SEORANG
RAHMAT BAGI SEGALA BANGSA (AL-QURAN)
Identifikasi
“Wahai
manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu tanda bukti dari Tuhan kamu, dan
telah Kami turunkan kepada kamu cahaya yang terang (Maitreya Buddha)” (Q.S.
4:175).
Mahatma
Buddha, guru serta pendakwah moral yang mulia, dalam penghormatan lain dikenal
sebagai ‘Cahaya Asia”; yang mengusir semua kegelapan karena kejahilan serta
menyembuhkan penyakit ruhani dari dataran India; dilahirkan di kota Kapilavastu
di Nepal sekitar 2400 tahun yang lalu. Menurut keyakinan Buddha dia adalah
akhir dari serangkaian pembaharu keagamaan setelah banyak pengajar yang bangkit
pada pelbagai kejadian khusus sebelum dia. Ayahnya, Sudhodana adalah dari dinasti
Sakya; seorang raja dan ibunya bernama “Maya Dewi”. Silsilahnya mencapai
Kshatrya Rishi Gautama yang terkenal, karena itu Buddha dipanggil sebagai Sakya
Muni Gautama atau Sakya Singha.
Pentingnya
arti nama Buddha: Buddha adalah kata Sanskerta dan ini berarti seorang yang
bangkit, terbangun, cerdas, pandai, bijaksana, tercerahkan, dan sebagainya.
Atau ini berarti seorang laki-laki sempurna, yang telah mencapai ilmu kebenaran
dan ketulusan serta seorang yang telah keluar dari kegelapan dunia kepada cahaya.
Sesungguhnya, asal kata ini adalah dari kata Arab Bath, Ba’atha dan Taba’ath,
yang berarti dia membangkitkannya, menarik hatinya, atau meletakkan dia dalam
gerakan atau tindakan. Baethun dan Beath berarti seorang lelaki yang
kegelisahan atau kesedihannya membangunkan dia dari tidurnya. Al-Quran
menyatakan tentang Muhammad:
“Dia
ialah Yang membangkitkan (ba’atsa) di kalangan bangsa Ummi seorang Utusan di
antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun mereka
benar-benar dalam kesesatan yang terang” (Q.S. 62:2).
Menurut
terminologi Buddha, ini bukanlah nama melainkan gelar, yang dicapai oleh
seseorang yang telah keluar dari kegelapan kepada cahaya, dan yang menyeru kepada
orang-orang lain agar keluar dari lubang ini. Ada banyak Buddha bahkan sebelum
Sakya Muni Gautama dan di sana terdapat nubuatan tentang kedatangan seorang
Buddha sesudahnya. Maka kesamaan pertama dari Nabi Muhammad dengan Buddha
adalah gelarnya dan dalam dakwahnya; dia sendiri keluar dari kegelapan kepada
cahaya dan dia menyeru yang lain agar keluar dari sumur tanpa dasar ini. Dia
dilahirkan demi kesejahteraan kerumunan yang sangat besar ini! (Fo-sho-Hing-tsan-King
39:56).
Al-Quran
mengumumkannya dengan kata-kata yang jelas:
“Telah Kami turunkan kepada kamu cahaya yang terang” (Q.S.
4:175).
“Dia ialah Yang membangkitkan di kalangan bangsa Ummi seorang Utusan di antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah” (Q.S. 62:2).
“Seorang Utusan yang membacakan kepada kamu ayat-ayat Allah yang terang, agar ia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan berbuat baik dari gelap ke terang” (Q.S. 65:11).
“Dia ialah Yang membangkitkan di kalangan bangsa Ummi seorang Utusan di antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah” (Q.S. 62:2).
“Seorang Utusan yang membacakan kepada kamu ayat-ayat Allah yang terang, agar ia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan berbuat baik dari gelap ke terang” (Q.S. 65:11).
Dan
dalam ayat yang lain dikatakan:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu, cahaya dan Kitab yang
terang” (Q.S. 5:15).
Dua
hal di sini yang dikatakan sebagai telah datang dari Tuhan, suatu cahaya dan
kitab yang terang. Cahaya adalah Nabi, dan Kitab, adalah al-Quran:
“Dengan itu, Allah memimpin pada jalan keselamatan kepada siapa
yang mengikuti perkenan-Nya, dan mengeluarkan mereka dari gelap ke
sinar terang dengan izin-Nya, dan memimpin mereka pada jalan
yang benar” (Q.S. 5:16).
Dan
kegelisahannya pada kemanusiaan dinyatakan dalam:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Utusan dari
kalangan kamu sendiri, pedih terasa olehnya kamu jatuh dalam
kesengsaraan, sangat cemas terhadap kamu” (Q.S. 9:128).
Inilah
gambaran sejati dari hati yang gundah-gulana, tidak saja terhadap para
pengikutnya sendiri, tidak saja untuk kaum atau negerinya sendiri, melainkan
untuk seluruh kemanusiaan. Beliau cemas terhadap beban yang menimpa semuanya,
dan beliau penuh keprihatinan demi kesejahteraan semuanya. Risalahnya
menyatakan diri sebagai kekuatan ruhani yang terbesar, yang pada akhirnya
ditakdirkan untuk membawa seluruh umat manusia kepada kesempurnaan.
Dan
ini sungguh mempengaruhi transformasi kemanusiaan dari dalamnya kemerosotan yang
paling rendah kepada puncak tertinggi peradaban dalam jangka waktu yang
pendeknya sungguh tak terkira. Untuk keadaan yang tiada atandingannya ini,
seorang pengarang anti-Muslim, Sir William Muir, berkata:
“Dari
zaman yang tak bisa diingat lagi Mekka dan seluruh jazirah telah meluncur dalam
kemandegan spiritual….Orang-orang tenggelam dalam takhayul, kekejaman dan
kemesuman….Agama mereka adalah berhala yang memalukan; dan kepercayaan mereka
adalah ketakutan khayali kepada hantu yang tidak kelihatan… Tiga belas tahun
sebelum Hijrah, Mekkah tergeletak tanpa kehidupan dalam keadaan yang hina ini.
