BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematis yang didasarkan pada penyelidikan dan interpretasi terhadap
peristiwa-peristiwa atau gejala alam melalui metode dan sikap ilmiah. Ilmu ini
terus berkembang, bertambah luas, dan mendalam sesuai dengan
hasil-hasil
penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang
dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa (IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata banyak proses yang
penjelasannya memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang ilmu yang merupakan
kombinasi dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia Fisika, Biokimia,
Biofisika, dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang tersebut
sebenarnya untuk lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari sudut pandang
tertentu. Namun di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni sasaran yang
diselidiki, diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta yang
meliputi: asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses,
mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi.Bantu blog ini untuk tetap eksis dengan KLIK DISINI
Rasa ingin
tahu dan terbentuknya ilmu pengetahuan
Beberapa binatang sudah mempunyai otak, sehingga mempunyai daya piker namun
terbatas pada insting (naluri) dan upaya mempertahankan diri serta turunannya.
Insting tersebut terutama ditujukan untuk kelangsungan hidupnya seperti
memperoleh makanan, perlindungan diri dan perkembangbiakan. Aktivitas hewan
tersebut ternyata tidak berubah dari masa ke masa dan dinyatakan sebagai idle curiousity. Sedangkan manusia di
samping mempunyai naluri dan nurani, manusia juga memiliki nalari. Dengan
nalari itu, manusia menggunakan kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran,
pemikiran logis dan analisis. Berlandaskan kemampuan tersebut maka pengetahuan
yang diperoleh saat ini merupakan dasar dari munculnya rasa ingin tahu manusia
tersebut selalu berkembang (curiousity).
Dengan nurani, manusia selalu ingin berbuat baik untuk dirinya dan
lingkungannya.
Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu dimulai dengan pertanyaan apa
atau “what” tentang sesuatu, dan dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana atau “how”
dan mengapa atau “why”. Sebagai contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu
anak-anak terhadap suatu benda, maka pertanyaan yang diajukan oleh anak pada
usia sekitar dua tahun adalah “apa” nama benda tersebut, misalkan benda
tersebut adalah pensil. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia
menjelang TK adalah “bagaimana” menggunakannya. Setelah usianya lebih dewasa
lagi, maka pertanyaan yang akan muncul di benaknya adalah “mengapa” pensil
dapat digunakan untuk menulis? Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru
dan sekaligus rasa ingin tahunya terjawabkan.
Adanya kemampuan berpikir pada manusialah yang menyebabkan terus
berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan
yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari
pengembangan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dengan akal yang dimiliki manusia,
semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Informasi yang dapat disimpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya,
ditambah dengan pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang
pengetahuan ini akan terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi
berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana urutan perkembangan ilmu
dimulai dari rasa ingin tahu terhadap sesuatu maka dilakukan suatu pengamatan. Berdasarkan
pengamatan berulangkali diperoleh pengalaman. Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman yang terus-menerus diperoleh pengetahuan, semisal sifat dari benda
yang diamati. Kumpulan pengetahuan tentang sesuatu yang didapatkan secara
sistematis dinyatakan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana dasar-dasar pegetahuan?
2. Bagaimana metode ilmiah sebagai dasar IPA?
3. Bagaimana perkembangan dan pengembangan IPA?
4. Bagaimana perkembangan IPA Klasik dan Modern?
5. Bagaimana uang lingkup IPA?
6. Bagaimana pemfokusan dan pembentukan multidisiplin
ilmu?
7. Bagaimana peran matematika dalam ilmu pengetahuan alam?
8. Bagaimana keterbatasan dan keunggulan metode ilmiah
IPA?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Unuk mengetahui dasar-dasar pegetahuan
2. Untuk mengetahui metode ilmiah sebagai dasar IPA
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan pengemnbangan IPA
4. Untuk mengetahui perkembangan IPA Klasik dan Modern
5. Untuk mengetahui ruang lingkup IPA
6. Untuk mengetahui pemfokusan dan pembentukan
multidisiplin ilmu
7. Untuk mengetahui peran matematika dalam ilmu
pengetahuan alam
8. Untuk mengetahui keterbatasan dan keunggulan metode
ilmiah IPA
D. Metode Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, penulis mencari bahan untuk materi pada buku-buku yang
relevan dan beberapa halaman web side yang bisa menambah informasi berhubungan
dengan makalah yang dibuat oleh penulis.
