Woman was made from the rib of man, She was not created from his
head to top him, Not from his feet to be stepped upon, She was made from
his side to be close to him, From beneath his arm to be protected by
him, Near his heart to be loved by him.
Bagaimana perasaan seorang pria jika dikelilingi banyak wanita? Jika
pertanyaan itu disodorkan kepada saya, maka ungkapan “bangga” nampaknya
cukup mewakili perasaan saya. Saya senang setiap hari dikelilingi wanita
cantik, shalihah pula. Dan tentu pada saat itu saya semakin merasa
menjadi ‘pangeran’. Ups, jangan curiga dulu, karena
wanita-wanita cantik nan shalihah yang saya maksud adalah istri dan dua
anak saya yang keduanya adalah wanita kelak ketika saya sudah menikah. Insya Allah.
Tidak hanya itu, , saya juga lebih banyak
disentuh oleh wanita, yakni ibu Sebuah naluri
kedekatan anak terhadap ibunya yang tidak sekedar karena telah menghisap
ratusan liter air susu ibunya, melainkan juga ikatan bathin yang tak
bisa terpisahkan dari kehangatan yang senantiasa diberikan seorang ibu
terhadap anaknya
hangatkan hidupku dengan sentuhanmu...
Karena itulah, dalam hidup saya tidak ingin berbuat sesuatu yang
sekiranya dapat mengecewakan dan melukai seorang wanita. Namun sikap
yang tepat dan bijak harus diberikan seorang pria mengingat wanita itu
terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang apabila terdapat kesalahan
padanya, pria harus berhati-hati meluruskannya. Terlalu keras akan
mematahkannya, dibiarkan juga salah karena akan tetap pada
kebengkokannya. Meski demikian, tidak sedikit pria harus membiarkan
wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang
melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena
selanjutnya akan berbuah manis.
Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan
merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya
layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan
badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh
setitik air. Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena
ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula
membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir
dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman.
Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang
mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski
airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk
mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa
membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu
mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus dan
menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu,
orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas
mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya
dengan seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati
sebelum menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan
menjadi sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta,
melainkan noktah merah menyemai pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan
langkah, selalu bertolak pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan
keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya
dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak bisa menjadi cermin
diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan
jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan.
Dengan cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya,
empatinya membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang
oleh waktu, tak lebur oleh perubahan.
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya
untuk sebuah kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang
menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu layak menempatkannya
pada kemuliaan surga, juga keagungan penghormatan. Tidak berlebihan pula
jika Rasulullah menjadi seorang wanita (Fathimah) sebagai orang pertama
yang kelak mendampinginya di surga.
Untung saya bukan penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan cintanya
sebatas syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak dimata
hanyalah wanita sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan
ketika tak lagi menyenangkan. Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron
yang kerap diagung-agungkan wanita. Karena kalau saya jadi mereka,
tentu ‘kebanggaan’ saya dikelilingi wanita cantik bisa berbeda makna
dengan kebanggaan saya sebagai seorang yang bukan siapa-siapa.
Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya
bukanlah mereka yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan
selayaknya mutiara dan tak selembut sutra. Bukan wanita yang
mencampakkan dirinya sendiri dalam kubangan kehinaan berselimut
kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti wanita yang rela
diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya sendiri,
atau bahkan pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh
nuraninya sendiri sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas
mendapatkan penghormatan, bahkan oleh buah hatinya sendiri.
Dan sudah pasti, selain tak ada wanita-wanita macam itu yang akan
mendekati lelaki bukan siapa-siapa seperti saya ini, saya pun tentu
tidak akan betah berlama-lama berdekatan dengan mereka, apalagi bangga. Semoga …
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung dan mohon komentar yang membangun namun santun...