Menu Bar 1

Friday, 24 March 2017

Bahaya Meremehkan Dosa-Dosa

 “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS At-Tahrim [66] : 8)  
Allah telah memberikan kita waktu untuk bertaubat
sebelum kiraaman kaatibin (malaikat yang mulia yang mencatat amalan) mencatat amal-amal kita. Nabi bersabda: “Malaikat di sebelah kiri mengangkat penanya (yakni menunda untuk menulis) selama enam jam (ini mungkin berkenaan dengan waktu enam jam dari 60 menit perjam sebagaimana yang dihitung para atronom, atau dapat merujuk pada periode singkat di siang atau malam hari –Lisaan al-Arab)
sebelum dia mencatat perbuatan dosa seorang Muslim. Jika dia menyesalinya dan memohon ampunan Allah, amal (buruk) itu tidak dicatat, selain itu maka akan dicatat sebagai satu amal (buruk).” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Baihaqi dalam Shu’ab al-Iman – Cabang-cabang Iman);
dihasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah, 1209). Tenggang waktu lebih lanjut diberikan setelah amal tersebut tercatat, sampai saat sebelum ajal mendekatinya. 
Persoalannya adalah banyak orang sekarang ini tidak menempatkan harapan dan takut kepada Allah. Mereka mengkhianati-Nya dengan melakukan berbagai macam dosa, siang dan malam. Ada diantara orang-orang yang dicoba dengan pemikiran menganggap dosa-dosa sebagai sesuatu yang tidak signifikan, sehingga engkau dapat melihat salah seorang diantara mereka menganggap ‘dosa-dosa kecil tertentu’ (saghaa’ir) tidak penting, sehingga dia mungkin berkata, “Apa bahayanya jika saya melihat atau berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram?” Mereka menganggap tidak apa-apa memandang wanita dalam majalah atau pertunjukan TV. Sebagian diantara mereka, ketika dikatakan kepada mereka bahwa ini haram akan bertanya dengan berkelakar, “Lalu seberapa buruk hal itu? Apakah itu termasuk dosa besar atau dosa kecil?” Bandingkanlah sikap ini dengan apa yang digambarkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari rahimahullah. Anas berkata: “Engkau melakukan hal-hal yang dimatamu terlihat lebih ringan dari sehelai rambut, namun di masa Rasulullah kami menganggapnya sebagai sesuatu yang dapat menghancurkan seseorang.” 
Ibnu Mas’ud  berkata, “Seorang Mu’min menganggap dosa-dosanya seolaholah dia duduk dibawa sebuah gunung yang dia takut gunung tersebut akan jatuh menimpanya, sedangkan orang yang berdosa menganggap dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya dan dia menepiskannya.” 
Apakah orang-orang ini akan memahami keseriusan masalah ini jika mereka membaca hadits Nabi berikut ini: “Hati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil yang seringkali diremehkan, karena hal itu seperti sekelompok orang yang singgah di dasar lembah. Salah seorang diantara mereka membawa sebuah ranting, dan yang lainnya membawa sebuah ranting sampai mereka semua mengumpulkan ranting-ranting yang cukup untuk memasak makanan mereka. Dosa-dosa kecil ini akan membinasakan mereka.” (Diriwayatkan oleh Ahmad; Shahih al-jami’, 2686-2687) 
Para ulama berkata bahwa ketika dosa-dosa kecil diikuti oleh kurangnya rasa malu atau penyesalan, dan tanpa rasa takut kepada Allah, dan dianggap remeh, maka memungkinkan bahwa dosa-dosa itu akan dihitung sebagai dosa besar. Oleh karena itu dikatakan kepadamu bahwa tidak ada dosa-dosa kecil yang kecil bagimu dan tidak ada dosa besar yang besar bagimu jika engkau terusmenerus memohon ampun. 
Maka kita katakan kepada orang-orang yang berada dalam kondisi seperti ini: Jangan berpikir apakah ini dosa kecil atau dosa besar; Pikirkanlah Dia yang engkau khianati.  
Insya Allah perkataan ini akan memberikan manfaat kepada orang-orang yang ikhlas, dan yang menyadari dosa-dosa dan kekurangannya, dan tidak terusmenerus melakukan kesalahan dan berpegang teguh kepada keimanan. 
Kata-kata ini adalah untuk mereka yang beriman terhadap firman Allah:
 “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,’ (QS Al-Hijr [15] : 49) 
Dan firman-Nya:
 “dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.”  (QS Al-Hijr [15] : 49) 
Sangat penting untuk memegang pemahaman yang seimbang ini di dalam pemikiran kita.

[Aku Ingin Bertaubat, Tetapi By Syaikh Muhammad Saleh Al-Munajjid]

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...