Bantu blog ini untuk tetap eksis dengan KLIK DISINI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar-Dasar Pengetahuan
Seperti dijelaskan di Bab Pendahuluan di atas, pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin tahu.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia karena :
1. Bahasa yang bersifat
komunikatif
2. Pikiran yang mampu
menalar.
B. Metode Ilmiah sebagai Dasar
IPA
Metode ilmiah adalah prosedur atau cara dalam
memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu.
Ini berarti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah.
Berbagai cara dilakukan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, baik melalui pendekatan nonilmiah maupun pendekatan ilmiah.
Adapun penemuan ilmu pengetahuan mereka melalui
pendekatan nonilmiah diperoleh dengan 3 cara:
1. Prasangka
2. Intuisi
3. Trial
and error
Juga penemuan ilmu pengetahuan melalui pendekatan
ilmiah dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta)
maupun referensi pengalaman sebelumnya. Berdasarkan metode ini, data atau fakta
yang ada harus diuji terlebih dahulu sebelum diterima kebenarannya.
1. Kriteria ilmu pengetahuan
Suatu
pengetahuan dapat disebut ilmu jika memenhi criteria sebagai berikut:
a. Logis atau masuk akal
b. Objektif
c. Metodik
d. Sistematis
e. Berlaku umum atau universal
f. Kumulatif
2. Langkah-langkah metode ilmiah
Langkah-langkah metode ilmiah sebagai berikut:
a. Perumusan masalah
Yang dimaksud masalah adalah menyangkut topic atau
objek yang diteliti batasan yang jelas serta dapat diidentifikasi faktor-faktor
yang terkait. Oleh sebab itu, masalah merupakan pertanyaan apa, mengapa atau
bagaimana tentang objek yang diteliti itu.
b. Penyusunan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan tentang kemungkinan
jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan.
c. Pengujian Hipotesis
Merupakan upaya pengumpulan fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan dan diuji apakah fakta tersebut mendukung hipotesis
atau tidak.
d. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data
untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis
yang diterima merupakan pengetahuan yang kebenarannya teruji secara ilmiah dan
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
Berdasarkan
logika, penarikan kesimpulan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1)
Logika
deduktif, cara berpikir dimana ditarik kesimpulan yg bersifat khusus dari
pernyataan bersifat umum.
2)
Logika Induktif, terkait dengan empirisme (butuh dukungan
fakta).
3. Sikap Ilmiah
a. Jujur
b. Objektif
c. Terbuka
d. Toleran
e. Skeptis
f. Optimis
g. Pemberani
h. Kreatif dan inovatif
i. Dapat membedakan antara opini
dan fakta
j. Tidak berprasangka dalam
mengambil keputusan
k. Teliti, hati-hati dan saksama dalam
bertindak
l. Selalu ingin tahu
Bantu blog ini untuk tetap eksis dengan KLIK DISINI
C. Perkembangan dan Pengembangan IPA
Awal dari
IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya
kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada
hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada. Kemudian makin bertambah dengan
pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dari
peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk
membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen
ini kemudian diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mempu memadukan
kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
sebagai suatu ilmu yang mantap.
Perkembangan IPA itu sendiri mulai berkembang sangat lambat antara abad
15-16. Namum perkembangan IPA lebih pesat setelah adanya konsep Copernicus yang
kemudian diperkuat Galileo (konsep geosentris ® konsep heliosentris), dikenal sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan
modern (kebenaran berdasarkan induksi). Di awal abad 20 perkembangan IPA khususnya
bidang fisika makin berkembang pesat setelah konsep fisika kuantum dan
relativitas dan bermunculan beberapa fisikawan yang terkenal seperti newton.
