Seandainya tertawa itu dilarang atau dikenakan pajak, apa
yang akan terjadi di dunia ini? Jawabnya, orang semakin gampang terkena
serangan jantung dan stres. Kenapa?
Tertawa itu bagian dari spektrum emosi yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Hanya saja ada yang pelit, ada yang boros
tertawa. Tetapi jangan pelit-pelit karena tertawa bermanfaat bagi kesehatan.
Di negara maju, tertawa malah dibuat seperti terapi
pengobatan, sebab khasiatnya dinilai sama dengan meditasi. Terapi tawa ini
membuat hidup lebih sehat, tenang dan nyaman, serta menunjukkan getaran otak
pada frekuensi gelombang alfa yang membuat orang merasa rileks dan santai.
Bahkan, di Amerika telah dibuktikan bahwa tertawa bisa
mencegah serangan jantung. Menurut Direktur Centre for Preventive Cardiology
Maryland Medical Centre Baltimore, Dr M Miller, ada hubungan tertawa dengan
serangan jantung.
Penyebab serangan jantung antara lain stres, yang memicu
kerusakan endothelium pembuluh arteri jantung dan mendorong terciptanya
kolesterol dalam pembuluh darah. Sedangkan tertawa bisa menghasilkan zat kimia
(kemungkinan nitrioksida) yang dapat memperlancar peredaran darah.
"Saat stres keluarlah hormon adrenalin yang
menyebabkan jantung berdebar keras. Saat tertawa, tubuh melepaskan hormon
adrenalin dan secara otomatis tercipta efek antiadrenalin, ketegangan mereda
dan tekanan darah menurun," urai Dr. Miller.
Sebenarnya, saat seseorang tertawa lepas telah terjadi
hembusan napas dan dorongan kuat yang menyebabkan tubuh bergoyang di luar
kendali. Hal ini terjadi karena adanya tekanan dari otak. Lima belas otot wajah
berkontraksi saat tertawa. Sistem pernapasan bekerja sedemikian rupa sehingga
mengembuskan napas sambil mengeluarkan suara, dari sekadar suara lirih sampai
menggelegar.
Tertawa merangsang berbagai bagian otak, bagian depan,
tengah, sampai hipotalamus. Tertawa sangat menunjang kesehatan karena
menghambat aliran kortisol, hormon stres yang meningkatkan tekanan darah,
menjadi penangkal stres yang paling baik, murah dan mudah.
Satu analog yang mungkin bisa menolong mengurai manfaat
dari tertawa: 'Siang hari itu terasa menyesakkan. Udara panas dan suasana
mencekam menambah beban bagi Robert, yang sedang tegang menghadapi ujian
skripsinya. Pemuda ini tampak panik menerima bombardir pertanyaan dari para
penguji. Keheningan ruang ujian tiba-tiba pecah oleh ledakan tawa para penguji.
Rupanya, untuk mencairkan suasana seorang penguji usil mengajukan pertanyaan
yang jauh melenceng dari materi ujian. Menyadari apa yang terjadi, Robert pun
ikut tertawa lepas. Habis itu ia kelihatan santai dan bisa menguasai diri serta
lulus dengan predikat memuaskan.'
Tertawa, juga menangis, menurut dr. W.M. Roan, seorang
psikiater senior, itu pencerminan emosi manusia, yang merupakan bagian dari spektrum
emosi yang meliputi kesedihan, kegembiraan, kekagetan, ketakutan, cinta kasih,
kebencian, dan kemarahan. Ekspresi diri tidak hanya berwujud gerakan, tetapi
juga berupa berbagai reaksi emosional yang bermacam-macam itu.