Betapa besar perubahan telah terjadi dalam janagka waktu tigabelas tahun ini!….
Kebenaran agama Yahudi telah lama bergema di telinga orang-orang di Madinah,
tetapi bergeming hingga mereka mendengar nada ruhani yang menggebu
dari Nabi Arabia sehingga mereka pun, terbangun dari tidur lelapnya, dan
tiba-tiba melompat dalam kehidupan yang baru dan sungguh-sungguh”.
(1)
Sekali lagi, “Buddha”
berarti seorang yang mempunyai ilmu yang lengkap tentang kebenaran. Kita dapati
dalam al-Quran:
“Dan
katakanlah: Kebenaran telah datang dan kepalsuan lenyap. Sesungguhnya kepalsuan
itu pasti lenyap” (Q.S. 17:81).
Kedatangan
Nabi Muhammad di sini dikatakan sebagai Kedatangan kebenaran. Ketika Nabi Suci
masuk ke kota Mekkah sebagai seorang penakluk dan ketika Rumah dari Yang
Maha-suci dibersihkan dari berhala, Nabi membaca ayat ini dan berkata:
“Kebenaran telah datang, dan kepalsuan tak akan timbul, dan tak
akan kembali” (Q.S. 34:49).
Ini
berarti bahwa kepalsuan tidak dapat berdiri di hadapan kebenaran, dan bahwa
kebenaran pada akhirnya akan menang ke seluruh penjuru dunia, sebagaimana dia
telah menang di tanah Arab pada masa kehidupan Nabi. Dan dalam ayat lain
risalah Muhammad disebut Al-Furqan dan inilah nama dari al-Quran sesuai dengan:
“Maha-berkah Dia Yang telah menurunkan Pemisah (Furqan) kepada
hamaba-Nya, agar ia menjadi juru ingat bagi sekalian bangsa” (Q.S.
25:1).
Ini
disebut Furqan karena pemisah yang akan membedakan antara kebenaran dengan
kepalsuan dan ini berkaitan dengan transformasi besar-besaran yang terbawa
dalam kehidupan umat.
Tambahan
kata-kata bahwa Nabi akan menjadi juru-ingat dari bangsa-bangsa, menunjukkan
bahwa transformasi yang dibawa di Arabia akhirnya akan meluas ke seluruh
penjuru dunia dan segala bangsa akan memetik manfaat darinya. Menurut ajaran
al-Quran, kebenaran itu terdiri dari keimanan kepada Tuhan atau selalu
berkomunikasi dengan Dzat Ilahi dan mencelupkan dirinya dalam sifat-sifat Ilahi
serta pemurah dan pengasih terhadap sesama manusia.
Ketiga
arti dari kata Buddha ini adalah atribut baik dari Gautama Buddha maupun
Maitrreya Buddha sebagaimana yang dinubuatkan oleh Gautama sendiri:
Membangunkan
manusia yang terbaring nyenyak, dia sendiri dibangunkan dan ditingkatkan
menjadi Buddha.
Dalam kegelapan yang menyelimuti sekitarnya dialah cahaya, menyeru orang-orang dan menunjukkan mereka jalan yang benar kepada keselamatan.
Dia adalah gabungan dari kebenaran dan ketulusan yang merontokkan segala kepalsuan.
Dalam kegelapan yang menyelimuti sekitarnya dialah cahaya, menyeru orang-orang dan menunjukkan mereka jalan yang benar kepada keselamatan.
Dia adalah gabungan dari kebenaran dan ketulusan yang merontokkan segala kepalsuan.
Buddha
Gautama meramalkan datangnya Maitreya Buddha yang serupa dengannya. Setelah
Buddha hanya ada dua utusan yang muncul ke dunia, Isa Almasih dan Muhammad.
Tetapi Yesus sendiri menyatakan bahwa ruh kebenaran belum datang yang akan
membimbing manusia kepada seluruh kebenaran:
“Tetapi
apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran, ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab ia tidak akan berkata-kata dari dirinya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengarnya itulah yang akan dikatakannya dan ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yohanes
16:13) Tidak seorangpun yang muncul di dunia setelah Isa Almasih
yang menjawab gambaran ini kecuali Nabi Suci Muhammad. Dan lenyapnya kepalsuan
dari Arabia di hadapan matanya menunjukkan kebenaran dari pernyataannya ini.
Kedua, menurut keyakinan Kristen maka
pohon dimana Adam dilarang mendekati adalah pohon pengetahuan tentang kebaikan
dan kejahatan. Risalah Buddha menentang hal itu. Menurut al-Quran itu adalah
pohon kematian – kematian ruhani dari manusia – pohon kejahatan dimana manusia
lagi dan lagi-lagi diperingatkan agar jangan di dekati, dan adalah kejahatan ,
yang mana semua Nabiyullah itu dan seluruh Buddha memperingatkan manusia. Orang
Kristen percaya bahwa dikeluarkannya manusia dari surga itu karena memakan
buah-buahan pohon pengetahuan tentang baik dan jahat. Sedangkan menurut Nabi
Muhammad itu bukanlah pengetahuan melainkan kebodohanlah yang telah
menyingkirkan dia dari sana.
(di ambil dari Muhammad dalam kitab suci dunia oleh Maulana Abdul Haque)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...