Hal tersebut perlu di rebisi dan penyesuaian dengan konsep ilmu pengetahuan ke
ara pemikiran yang modern.
Untuk menjelaskan fenomena alam, maka perlu dilakukan
pengamatan atau penelitian yang terus-menerus. Suatu penelitian tentu
diperlukan landasan pengamatan atau teori yang sudah ada. Landasan atau strata
ilmu dapat dibagi atas tiga, yaitu:
1. Hipotesis
Merupakan strata ilmu yang paling rendah, berupa
dugaan atau prediksi yang diambil berdasarkan pengetahuan atau teori yang sudah
ada untuk menjawab penelitian yang sedang dilakukan.
2. Teori
Merupakan strata ilmu yang lebih tinggi dari
hipotesis, berupa landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya, namun teori
masih mungkin untuk dikoreksi dengan teori baru yang lebih tepat.
3. Hukum dan dalil
Merupakan strata ilmu yang paling tinggi, berupa teori yang telah diuji
terus-menerus dan diketahui tidak ditemukan adanya kesalahan.
Ilmu pengetahuan akan terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang
tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dipunyai atau diketahuinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka ilmu pengetahuan merupakan siklus ilmu dengan
penelitian sebagai intinya yang tidak pernah terputus. Bahkan ia akan semakin
membesar dan meluas.
Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern” sama sekali bukan berkaitan
dengan waktu maupun klasifikasi bidang ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu
kepada konsepsi, yaitu cara berpikir, cara memandang, dan cara menganalisis
suatu fenomena alam.
IPA klasik yang telaahannya mengikuti kaidah ilmu tradisional berdasarkan
pengalaman, kebiasaan, dan bersifat makroskopik. Sedangkan IPA modern yang
bersifat mikroskopik, muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah
diadakan pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada.
·
Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
a. Zaman Kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal
dari kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang
sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang
diperoleh diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul
dan sebab akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis
membaca dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan
berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran
matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu, tahun dibagi
dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya
jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh
ini juga digunakan untuk pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60
menit sama dengan 10 dan satu lingkaran penuh sama dengan 3600
Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan
terjadinya gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi
kira-kira 3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun piramid
di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil.
Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan
matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang lebih tahun
1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali
garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat
kelilingnya.
b. Zaman Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali
pada zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa
Yunani. Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima pengetahuan sebagaimana
adanya tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab tentang asal-usul dan sebab-akibat
dari segala sesuatu.
1.
Thales (624-548 SM)
Ahli
filsafat dan matematika, pelopor dari segala cabang ilmu. Ia dianggap orang
pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala isinya. Thales
berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air: dari air asal segala
sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Disamping itu dia juga menyatakan
bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan menerima cahaya dari
matahari.
2.
Anaximenes (588-526 SM)
Berpendapat
bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi dari udara yang merapat dan
merenggang. Pendapat ini mungkin dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu
tergantung kepada pernafasan.
3.
Anaximander (610-546 SM)
Berpendapat
langit dengan segala isinya itu mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang
nampak itu hanya separohnya
4.
Heraklitos (535-475 SM)
Menyatakan
bahwa api adalah asal segala sesuatu, sebab api ini yang menggerakkan sesuatu,
menghidupkan alam semesta, yang berubah-ubah sifatnya didalam proses yang
kekal. Yang kekal hanyalah perubahan, segala sesuatu adalah mengalir.
5.
Pythagoras (580-499 SM)
Mengemukakan
4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api. Dalam bidang matematika
menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah
segi tiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi sikusikunya.
6.
Empedokles (495-435 SM)
Menerima 4 unsur dasar menurut Pythagoras dan
menyatakan bahwa sifat segala benda terjadi dari pencampuran keempat unsur itu
dalam perbandingan yang berbeda. Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin,
basah dan kering. Kering dan dingin membentuk bumi, panas dan kering unsur
pembentuk api. Air dari basah dan dingin, udara dari basah dan panas. Selain
itu juga dinyatakan bahwa segala benda yang sejenis akan tarik menarik,
sedang yang berlawanan akan tolak menolak.
