Sejatinya senyum adalah jendela hati. Dari senyuman
kita bisa mengetahui suasana dan isi hati seseorang. Senyuman yang terkembang
berarti juga sebuah sinyal bagi orang lain untuk diterima kehadirannya dan
diperbolehkan untuk bersama. Karena itu, mari mencoba mengingat-ingat berapa
kali sehari kita tersenyum pada pasangan.
Keberadaan pasangan dalam hidup tentu menghadirkan
begitu banyak kebaikan yang hadir. Kebaikan yang mungkin telah kita ketahui
macamnya dan telah menjadi bagian dari rutinitas hidup.
Akan menjadi sangat
mungkin, kebaikan itu jadi tak berwarna dan tak bervariasi. Karena itu, senyum
adalah sebuah awal untuk membuat kedekatan semakin erat dan penyubur
kebaikan-kebaikan lainnya menjelma.
Bagaimana senyum begitu berarti?
Awal Kebaikan
Sejenak, mari mengingat bahwa kasih sayang yang terjalin antara Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan para sahabat semakin kokoh dari hari ke
hari, tak lain karena senyum yang senantiasa terkembang. Jarir bin Abdillah RA
berkata, “Sejak aku masuk Islam, Nabi tidak pernah menghalangiku untuk
menemuinya. Dan setiap kali berjumpa denganku, beliau selalu tersenyum padaku.”
(Riwayat Al-Bukhari).
Alangkah indahnya bila pertalian hati ini pun
menjelma dalam hubungan dengan pasangan kita. Senyum yang berarti penerimaan
kita atas kehadirannya, sekaligus perlambang rasa cinta kita atas kebaikan yang
selalu dihadirkannya dalam kebersamaan, akan menghapus berbagai prasangka dan
menghadirkan kebaikan yang bertambah-tambah.
Karena itu, Rasulullah khusus berpesan agar setiap
umatnya senantiasa berwajah cerah dan tersenyum pada suaminya atau istrinya.
Bagi para istri, Nabi bersabda, “Maukah aku beritakan kepadamu tentang
sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki? Yaitu istri salehah yang bila
dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia
pergi istrinya akan menjaga harta dan keluarganya.” Sabda ini pun berlanjut
pada kewajiban seorang suami, yaitu, “Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yg paling baik akhlak dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
terhadap istri-istrinya.”
Rasulullah mewasiatkan perkara tersenyum dan
berakhlaq yang baik pada pasangan sejak berbelas abad yang lalu. Terbukti,
senyum memang perkara yang begitu penting dalam kehidupan berumahtangga
sekarang ini. Berapa banyak orang yang mudah tersenyum pada orang lain, tetapi
tingkah lakunya sangat tak menyenangkan di dalam rumah. Berapa banyak kini
orang yang sangat sigap berbuat baik pada orang lain, tetapi sangat malas dan
berat tangan ketika harus membantu pekerjaan istrinya. Tentu semua kondisi ini
sangat mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri.
Padahal, bila setiap pasangan memahami betapa
pentingnya berbuat baik disertai wajah yang cerah dan senyum yang dikembangkan,
tentu banyak masalah yang terselesaikan dengan baik. Kita bisa rasakan, saat
pekerjaan tengah bertumpuk, bila uluran tangan tak datang untuk meringankan,
seulas senyum dan perhatian yang menyenangkan tentu sudah sangat berarti untuk
melepaskan beban yang memberat dalam hati. Karena itu, Rasulullah bahkan
mewasiatkan pada setiap Muslim untuk tersenyum sebagai sedekahnya pada sesama
Muslim. “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (Riwayat Tirmidzi)
Peringan Beban
Senyum memang sangat besar efeknya bagi kondisi psikologis seseorang. Bisa
dibayangkan bila seseorang tengah merasakan kegelisahan yang sangat, tentu
senyum yang datang seakan memberi kesempatan baginya untuk menemukan jalan
keluar dari masalah.
