Kendati Rasulullah mengatakan bahwa bau mulut orang yang
sedang berpuasa adalah seperti bau kesturi yang ada di surga, namun tetap saja
bau mulut itu membuat orang minder dan tidak nyaman dalam bergaul. Lalu
bagaimana mengatasinya?
Setiap orang yang berpuasa ingin tetap sehat dan segar.
Karena itu, sebaiknya orang yang menjalankan puasa tetap mengonsumsi makanan
dengan gizi seimbang, yaitu sumber karbohidrat, lemak, protein hewani dan
nabati serta asupan sumber mineral dan vitamin, saat sahur maupun buka puasa.
Dengan demikian, meski sepanjang pagi hingga sore hari tidak makan dan minum,
tubuh tetap dalam keadaan sehat dan bugar. Meski badan dalam keadaan sehat dan
bugar, gangguan sosial kerap dialami oleh orang yang sedang berpuasa, yaitu bau
mulut.
Hal ini dimungkinkan karena sejak batas imsak saat
menjelang subuh hingga berbuka ketika magrib, lambung dalam keadaan kosong.
Keadaan lambung kosong serta hawanya yang keluar lewat mulut menimbulkan bau
tak sedap. Terlebih bila orang itu mengalami sakit maag. Bau yang keluar akan
lebih menyengat. Istilah bau mulut atau halitosis berasal dari bahasa latin
yang berarti halitus (nafas) dan osis bermakna keadaan. Jika diartikan secara
harfiah kira-kira berarti nafas yang kurang sedap.
Menurut Dr. Catherine T. Lee dari Singapura, hampir 90
persen penyebab bau mulut adalah bakteri penghasil sulfur yang tinggal di
bagian belakang mulut. Kebanyakan, hal ini berkaitan dengan kebersihan mulut
yang tidak terjaga, selain gigi berlubang, infeksi gusi dan xerostomia.
Xerostomia mempunyai ciri khusus seperti mulut kering, air ludah kental dan
sering merasa haus dan harus membasahi kerongkongan. Umumnya, xerostomia
disebabkan oleh dehidrasi,stres, pemakaian obat kumur yang mengandung alkohol, usia
lanjut, radioterapi dan obat-obatan tertentu seperti antidrepesan, antiasma dan
anthisistamin (antialergi)
Penyakit atau kelainan yang lebih serius bisa juga
menyebabkan bau mulut. Misalnya, perubahan hormon, gangguan pencernaan,
sinusitis, infeksi amandel, bahkan kanker, diabetes, bronkhitis kronis dan
gangguan hati serta ginjal. Gangguan hati kronis bisa dideteksi dengan bau yang
keluar dari mulutnya. Biasanya bau yang timbul seperti bau asam/logam serta bau
yang tidak normal pada mulut. Sedangkan bila pada mulut seseorang tercium bau
amoniak, bisa dipastikan bahwa orang tersebut menderita gangguan fungsi ginjal
karena terdapat kadar ureum tinggi yang beredar dalam darah.
Bau
amoniak yang menyengat merupakan hasil proses kimiawi. Senyawa-senyawa inilah yang kemudian masuk ke dalam
sistem pernafasan, sehingga menimbulkan bau mulut. Di samping, pada orang yang
mengalami masalah buang air atau sembelit bisa pula memicu bau mulut. Sebab,
produk metabolisme oleh kuman-kuman usus terhadap sisa makanan bertumpuk di
dalam usus besar dan tidak bisa disalurkan sebagaimana mestinya. Dari tumpukkan
itu, lalu menimbulkan gas-gas yang memberikan bau tak sedap.
"Jika problem bau mulut ini muncul tiba-tiba,
memburuk dalam waktu cuma beberapa hari atau minggu atau dibarengi dengan
demam, batuk dan gejala lain, segera periksakan diri ke dokter," kata Dr.
Irene Chua.
Spesialis gigi dari Singapura itu menyarankan, untuk
menjaga mulut tetap bersih dan segar, dengan melakukan siakt gigi minimal dua
kali sehari. Ia pun menyarankan agar sekaligus membersihkan lidah dengan
menggunakan alat khusus yang bisa dibeli di apotek. Karena, bakteri juga bisa
tinggal di lidah dengan aman sampai beranak pinak.
Selain itu, setelah makan sahur dan menggosok gigi,
gunakan obat kumur untuk mengurangi jumlah bakteri. Tapi, jangan pilih obat
kumur yang mengandung alkohol. Karena, obat kumur bisa menahan nafas tak sedap
sampai delapan jam. Namun, jika kebersihan mulut tidak terjaga, jangan berharap
bisa bertahan delapan jam. Dalam hitungan menit, nafas tak sedap bakal
menghambur keluar dari mulut lagi.
Ada baiknya makanan yang bisa memicu bau mulut seperti
ikan, daging, produk susu, makanan pedas, bawang merah, bawang putih, kopi dan
makanan manis, sebaiknya dihindari. Tapi, jika sudah terlanjur, banyak-banyaklah
minum air putih saat sahur agar baunya bisa larut dan terbuang melalui urine.
Sementara, bagi yang menggunakan kawat gigi yang dilepas, supaya dipastikan
kondisi kawat gigi selalu dalam keadaan bersih, baik saat menyimpan maupun saat
digunakan. Begitu juga, jika ada jarak antara gigi alias ompong, atau ada
infeksi pada gusi. Sebaiknya jangan gunakan sikat biasa, tapi gunakan sikat
gigi interdental yang digunakan pada segitiga antara gigi dan gusi.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...