7.
Leukippos dan Demokritos (460-370 SM)
Dalam
mencari unsur dasar dari segala sesuatu Leukippos & Demokritos mengemukakan
teori atom sebagai berikut : Zat memiliki bangun butir. Segala zat terdiri atas
atom, yang tidak dapat dibagi, tak dapat dimusnahkan tak dapat diubah.
Atom-atom dapat berbeda dalam jumlah dan susunan atom. Semua perubahan akibat
dari penggabungan dan penguraian atom menurut hukum sebab akibat. Tidak ada
masalah kebetulan dan ciptaan. Yang ada hanyalah atom dan kehampaan
8.
Plato (427-345 SM)
Menyangkal
teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu timbul dari
sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang
sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh
pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah
yang telah dibawa oleh roh dari alam yang
gaib.
9.
Aristoteles (384-322 SM)
Menerima 4
unsur dasar: tanah, udara, air dan api dan menambahkan unsur yang kelima yaitu
eter atau "quint essentia". Ia menganggap unsur yang satu dapat
berubah menjadi unsure yang lain, kecuali eter yang tak dapat berubah. Dari air
dan tanah yang menjadi masak terjadi garam, biji dan logam. Emas adalah logam
yang tidak mengandung tanah. Logam perak, tembaga, timah putih dan besi, pada
dasarnya banyak mengandung tanah. Semua logam akan mengalami proses memasak
menjadi logam mulia, yaitu emas. Pendapat bahwa unsur berubah menjadi unsur
lain inilah yang menjadi dasar dari alkimia untuk mengubah logam biasa menjadi
emas. Pendapat Aristoteles yang lain adalah bahwa untuk mencari pengetahuan
yang benar adalah dengan jalan pikiran secara deduktif. Berbeda dengan Plato,
Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan yang benar itu berasal dari dunia yang
gaib. Melainkan menghargai pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan
pancaindera.
10. Ptolomeus (127-151)
Berpendapat
bahwa bumi sebagai pusat jagat raya, bintang dan matahari mengelilingi bumi
(geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya sendiri dan terletak antara
bumi dan bintang. Karya Ptolomeus ditulis sekitar tahun 150 dan diberi nama
Syntaxis, yang kemudian oleh bangsa Arab dinamakan Almagest yang menjadi
ensiklopedia dalam ilmu perbintangan. Pendapat dan pandangan dari Aristoteles
serta Ptolomeus berpengaruh sangat lama sampai dengan menjelang zaman modern,
yaitu sampai zaman Galileo, Geosentrisme diganti dengan heliosentris (matahari
sebagai pusat jagat raya).
c. Zaman Pertengahan
1. Zaman Alkimia (abad 1-2)
Ahli alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga
lagi, yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini pengertian usur lebih
dimaksudkan sebagai sifatnya daripada unsur itu
sendiri.
Air raksa = logam yang mudah menjadi uap.
Belerang = mudah terbakar dan memberi warna.
Garam = tak dapat terbakar dan bersifat tanah.
2. Zaman Latrokimia (latros =
Tabib)
Beberapa
cendekiawan Islam diantaranya :
1.
Al Khowarisni (825)
Menyusun
buku Aljabar dan Artimatika yang kemudian mendorong penggunaan sistim desimal.
Menurut catatan sejarah karya Al Khowarisni merupakan pengembangan dari karya
bangsa Hindu yang bernama Aryabhata (476) dan Brahmagupta (628). Kemudian Omar
Khayam (1043-1132) ahli matematika dan astronomi; Abu Ibnusina (atau Avicenna,
980- 1137) menulis buku tentang kedokteran.
Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangan pengetahuan
alam adalah:
1. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani, mengembangkannya
dan kemudian menyebarkan ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan di Eropa.
2. Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas
pengamatan dalam lapangan kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia dan
biologi.