Tidak hanya manusia, hewan pun bisa menunjukkan perasaan
gembira dan sedih dengan berbagai kegiatan dan gerakan. Anjing, misalnya, jika
gembira, buntutnya ke atas dan bergoyang-goyang atau kegiatan otot-ototnya
meningkat. Tetapi hewan tidak bisa tertawa dan menangis. Meskipun anjing bisa
berkaing-kaing, itu bukan menangis walau ekuivalen dengan menangis. Karena itu,
banyak ahli tertarik untuk membahas ihwal tertawa dan menangis, termasuk
dampaknya bagi kesehatan.
Dampak tertawa ini bahkan pernah bikin geger dunia
kedokteran.
Norman Causins, seorang redaktur Saturday Review di AS,
menderita penyakit aneh dan langka. Penderita penyakit ini bakal tersiksa dan
merasakan sakit yang luar biasa, meskipun hanya menggerakkan sedikit bagian
tubuhnya. Menurut dokter, kesembuhan bagi Norman sangat kecil, 1 : 500.
Berbagai obat sudah dicoba, tetapi kesehatannya tak kunjung membaik.
Suatu ketika Norman terilhami sebuah kalimat yang dulu
ditulis oleh seorang raja yang hidup sekitar 2.000 tahun lalu, "Hati yang
puas, obat yang sangat ampuh."
Atas persetujuan dr. William Hitzig yang merawatnya,
Norman menggantikan semua obat yang diminumnya dengan banyak tertawa plus
mengonsumsi vitamin C. Berbagai film komedi dia tonton, sehingga ia bisa
tertawa terbahak-bahak. Pada hari kedelapan setelah menjalani terapi tersebut
ia sudah bisa menggerakkan jempolnya tanpa rasa sakit. Juga tertawa selama 10
menit bisa membuat dia tidur pulas selama 2 jam. Akhirnya, penyakitnya
berangsur sembuh, kemudian hilang sama sekali. Pengalamannya itu kemudian
dibukukan dalam An Anatomy of Illness.
Dr. Lee Berk, seorang imunolog dari Loma Linda University
di California, AS, pernah bilang, tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon
dalam tubuh, yaitu efinefrin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses
penyembuhan penyakit. Dalam riset lain dr. Rosemary Cogan dari Texas Tech
University menemukan bukti bahwa rasa nyeri atau sakit akan berkurang setelah
tertawa. Tidak itu saja, kekebalan tubuh pun bisa meningkat.
Mengapa orang perlu tertawa? Tertawa itu pada dasarnya
sehat kalau dilakukan oleh orang-orang yang normal. Tetapi kalau tawa itu
dicetuskan oleh seseorang yang mengalami gangguan jiwa, dengan sendirinya tidak
sehat, karena tawa itu untuk bereaksi terhadap halusinasi akan perasaan yang
tidak-tidak.
Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, "diatur"
oleh pusat emosi di dalam struktur otak yang dinamakan sistem limbik (limbic
system). Sistem yang juga berhubungan dengan aspek-aspek tingkah laku tertentu
ini bentuknya seperti lingkaran sehingga oleh seorang ahli bernama Papez dinamai
lingkaran bergema.
Papez menemukan hal ini karena ketika intinya dirusak,
orang yang bersangkutan menunjukkan suatu emosi yang tidak tepat atau kacau.
Artinya, secara tidak sengaja orang ini bisa mudah marah, tetapi gampang pula
tertawa terbahak-bahak meski tidak ada yang lucu. Itu karena lingkaran yang
juga merupakan pusat emosi manusia itu terputus. Kalau salah satu bagian dari
lingkaran ini rusak, memori orang itu juga akan hilang. Itu juga yang terjadi
pada orang pikun, karena salah satu bagian lingkaran ini rusak.
Dalam keseharian ada orang yang mudah tertawa, namun ada
juga yang tidak. Misalnya, dalam menonton lawakan. Ada dua hal penyebabnya.
Pertama, mungkin orang sudah mengetahui materi gurauannya sehingga dia tidak
menghadapi keadaan krisis yang bisa mencetuskan tawa. Kedua, orang melihatnya
tidak dari sudut kejenakaan, tetapi dari sesuatu yang diinterpretasikannya
sebagai hal yang tidak lucu atau biasa saja.
