maka dia juga termasuk orang yang diseru dengan panggilan ini. Adapun setelah diutusnya Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang yang mendapatkan balasan dan keutamaan seperti yang disebutkan dalam hadits ini adalah mereka yang mengikuti Al Musthofa (Nabi Muhammad) shalallahu ‘alaihi wa sallam, beriman bahwa risalah yang beliau bawa adalah penutup risalah para nabi, mengakui kenabian dan risalah yang beliau bawa dan mengikuti petunjuk beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah jalla
wa ‘ala berfirman pada hadits ini: [Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau
berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan
memperdulikannya lagi] Kalimat ini memiliki makna yang serupa dengan firman
Allah jalla wa ‘ala:
“Katakanlah: “Hai
hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Az
Zumar: 53)
Jika seorang
hamba melakukan perbuatan dosa kemudian segera bertaubat, berdoa kepada Allah
jalla wa ‘ala agar Ia mengampuninya serta mengharapkan ampunan-Nya, maka Allah
akan mengampuni dosa-dosanya selama dia bertaubat karena “Taubat itu menghapus
dosa-dosa sebelumnya”.
Kemudian Allah
jalla wa ‘ala berfirman pada hadits ini: “sesungguhnya jika engkau berdoa dan
berharap kepada-Ku”. Kalimat ini menjelaskan bahwa doa disertai dengan harapan
akan menyebabkan Allah mengabulkan permohonan ampun. Ada sebagian orang yang
berdoa pada Robb-Nya dengan harapan yang lemah dan tidak berhusnuzhon pada
Robb-Nya padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku pada-Ku
maka hendaklah berprasangka pada-Ku sebagaimana dia kehendaki”. Jika seorang
hamba berdoa untuk memohon ampun atas segala dosa-dosanya maka hendaknya dia
berdoa untuk memohon ampun pada Allah dengan berkeyakinan bahwa Allah memiliki
kemurahan yang sangat besar dan dia berharap bahwa Allah akan mengampuni
dosa-dosanya. Orang yang melakukan hal ini, niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosanya.
Maka jika
seseorang telah memiliki rasa harap yang sangat besar pada Allah dan yakin
bahwa Allah akan mengampuninya niscaya dia akan mendapatkan apa yang ia cari.
Hal tersebut dikarenakan besarnya rasa harap dan prasangka yang baik pada Allah.
Banyak ibadah-ibadah hati (ibadah qolbiyyah) yang harus dilakukan oleh seorang
pelaku dosa ketika memohon ampun dan bertaubat. Banyak ibadah-ibadah hati yang
harus dilakukan agar perbuatan dosa diampuni sebagai karunia dan kemuliaan dari
Allah jalla wa ‘ala.
Kemudian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “niscaya Aku akan mengampunimu”.
Pengampunan (المغفرة) memiliki makna menutup bekas-bekas dosa di dunia dan
akhirat. Pengampunan tidak sama dengan menerima taubat, karena pengampunan
memiliki makna menutup (ستر). Mengampuni sesuatu (غفر الشيء) memiliki makna
menutup sesuatu (ستره). Menutup dosa-dosa memiliki makna bahwa Alloh jalla wa
‘ala akan menutup dampak-dampak dosa di dunia dan akhirat. dampak dosa di dunia
adalah balasan atas perbuatan dosa tersebut di dunia, sedangkan dampak dosa di
akhirat adalah balasan atas perbuatan dosa tersebut di akhirat. Barang siapa
yang memohon ampun pada Allah jalla wa ‘ala maka dia akan diampuni oleh Allah.
Barang siapa yang meminta pada Allah agar Ia menutupi dampak dosanya di dunia
dan akhirat maka Allah akan menutupinya. Allah akan menutup dampak dosa-dosanya
dengan tidak memberikan balasan atas dosanya di dunia dan akhirat.
Kemudian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: [Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu
memenuhi seluruh langit]. Dosa tersebut memenuhi langit (awan yang tinggi)
karena jumlahnya yang banyak dan bertumpuk-tumpuk.
Kemudian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: [kemudian engkau memohon ampun pada-Ku,
niscaya Aku akan mengampunimu]. Perbuatan ini adalah perbuatan seorang hamba
yang bertaubat dan mencintai Rabbnya dengan kecintaan yang mendalam. Karena
Allah -Yang Maha Agung, Yang Memiliki nama dan sifat yang mulia, indah dan
sempurna, yang menguasai seluruh kerajaan, Dialah yang menguasai dan melindungi
segala sesuatu, yang memiliki berbagai macam nama dan sifat yang agung dan
mulia- akan mencintai hambanya dengan kecintaan seperti ini. Maka tidak
diragukan lagi, hal ini akan membuat hati mencintai Rabbnya, merasa hina di
hadapan-Nya dan mendahulukan ridho-Nya daripada ridho selain-Nya.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman: [Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi
seluruh langit kemudian engkau memohon ampun padaku, niscaya Aku akan
mengampunimu]. Dalam kalimat ini terdapat dorongan untuk senantiasa memohon
ampunan. Jika engkau berbuat dosa maka beristigfarlah karena sesungguhnya tidak
cukup istigfar kita walaupun dilakukan sebanyak 70 kali dalam setiap hari
seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits. Dengan beristigfar dan menyesal
maka Alloh akan mengampuni segala dosa.
Kemudian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: "Wahai anak Adam, seandainya
engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau
menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan
datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula". Jika anak Adam
datang dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menjumpai Allah dalam keadaan
memurnikan ibadah hanya untuk-Nya dan tidak berbuat syirik kepada-Nya baik
syirik besar, syirik kecil maupun syirik yang tersembunyi, hatinya ikhlas hanya
kepada Allah, tidak ada pada hatinya kecuali Allah dan tidak merasa cemas
kecuali hanya kepada-Nya, tidak berharap kecuali hanya kepada-Nya, tidak
berbuat syirik dalam bentuk apapun pada-Nya, niscaya Allah jalla wa ‘ala akan
mengampuni seluruh dosa-dosanya.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman: “kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak
berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan
pengampunan sepenuh bumi pula”. Hal ini menunjukkan kebaikan dan besarnya
rahmat Allah pada para hamba-Nya.
Ya Allah
segala puji bagi-Mu atas nama-nama dan sifat-Mu. Ya Allah segala puji bagi-Mu
atas nikmat syariat Islam yang engkau berikan pada kami. Ya Allah segala puji
bagi-Mu atas nikmat diutusnya nabi-Mu Muhammad ‘alaihi sholatu wa sallam yang
engkau berikan pada kami. Ya Allah segala puji bagi-Mu atas anugerah yang
engkau berikan pada kami untuk mengikuti jalan para salafushalih. Ya Allah
segala puji bagi-Mu atas anugerah-Mu pada kami berupa ampunan untuk segala
dosa, menunjukkan pada perbuatan baik, dan mengampuni segala kesalahan. Ya
Alloh segala puji bagi-Mu atas nikmat-Mu yang Agung. Ya Allah segala puji
bagi-Mu dan engkaulah yang paling berhak untuk mendapatkan seluruh pujian.
Diterjemahkan Oleh: Abu Fatah Amrulloh dari Penjelasan
Hadits Arba’in No. 42 Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh Murojaah:
Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar
[Sumber: http://muslim.or.id/?p=419]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...