3. Memantapkan penggunaan sistim penulisan bilangan
dengan dasar sepuluh dan ditulis dengan posisi letak, artinya nilai suatu angka
terletak pada letaknya.
Contoh :
Bilangan 2132 = paling depan berarti dua ribuan, berturut-turut kebelakang,
satu ratusan, tiga puluhan dan dua satuan. Cabang matematika elementer yaitu
aljabar diawali dan dikembangkan bangsa Arab.
Bantu blog ini untuk tetap eksis dengan KLIK DISINI
d. Zaman Modern, Timbulnya
Ilmu Pengetahuan Alam
Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai abad pertengahan sudah
banyak tetapi belum sistimatis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran
tertentu. Biasanya pemikiran diwarnai cara berpikir filsafat, agama atau bahkan
mistik. Setelah alat sempurna dikembangkan metode eksperimen.
1.
Roger Bacon (1214-1294)
Menyatakan
bahwa pada hakekatnya ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang berdasarkan kepada
kenyataan yang disusun dan dibentuk dari pengalamnan, penyelidikan dan
percobaan. Matematika merupakan dasar untuk berpikir dan merupakan kunci untuk
mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
2.
Leonardo da Vinci (1452-1519)
Pernah menyatakan bahwa: Percobaan
tidak mungkin sesat, yang tersesat adalah pandangan dan pertimbangan kita.
3.
Francis Bacon (1561-1626)
Berpendapat
bahwa cara berfikir induktif merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai
kebenaran. Hanya percobaan dan penyelidikan yang menumbuhkan pengertian
terhadap keadaan alam. Mulai saat itu kegiatan eksperimen ditingkatkansehingga
cara memperoleh pengetahuan dilakukan dengan langkahlangkah:
1). Observasi dan pengumpulan data
2). Menyusun model atau ramalan generalisasi
3). Melakukan eksperimen untuk menguji ramalan atau
generalisasi
sehingga diperoleh kesimpulan atau hukum yang lebih
mantap.
4.
Nicolas Copernicus (1473-1543)
Ahli astronomi, matematika dan pengobatan.
Karyanya adalah:
1). Matahari adalah pusat dari sitim tatasurya
(heliosentrisme)
2). Bumi mengelilingi matahari sedangkan bulan
mengelilingi bumi.
5.
Johannes Keppler (1571-1630)
1. Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2. Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara
planet dan matahari selalu melintas bidang yang luasnya sama
3. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet
untuk mengelilingi matahari adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak
rata-rata planet itu dengan matahari.
6.
Galileo Galilei (1546-1642)
Antara lain
menemukan 4 hukum gerak, penemuan tata bulan planet Jupiter, mendukung
heliosentrisme dari Copernicus dan hukum Keppler. Ia juga menyatakan bahwa
bulan tidak datar, penuh dengan gunung, planet Mercurius dan Venus tidak
memancarkan cahaya sendiri dan juga menemukan 4 buah bulan pada planet Jupiter.
Penemuannya ini didasarkan atas pengamatan dengan alat teropong bintangnya.
Perkembangan IPA sangat pesat setelah dikenalkannya konsep fisika kuantum
dan relativitas pada abad 20. Konsep yang modern ini mempengaruhi konsep IPA
secara keseluruhan dan menyebabkan adanya revisi serta penyesuaian-penyesuaian
konsep ke arah yang modern. Dengan demikian, terdapat dua konsep IPA yang
berkembang, yakni IPA Klasik dan IPA Modern.
D. Perkembangan IPA Klasik dan
Modern
Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern” sama
sekali bukan berkaitan dengan waktu maupun klasifikasi bidang ilmu.
Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi, yaitu cara berpikir, cara
memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam.
IPA klasik yang telaahannya mengikuti kaidah ilmu
tradisional berdasarkan pengalaman, kebiasaan, dan bersifat makroskopik.
Sedangkan IPA modern yang bersifat mikroskopik, muncul berdasarkan penelitian
maupun pengujian dan telah diadakan pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai
disiplin ilmu yang ada.
