Menu Bar 1

Wednesday, 4 June 2014

Faktor Biotik dan Abiotik

Komponen biotik terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, cendawan, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata, dan vertebrata serta manusia. Setiap komponen biotic memiliki cara hidup sendiri yang akan menentukan interaksi dengan komponen biotik lainnya dan komponen abiotik. Misalnya tumbuhan hijau melakukan fotosintesis untuk memperoleh makan, herbivora memakan tumbuhan, dan mikroorganisme menguraikan sisa-sisa tumbuhan serta hewan untuk memperoleh energi.
Berdasarkan fungsinya, komponen biotik dapat dibedakan atas:
a. Produsen (berklorofil = autotrof)
b. Konsumen (heterotrof), terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
·         Konsumen primer (hewan herbivora).
·         Konsumen sekunder (hewan yang makan hewan herbivora).
·         Konsumen tersier (hewan karnivora).
c. Pengurai (dekomposer: bakteri, cendawan).
Produsen adalah makhluk hidup yang menyusun senyawa organic atau membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Makhluk hidup yang tergolong produsen, meliputi makhluk hidup yang melakukan fotosintesis (tumbuhan, bakteri fotosintesis, ganggang hijau, ganggang hijau-biru).
Konsumen (makhluk hidup heterotrof) adalah makhluk hidup yang tidak mampu menyusun senyawa organik atau membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, makhluk hidup ini bergantung pada makhluk hidup lain. Hewan dan manusia tergolong sebagai konsumen.
Dekomposer atau detritivora (pengurai) merupakan makhluk hidup yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup mati untuk memperoleh makanan atau bahan organik yang diperlukan. Penguraian memungkinkan zat-zat organik yang kompleks terurai menjadi zat-zat yang lebih sederhana dan dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. Makhluk hidup yang termasuk dekomposer adalah bakteri, cendawan, cacing, beberapa jenis rodent dan serangga tanah.
Faktor Abiotik
Faktor abiotik merupakan faktor yang bersifat tidak hidup (non hayati), meliputi faktor-faktor iklim atau klimatik (suhu, cahaya, tekanan udara, kelembaban, angin, curah hujan), dan faktor-faktor tanah atau edafik (jenis tanah, struktur dan tekstur tanah, derajat keasaman atapun pH, kandungan mineral dan air, serta dalamnya permukaan air tanah). Masing-masing faktor tersebut dapat diukur dan diketahui pengaruhnya pada makhluk hidup. Faktor abiotik bersifat saling berkaitan dan tidak satu pun bekerja sendiri-sendiri.
Suhu
Suhu atau temperatur adalah derajat energi panas. Sumber utama energi panas adalah radiasi matahari. Suhu merupakan komponen abiotik di udara, tanah, dan air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup, berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup memerlukan enzim. Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh suhu tertentu. Suhu juga mempengaruhi perkembangbiakan makhluk hidup. Contohnya, beberapa jenis burung akan melakukan migrasi menuju ke daerah yang suhunya sesuai untuk berkembang biak.
Cahaya
Sinar matahari menyediakan energi cahaya yang digunakan tumbuhan dalam fotosintesa, tetapi juga menghangatkan lingkungan hidup dan menaikkan suhu air. Selanjutnya akan terjadi penguapan, dan setelah terjadi proses kondensasi dapat turun ke bumi dalam bentuk hujan dan salju. Cahaya matahari terdiri dari beberapa macam panjang gelombang. Panjang gelombang, intensitas cahaya, dan lama penyinaran cahaya matahari berperan dalam kehidupan makhluk hidup. Misalnya tumbuhan memerlukan cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu untuk proses fotosintesis.
Air
Air merupakan pelarut mineral-mineral tanah sangat penting bagi tumbuhan dan keperluan dalam tubuh hewan, serta sebagai medium bagi makhluk hidup hidup. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Di alam, air dapat berbentuk padat, misalnya es dan kristal es (salju), serta berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena sebagian besar tubuhnya mengandung air.
Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah. Kelembaban di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembaban di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang diperlukan setiap maklhuk hidup berbeda-beda. Sebagai contoh, cendawan dan cacing memerlukan habitat yang sangat lembab.
Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, diantaranya nitrogen (78.09%), oksigen (20.93%), karbon dioksida (0.03%), dan gas-gas lain. Nitrogen diperlukan makhluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan makhluk hidup untuk bernafas, sedangkan karbondioksida diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis.
Garam-Garam Mineral
Garam-garam mineral antara lain ion-ion nitrogen, fosfat, sulfur, kalsium, dan natrium. Komposisi garam-garam mineral tertentu menentukan sifat tanah dan air. Contohnya kandungan ion-ion hydrogen menentukan tingkat keasaman, sedangkan kandungan ion natrium dan klorida di air menentukan tingkat salinitas (kadar garam). Tumbuhan mengambil garam-garam mineral (unsur hara) dari tanah dan air untuk proses fotosintesis.
Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah memiliki sifat, tekstur, dan kandungan garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur. Setiap makhluk hidup dalam ekosistem menempati suatu tempat yang spesifik. Tempat hidup tersebut antara lain di dasar perairan, di bawah bebatuan, atau di dalam tubuh makhluk lainnya. Itulah sebabnya pada tempat-tempat tertentu kita dapat menemukan makhluk hidup yang khas dan tidak dijumpai di tempat lainnya. Tempat hidup yang spesifik dikenal dengan istilah habitat.
Untuk melakukan berbagai aktivitas hidupnya, setiap makluk hidup membutuhkan energi dan nutrien. Kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi melalui berbagai proses yang dapat menentukan kedudukan mereka dalam suatu ekosisitem. Dalam hal ini, makhluk hidup dapat berperan sebagai produsen, konsumen, dekomposer, predator, mangsa, parasit, atau pesaing. Masing-masing makhluk hidup dengan peranannya yang berbeda-beda secara bersama-sama dengan lingkungan abiotiknya akan membentuk suatu relung ekologi.
Istilah relung (niche) dalam ekologi dapat diartikan sebagai tempat atau cara hidup. Relung ekologi setiap spesies meliputi semua macam hubungan antara spesies dengan lingkungannya. Contohnya tikus sawah yang dipengaruhi oleh faktor abiotik, misalnya struktur, air, dan iklim di sawah. Sebaliknya tikus sawah juga mempengaruhi lingkungan abiotik dengan membuat lubang-lubang di pematang sawah tempat berlindung dan menyembunyikan makanan. Cara hidup tikus sawah tersebut tidak akan dapat berlangsung di daerah padang pasir atau habitat lainnya. Setiap spesies memerlukan habitat yang sesuai dengan cara hidupnya. Dengan demikian, relung ekologi merupakan cara hidup suatu makhluk hidup pada suatu habitat.

1 comment:

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...