Bukan berarti kelompok yang tidak gampang tergelitik
"urat tawanya" itu tidak memiliki sense of humor. Sense of
humor itu berbeda-beda bagi beberapa orang. Contohnya, di Indonesia seorang
pelawak harus berpakaian lucu, yang mukanya aneh, yang semuanya harus lucu,
sehingga orang sudah tertawa dulu sebelum dia melucu. Tetapi pelawak di negara
lain, pakaiannya tidak aneh-aneh, tapi ngomongnya sangat witty (cerdas
dan menggelitik - Red.).
Untuk mencari bukti yang lebih kuat dan akurat tentang
manfaat tertawa bagi kesehatan, dr. Cogan melakukan studi eksperimental
terhadap dua kelompok mahasiswa.
Kelompok pertama mendengarkan kaset lawak dan kelompok
kedua mendengarkan kaset kuliah matematika atau kelompok yang sama sekali tidak
mendengarkan apa-apa. Terhadap para kelinci percobaan itu sebelum dan
sesudahnya dilakukan uji kepekaan terhadap rasa sakit. Ternyata mereka yang
mendengarkan kaset lawak memperlihatkan peningkatan kemampuan dalam menahan
rasa sakit.
Sementara itu dr. William Foy dari Universitas Stanford
bilang, tertawa terbahak-bahak amat bermanfaat bagi orang sehat. Hasil
penelitiannya menunjukkan, tertawa terpingkal-pingkal akan menggoyang-goyangkan
otot perut, dada, bahu, serta pernapasan, sehingga membuat tubuh seakan-akan
sedang joging di tempat. Sesudah tertawa demikian tubuh terasa rileks dan
tenang, sama seperti orang habis berolahraga.
Tertawa juga akan melatih diafragma torak, jantung,
paru-paru, perut, dan membantu mengusir zat-zat asing dari saluran pernapasan.
Di samping itu tertawa sangat ampuh untuk meringankan sakit kepala, sakit
pinggang, dan depresi.
Dokter William
Frey, seorang pakar biokimia dan direktur Dry Eyes and Tears Research Center di
Mineapolis, AS, menyatakan tertawa akan menggerakkan bagian dalam tubuh,
mengaktifkan sistem endokrin sehingga mendorong penyembuhan suatu penyakit.
Menurut hipotesisnya, tertawa akan merangsang otak untuk memproduksi hormon
tertentu yang pada akhirnya akan memicu pelepasan endorfin (zat pembunuh rasa
sakit) yang diproduksi oleh tubuh.
Penelitian
Prof. Dr. Lucille Namehow, seorang pakar yang menangani proses penuaan dari
Connecticut, AS, menyodorkan fakta bahwa tertawa bisa membantu mereka yang
sudah tua renta untuk tetap awet tua, sementara yang muda tetap awet muda,
serta mempererat hubungan antara anggota keluarga.
Karena dianggap memberikan dampak positif, maka di AS
kini banyak dokter yang menerapkan terapi tertawa dalam proses penyembuhan para
pasien mereka.
Meskipun dianggap baik, tertawa sebenarnya masih bisa
digolong-golongkan. Ada tawa yang genuine (asli atau tulus), ada yang palsu,
ada juga yang sekadar untuk basa-basi. "Jadi dalam hal ini menangis dan
tertawa itu masing-masing bisa dibedakan secara nuansa: yang asli, naluriah,
spontan, menuju ke yang tidak spontan, dibuat-buat, sampai yang palsu. Jika
dibuat gradasi, antara ujung yang satu dengan ujung yang lain itu berbeda
banyak. Tapi yang di tengah-tengah itu susah membedakannya, sehingga kita bisa
salah duga," jelas Roan. [eramuslim.com]
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...