Bantu blog ini untuk tetap eksis dengan KLIK DISINI
E. Ruang Lingkup IPA
·
Klasifikasi
IPA
Ilmu
pengetahuan alam dapat dibagi menjadi tiga bidang utama yaitu:
1. Ilmu Sosial dan Budaya; membahas hubungan antarmanusia
sebagai makhluk sosial, yang selanjutnya dibagi atas:
a. Psikologi, mempelajari proses mental dan tingkah laku.
b. Pendidikan,
proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.
c. Antropologi,
mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan dan tingkah laku
sosial.
d.
Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek sistem
sosio-ekonomi dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian budaya.
e. Sejarah, pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara
atau individu.
f. Ekonomi,
yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara
atau perusahaan.
g. Sosiologi, studi tentang
tingkah laku sosial, terutama tentang asal usul organisasi, institusi,
perkembangan masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Alam, yang membahas tentang alam
semesta dengan semua isinya dan selanjutnya terbagi atas:
1)
Fisika,
mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat
sementara. Seperti : bunyi cahaya, gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik
nuklir
2)
Kimia,
mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan materi dan perubahan
yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar dibagi kimia organik (protein,
lemak) dan kimia anorganik (NaCl), hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti
plastik, bahan peledak
3)
Biologi,
yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan
Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan
Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar
makhluk hidup
Anatomi suatu studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam mahkhluk hidup
Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian
tubuh makhluk hidup
Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara
mendalam
Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ
makhluk hidup yang merupakan serentetan sel sejenis
Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu
3. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Studi tentang bumi sebagai salah satu anggota tatasurya,
dan ruang angkasa dengan benda angkasa lainnya.
1) Geologi, yang membahas tentang struktur bumi. (yang
bahasannya meliputi dari ilmu kimia dan fisika) contoh dari ilmu ini petrologi (batu-batuan), vukanologi (gempa
bumi), mineralogi (bahan-bahan mineral)
2) Astronomi, membahas benda-benda ruang angkasa dalam
alam semesta yang meliputi bintang, planet, satelit da lain-lainnya. Manfaatnya
dapat digunakan dalam navigasi, kalendar dan waktu
F.
Pemfokusan dan Pembentukan Multidisiplin Ilmu
a. Pemfokusan Ilmu
Dengan pengembangan ilmu yang begitu cepatnya, terutama mulai awal abad
ke-20 menyebabkan klasifikasi ilmu berkembang kea rah disiplin ilmu yang lebih
spesifik. Sebagai contoh, dalam disiplin fisika telah terjadi pemfokusan
menjadi berbagai subdisiplin fisika, antara lain bunyi dan getaran, magnet,
listrik, optik, mekanika, dan fisika modern.
Selanjutnya, subdisiplin ilmu tersebut berkembang menjadi spesialisasi
tertentu. Sehingga tidak memungkinkan lagi seseorang dapat menguasai beberapa
atau bahkan satu bidang ilmu tertentu dengan sempurna.. untuk dapat menguasai
ilmu dengan baik, maka seorang ahli akan lebih memfokuskan atau
menspesialisasikan dirinya dalam salah satu focus disiplin ilmu tertentu.
b. Multidisiplin dan
Interdisiplin Ilmu
Multidisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang
cakupan pembahasannya menggunakan lebih dari satu kelompok disiplin ilmu, misal
kelompok IPA dan IPS. Contoh multidisiplin ilmu adalah lingkungan, yang dapat
mengolaborasikan ilmu IPA dan IPS.
Sedangkan Interdisiplin ilmu merupakan ilmu
pengetahuan yang cakupan pembahasannya menggunakan satu kelompok disiplin ilmu
saja. Contoh interdisiplin ilmu adalah ilmu computer yang dikembangkan dari
disiplin IPA.
Perkembangan interdisiplin IPA pun cukup banyak dan berkembang
sangat pesat. Sehingga perkembangan tersebut sangat mempengaruhi pola pandang
dan kehidupan sosial saat ini. Oleh karena itu, suatu ilmu yang dikembangkan
berdasarkan interdisiplin ilmu tetapi karena dampak sosial perlu
diperhitungkan, sehingga pembahasannya berubah menjadi multidisiplin ilmu.
