Setelah
tiga premis Minggu lalu, maka harus diketahui pula bahwa Al-Quran - di
sampinq memperhatikan tiga premis tersebut, yaitu manusia mempunyai tujuan yang
harus dicapainya dalam perjalanan hidupnya dengan usaha dan perbuatannya, dan
dia tidak mungkin mencapai tujuan yang diidam-idamkan itu kecuali dengan
mengikuti hukum-hukum dan tata cara tertentu serta keharusan mempelajari
hukum-hukum dan tata cata itu dari buku fitrah dan penciptaan, yakni ajatan
Allah - juga menentukan jalan hidup bagi manusia sebagai berikut:
AI-Quran
mendasarkan jalan itu pada keimanan akan keesaan-Nya sebagai dasar pertama
agama; Al-Quran menjadikan keimanan kepada akhirat dan Hari Kiamat, yaitu hari
ketika orang yang baik dibalas karena kebaikannya dan yang jahat dibalas karena
kejahatannya, sebagai dasar-kedua agama. Hal ini pada gilirannya membawa
kepada keimanan kepada kenabian, karena perbuatan-perbuatan bisa dibalas
setelah si pelakunya mengetahui ketaatan dan maksiat, yang baik dan yang buruk.
Pengetahuan ini tidak akan dapat diperoleh kecuali melalui wahyu dan kenabian -
sebagaimana akan kami rinci nanti. Al-Quran menjadikan keimanan kepada
kenabian ini sebagai dasar ketiga agama.
Al-Quran
memandang ketiga dasar ini: keimanan kepada keesaan Allah, kenabian dan akhirat
sebagai dasar-dasar agama Islam. Setelah itu, Al-Quran menjelaskan pokok-pokok
akhlak yang diridhai dan sifat-sifat baik yang sesuai dengan ketiga dasar
tersebut, dan setiap orang beriman harus menghiasi diri dengannya. Kemudian
AI-Quran menetapkan hukum-hukum perbuatan yang menjamin kebahagiaan hakiki
manusia dan menyuburkan akhlak yang utama dan faktor-faktor yang
mengantarkannya kepada akidah yang benar dan prinsip-prinsip pokok.
Tidak
logis bila kita beranggapan bahwa orang yang bergelimang dalam seks yang
diharamkan, mencuri, berkhianat dan curang, adalah suci. Begitu pula, tidak
logis bila kita beranggapan bahwa orang yang keterlaluan dalam mencintai harta,
mengumpulkan dan menyimpannya, dan tidak mau memenuhi hak-hak orang lain,
adalah suci. Tidak logis pula bila kita menganggap orang yang tidak menyembah
Allah dan mengingat-Nya siang dan malam, sebagai beriman kepada Allah dan Hari
Akhir.
Dengan
demikian, akhlak yang baik maujud kuena adanya perbuatan-perbuatan baik,
sebagaimana akhlak yang baik itu ada karena akidah yang benar.
Seseorang
yang terbelenggu kesombongan, kebanggaan dan kecintaan kepada diri sendiri,
tidak mungkin mempercayai Allah dan mengakui keagungan-Nya. Dan orang yang
selama hidupnya tidak mengetahui makna keadilan, keperwiraan dan welas-asih
terhadap yang lemah, tidak akan masuk ke dalam hatinya intan kepada Hari Kiamat,
perhitungan dan balasan di akhirat. Tentang hubungan antara akidah yang benar
dengan akhlak yang diridhai, Allah berfirntan:
"Kepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik, dan amal yang baik dinaikkan-Nya. " (QS 85:10)
Dan
tentang hubungan antara akidah dengan perbuatan, Allah berfirman:
"Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah azab yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayatayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya." (QS 90:10)
Kesimpulan
dari pembicaraan di atas adalah bahwa Al-Quran mwgandung sumber-sumber ketiga
dasu Islam, yaitu:
1. Dasar-dasar akidah. Ini
terbagi menjadi tiga dasar agama: tauhid, kenabian dan akhirat, dan
akidah-akidah yang merupakan cabang darinya, seperti lauh mahfudh, qalam, qadha' dan qadar, malaikat, menghadap Allah, kursi, penciptaan langit
dan bumi dan lain-lain.
2. Akhlak yang diridhai.
Hukum-bukum syara' dan perbuatan yang
dasar-dasarnya telah dijelaskan Al-Quran, sedangkan penjelasan terincinya
diserahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Dan Nabi menjadikan penjelasan Ahlul
Bait (keluarga)-nya sama dengan penjelasan beliau, sebagaimana diketahui dari hadits tsaqalain yang secara mutawatir
diriwayatkan baik oleh kalangan Ahlus Sunnah maupun Syi'ah
(di sadur dari buku mengungkap rahasia Al-Qur'an
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...