Biasanya, diabetes atau kencing manis selalu dikaitkan oleh gula sebagai biang keladi penyebabnya. Namun, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa penyebab diabetes bukan karena terlalu banyak mengkonsumsi gula.Sebenarnya,
bila melihat dari jenis gula dan sumbernya,
tudingan itu bisa langsung dipatahkan. Sebab, terdapat banyak sekali jenis
gula. Dalam bentuk murni, berbagai jenis gula tersebut memiliki nama
masing-masing, seperti fruktosa (gula buah), galaktosa, glukosa, laktosa (gula
susu), maltosa, ribosa, serta gula alkohol, seperti sorbitol dan xilitol.
Di
samping itu, bila dilihat dari sumbernya, maka gula bisa dibedakan, yakni madu,
sirup jagung dan molase. Molase merupakan sirup kental, lazimnya berwarna
cokelat gelap yang dihasilkan selama penyaringan gula.
Semua gula pada dasarnya sama. Tidak terdapat satu pun
yang memberikan keuntungan gizi signifikan melebihi yang lain, kecuali madu dan
molase yang mayoritas gulanya sudah dihilangkan/dikeluarkan. Molase kaya akan
zat besi, sedangkan madu sarat flavonoid, zat fitokimia yang berperan sebagai
antioksidan. Sukrosa adalah gula utama dalam buah, seperti dalam buah blewah,
jeruk, kismis, mangga, melon, nanas, pisang, dan semangka. Bonus kesehatan yang
berasal dari makan buah terletak pada kandungan vitamin, mineral, serat, dan
flavonoidnya, bukan pada jenis gula yang dikandung oleh buah.
Ada perbedaan tingkat kemanisan gula. Fruktosa lebih
manis daripada jenis-jenis gula lain (hampir dua kali kemanisan sukrosa)
sehingga diperlukan sedikit saja untuk membuat makanan terasa manis.
Sebaliknya, tingkat kemanisan xilitol dan sorbitol jauh lebih rendah
dibandingkan dengan jenis-jenis gula lain sehingga harus digunakan lebih banyak
untuk memunculkan rasa manis. Tubuh membutuhkan gula. Glukosa, yang merupakan
gula utama dalam darah dan bahan bakar dasar bagi tubuh, esensial untuk
berfungsinya seluruh sel, terutama sel-sel otak.
Namun, kita tidak perlu makan gula untuk memasok glukosa. Yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat kompleks, juga dikenal sebagai zat pati, yang ditemukan pada makanan-makanan yang berasal dari padi, sayuran, dan buah. Pada beberapa keadaan, glukosa dapat diproduksi dari pemecahan protein atau lemak.
Namun, kita tidak perlu makan gula untuk memasok glukosa. Yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat kompleks, juga dikenal sebagai zat pati, yang ditemukan pada makanan-makanan yang berasal dari padi, sayuran, dan buah. Pada beberapa keadaan, glukosa dapat diproduksi dari pemecahan protein atau lemak.
Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gula, makanan
itu dipecah tubuh menjadi bentuk gula yang paling sederhana, kecuali gula dalam
makanan tersebut telah berbentuk sangat sederhana. Misalnya, selama pencernaan,
sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, yang memasuki aliran darah
melalui dinding-dinding usus halus serta melintasi sel-sel tubuh dan hati.
Dengan bantuan insulin, yakni hormon pengatur kadar glukosa, sel-sel menyerap
glukosa dan menggunakannya sebagai energi. Glukosa disimpan di hati dan otot
dalam bentuk glikogen. Glikogen di hati sewaktu-waktu dapat diubah kembali
menjadi glukosa pada saat energi diperlukan. Sebagian besar fruktosa diubah
pula menjadi glukosa oleh hati. Hati pun dapat mengubah gula menjadi asam-asam
amino-balok-balok pembangun protein. Kelebihan gula, sebagaimana halnya energi
ekstra lainnya, diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh.
Diabetes atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai
oleh kadar gula darah yang tinggi melebihi batas-batas normal. Penyakit ini
disebabkan oleh kurangnya kadar insulin dalam darah, atau karena tubuh tidak
dapat memakai insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
tubuh dan mempunyai fungsi penting dalam metabolisme glukosa. Sel memerlukan
insulin agar gula yang ada di dalam darah dapat masuk ke dalam sel dan dipakai
sebagai sumber energi. Bila jumlah insulin kurang, tentu saja gula tidak dapat
diserap ke dalam sel dan tetap beredar di dalam darah. Akibatnya kadar gula
darah menjadi tinggi. Penderita yang mengalami keadaan ini disebut sebagai
penderita DM tipe I.
Ada keadaan lain dimana jumlah insulin sebenarnya cukup,
atau berkurang sedikit, tapi sel-sel tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara
baik. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Penderita yang mengalami
resistensi insulin dan atau defisiensi insulin relatif disebut sebagai
penderita DM tipe II. Jadi, penyebabnya bukan karena kelebihan konsumsi gula
memang amat berbahaya bagi pengidap diabetes. Mereka harus membatasi konsumsi
gulanya. Tetapi, gula tidak menyebabkan diabetes.
Janket
dan empat koleganya dari Harvard Medical School and Harvard School of Public
Health, Boston, Amerika Serikat, meneliti secara prospektif apakah konsumsi
total atau jenis gula berhubungan dengan risiko munculnya diabetes tipe-2,
yaitu diabetes tipe yang tidak tergantung pada insulin. Studi yang diikuti
selama rata-rata enam tahun itu meneliti 39.345 perempuan berumur minimal 45
tahun ke atas yang dipilih secara acak. Hasilnya
menunjukkan bahwa konsumsi gula tidak tampak berisiko terhadap perkembangan
diabetes tipe-2.
Kegemukan mungkin merupakan faktor risiko utama untuk
diabetes tipe-2. Dan, sebagaimana sudah dinyatakan di atas, gula bukan penjahat
utama di belakang kebanyakan kasus kegemukan. Riwayat keluarga berpenyakit
diabetes dan usia yang telah lanjut merupakan faktor-faktor penting lain
penyebab diabetes. Tidak ada alasan kuat untuk membatasi konsumsi gula secara
ketat, kecuali kalau Anda penderita diabetes atau orang yang sensitif terhadap
karbohidrat. Penderita diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan yang
manis. Namun, menghindari konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih baik.
Gula secara alami dijumpai pula pada buah-buahan,
sayur-sayuran, dan produk susu. Idealnya, gula memberikan kontribusi tidak
melebihi 15 persen dari total energi per hari. Kendati begitu, perlu diingat
bahwa sebagian besar makanan manis mengandung lemak dan energi yang tinggi,
tetapi zat gizinya relatif rendah. Karena itu, ada baiknya melakukan pola
makanan seimbang, yakni rendah lemak dan tinggi karbohidrat, tak ada alasan
menjauhi gula. Dengan pola makan seimbang, Anda secara otomatis akan membatasi
konsumsi gula. ( di sadur dari www.eramuslim.com)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...