Pengetahuan menjadi displin ilmu seperti yang dapat kita lihat sebagai
berikut:
Ilmu
Pengetahuan Alam
|
Ilmu
Sosial dan
Budaya
|
|
Sains
Fisik
|
Sains
Hayati (Biologi)
|
|
Fisika
Kimia
Astronomi
Geologi
Mineralogi
Geografi
Geofisika
Meteorologi
Oseanologi
Dll
|
Botani
Zoologi
Mikrobiologi
Kesehatan
Palaentologi
Fisiologi
Taksonomi
Dll
|
Bahasa
Sosiologi
Pendidikan
Sejarah
Antropologi
Etnologi
Seni dan Budaya
Psikologi
Ekonomi
Dll
|
Didukung
oleh Matematika/Statistika dan Informatika
|
Gambar: Perkembangan
IP Menjadi Berbagai Disiplin Ilmu
Ilmu
pengetahuan akan terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang tidak
pernah merasa puas dengan apa yang sudah dipunyai atau diketahuinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka ilmu pengetahuan merupakan siklus ilmu dengan
penelitian sebagai intinya yang tidak pernah terputus. Bahkan ia akan semakin
membesar dan meluas.
Penggolongan
IPA menjadi “klasik” dan “modern” sama sekali bukan berkaitan dengan waktu maupun
klasifikasi bidang ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi, yaitu
cara berpikir, cara memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam.
IPA klasik
yang telaahannya mengikuti kaidah ilmu tradisional berdasarkan pengalaman,
kebiasaan, dan bersifat makroskopik. Sedangkan IPA modern yang bersifat
mikroskopik, muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah diadakan
pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada.
G. Peran Matematika dalam Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut
perkiraan, saat awal manusia menulis sama dengan saat awal dimulainya
berhitung, kira-kira 10.000 tahun SM.
Tulisan merupakan simbol, sedangkan berhitung pada awalnya merupakan
persatuan objek yang dihitung.
Matematika merupakan alat bantu untuk mengatasi sebagian permasalahan
dalam permasalahan hidup manusia. Tanpa
matematika, IPA tak akan berkembang karena IPA bergantung kepada metode
induksi. Dengan induksi, tak mungkin
manusia dapat mengukur jarak antara bumi dan matahari bahkan mengetahui keliling
bumi pada zaman dulu itu pun tak mungkin.
Ternyata, dengan penggabungan metode induksi dengan deduksi,
Erasthotenes (240 SM) dapat menghitung keliling bumi.
Contoh-contoh
sumbangan matematika terhadap IPA:
1. Hyparchus
dapat mengukur jarak dari Bumi ke Bulan yang diilhami oleh ajaran Aristoteles
yg menyatakan bahwa Bumi, Bulan, dan Matahari pada suatu saat berada dalam satu
garis lurus.
2. Aristoteles
meghitung jarak bumi ke matahari, hanya karena kesalahan teknis, perkiraannya
meleset. Saat itu jarak bumi ke matahari
20x jarak bumi ke bulan sedangkan sebenarnya 400x.
3. Pythagoras
menghitung benda-benda dengan sisi banyak
4. Apollomeus
menghitung benda yang bergaris lengkung,
5. Kepler
(1609) menghitung jarak peredaran yang berbentuk ellips dari planet-planet,
6. Gallileo
(642) dapat menetapkan hukum lintasan gerak peluru, gerak, dan percepatan,
7. Huygens
(1695) dapat memecahkan teka-teki adanya cincin saturnus, dan perhitungan
kecepatan cahaya 600.000 x kecepatan suara.
H. Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
IPA
Metode
ilmiah dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah.
Data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari
pengamatan. Kita melakukan pengamatan
dengan panca indera yang juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap
suatu fakta. Jadi, kemungkinan keliru
dari penangkapan panca indera tetap ada sehingga dengan demikian kemungkinan
keliru dari kesimpulan ilmiah juga tetap ada.