Kita tentu bisa merasakan ketika harus berangkat
menuju kantor atau melakukan perjalanan menuju suatu tempat di pagi hari.
Suasana jalan yang padat, berdesakan di dalam angkutan umum, dan kemacetan
pastinya membuat perjalanan itu terasa sangat melelahkan. Seulas senyum yang
kita lihat dari orang lain, meski ia tak sedang tersenyum pada kita tentu sudah
memberi warna yang berbeda. Apalagi bila senyum itu datang dari orang yang
seperjalanan dan “sependeritaan” dengan kita. Senyum bisa menjadi awal percakapan
yang menyenangkan atau paling tidak bisa sejenak melupakan kepenatan.
Inilah pula yang dirasakan oleh pasangan kita
manakala pagi hari menyapa. Sang suami sibuk berkemas berangkat kerja. Bersiap
menyambut kemacetan jalan dan bersiap berjibaku dengan beban pekerjaan yang
belum tentu sesuai dengan keinginannya. Begitu juga seorang istri. Pagi bagi
seorang istri sekaligus ibu adalah waktu yang paling sibuk. Begitu banyak
pekerjaan telah menanti, belum lagi permintaan untuk melakukan ini dan itu yang
datang dari suami dan si buah hati.
Sungguh, semua rutinitas ini sangat melelahkan
jiwa. Alangkah indahnya, bila semua rutinitas yang membelit itu dijalani dengan
keceriaan dan senyum yang mengembang. Dampaknya begitu terasa. Bagi seorang
suami, bila berangkat kerja dengan diiringi doa dan senyum; beban yang
menggelayut rasanya sudah terkurangi separuh di rumah. Berganti semangat untuk
mewujudkan harapan-harapan istri dan anak di rumah. Begitupun dengan sang istri
yang harus berjibaku dengan pekerjaan rumah yang tak pernah berganti dan
berhenti. Senyum dari suami pasti akan membuat hati akan terasa lebih ringan
dan suasana pun menjadi nyaman. Senyum, paling tidak, akan melegakan dan sebuah
bentuk pengertian.
Penyelesai Masalah
Kesalahpahaman dan masalah yang membelit juga akan lebih mudah diselesaikan
dengan senyum yang disertai dengan ketulusan. Abraham Lincoln pernah
mengatakan, “Sebagian besar orang hampir sebahagian yang mereka pikirkan.”
Perkataan ini menegaskan pada kita bahwa apa yang kita pikirkan sangat mempengaruhi
tindakan bahkan kualitas diri kita. Bisa dibayangkan bila kita memiliki pikiran
negatif terhadap orang lain, maka apapun tindakan kita yang berkaitan dengan
orang tersebut pasti juga akan negatif. Termasuk pada pasangan. Dampak
negatifnya pasti akan meluas pada segala hal. Cobalah untuk memutus rantai
muatan negatif ini dengan senyum.
Senyum juga membawa dampak positif pada cara kita
berpikir. Senyum yang berusaha kita hadirkan dalam kondisi seperti apapun akan
membimbing kita dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Pikiran kita akan
terdorong untuk memandang kemelut yang terjadi dari sisi yang positif dan
menghindarkan kita dari stress. Otak pun akan mendorong tubuh mengeluarkan
energi yang akan membangun imunitas di dalam dan di luar tubuh, memperbaiki
kualitas darah, dan memperbaiki kualitas udara yang kita hirup.
Inilah luar biasanya teladan yang diberikan oleh
Rasulullah. Inilah kebaikan yang tersimpan dalam sabdanya, “Janganlah kamu
meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat
berjumpa saudaramu.” (Riwayat Muslim)
Karena itu, mulai saat ini, berusahalah untuk
senantiasa tersenyum. Buatlah tiap ulasnya yang menghiasi wajah kita berarti
kasih sayang dan kebaikan, terutama untuk pasangan kita.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...