Oleh karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau kebenaran ilmu pengetahuan
termasuk IPA bersifat tentatif. Artinya,
sebelumnya ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu maka kesimpulan
itu dianggap benar. Sebaliknya,
kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan ilmiah terdahulu menjadi
kebenaran yang baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja
berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Bedanya Metode ilmiah dengan Wahyu
Illahi? Kebenaran dari Wahyu Ilahi bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah
sepanjang masa. Metode ilmiah tidak
sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak dapat
menjangkau pembuatan kesimpulan yang berkenaan baik dan buruk atau sistem
nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
Keunggulan
metode ilmiah terkandung dalam sifat objektif, metodik, sistematik, dan berlaku
umum, yang merupakan ciri khas pengetahuan ilmiah, yang akan membimbing kita
kepada sikap ilmiah yang terpuji sebagai beikut :
a. Mencintai kebenaran yang objektif, bersifat adil, dan
itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia.
b. Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut, hal
ini dapat menjurus ke arah mencari kebenaran itu terus menerus;
c. Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya
kepada takhayul, astrologi, maupun untung-untungan karena segala sesuatu di
alam semesta ini terjadi melalui suatu proses yang teratur;
d. Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu
lebih banyak, ilmu pengetahuan yang kita peroleh tentunya akan sangat membantu
pola kehidupan kita;
e. Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berpikir
secara prasangka, tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka menerima
pendapat orang lain atau bersikap toleran;
f. Metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya
begitu saja kepada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata;
g. Metode ilmiah juga membimbing kita untuk selalu
bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut
keyakinan ilmiah kita adalah benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IPA berkembang dengan sangat pesatnya sejalan dengan
sifat manusia yang mempunyai rasa ingin tahu atau curiousity yang juga selalu berkembang (dinamis). Dengan sifat ini,
dalam benak manusia selalu bertanya karena keingintahuannya: apa sesungguhnya (what), bagaimana sesuatu terjadi (how), dan mengapa demikian (why).
Adanya kemampuan berpikir pada manusia tersebut yang
menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam
semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan
dasar perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas dan mendalam
sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya
cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
Ilmu pengetahuan diperoleh melalui prosedur yang telah
ditentukan, yaitu melalui cara yang disebut metode ilmiah. Adapun
langkah-langkah operasional metode ilmiah –secara singkat– adalah sebagai
berikut:
a. Perumusan
Masalah
b. Penyusunan Hipotesis
c. Pengujian
Hipotesis/Penelitian
d. Penarikan Kesimpulan
Tidak
semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab suatu pengetahuan dapat disebut
ilmu atau ilmiah jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Logis atau
masuk akal
b. Objektif
c. Metodik
d. Sistematis
e. Berlaku umum
atau universal
f. Kumulatif
B.
Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu
para mahasiswa dan masyarakat dalam mengikuti perkembangan dan pengembangn ilmu
pengetahuan alam yang berkaitan dengan materi yang dikaji dalam Ilmu Alamiah
Dasar, sebagaimana yang kita ketahui ilmu alam tersebut selalu mengalami
perubahan atau perkembangan dari zaman ke zaman yang melahikan ilmuan ilmuan
baru seperti Ahli Astronomi, Ahli Kimia, Ahli Fisika.
Daftar Pustaka
Wijaya Nuriman.
2012. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA.
Palangkaraya: Universitas Palangka Raya
Tim Dosen IAD. 2004. Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Makassar: Universitas Negeri Makassar.
IAD KLH 1-iv
2008.doc. (diakses 14/03/2014)
Materi-kuliah-i-iad.ppt.
(diakses 14/03)
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/peranan-ilmu-pengetahuan-alam-dan-teknologi-dalam-memenuhi-kebutuhan-kehidupan-manusia/ (diakses 14/03/2014)
http://harisbanjarmasin.blogspot.com/2011/11/iad-manusi-berpikir-dari-zaman-dulu.html
(diakses 14/03/2014)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...